KABARBURSA.COM – Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) menyusul adanya lonjakan harga kumulatif yang sangat signifikan.
Penghentian sementara ini atau suspensi diumumkan pada tanggal 6 September 2024 sebagai upaya “cooling down” yang bertujuan untuk melindungi kepentingan para investor dari volatilitas harga yang ekstrem.
Menurut pengumuman resmi BEI yang dikutip pada Senin, 9 September 2024, penghentian perdagangan DNET diberlakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai. “Penghentian sementara perdagangan saham PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dilakukan pada 9 September 2024,” ungkap BEI dalam keterangannya.
Langkah suspensi ini bertujuan untuk memberi waktu yang cukup bagi pelaku pasar agar dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan investasi berdasarkan informasi yang tersedia. Hal ini juga diharapkan dapat mencegah terjadinya keputusan investasi yang terlalu terburu-buru akibat pergerakan harga yang tidak wajar.
Lebih lanjut, BEI mengingatkan kepada seluruh pihak yang berkepentingan agar selalu memperhatikan informasi yang disampaikan oleh perusahaan, terutama yang berkaitan dengan keterbukaan informasi yang wajib disampaikan kepada publik. Hal ini penting untuk menjaga transparansi dan kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan DNET per Juni 2024, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp444,89 miliar, yang mengalami penurunan tipis sebesar 3,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp459,46 miliar. Penurunan laba ini berdampak pada laba per saham dasar yang turun dari Rp32,39 menjadi Rp31,37 per saham.
Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan tercatat sebesar Rp697,15 miliar, naik 4 persen dari Rp670,26 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, bagian laba dari entitas asosiasi dan ventura bersama meningkat menjadi Rp339,29 miliar dari sebelumnya Rp309,29 miliar. Meskipun demikian, beban penjualan juga mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp452,16 miliar dari Rp385,74 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Beban umum dan administrasi naik menjadi Rp82,15 miliar dari Rp60,68 miliar, sementara pendapatan lainnya melonjak menjadi Rp15,40 miliar dari Rp9,38 miliar. Meskipun demikian, laba usaha terkumpul turun menjadi Rp517,53 miliar dari Rp542,52 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penghasilan keuangan meningkat menjadi Rp258,45 miliar dari Rp230,95 miliar, namun diimbangi oleh peningkatan biaya keuangan yang mencapai Rp281,81 miliar, naik dari Rp258,10 miliar.
Laba sebelum pajak penghasilan berkurang menjadi Rp494,17 miliar dari Rp515,37 miliar, sedangkan beban pajak penghasilan naik menjadi Rp29,70 miliar dari Rp17,28 miliar. Dengan demikian, laba bersih periode berjalan tercatat Rp464,47 miliar, turun dari Rp498,08 miliar pada tahun sebelumnya.
Di sisi ekuitas, total ekuitas DNET per 30 Juni 2024 tercatat sebesar Rp13,54 triliun, naik tipis dari Rp13,07 triliun pada akhir 2023. Namun, jumlah ekuitas menurun menjadi Rp7,61 triliun dari Rp7,63 triliun di akhir tahun lalu. Total aset perusahaan juga meningkat sedikit menjadi Rp21,16 triliun dari Rp20,71 triliun pada akhir tahun sebelumnya.
Pergerakan Harga Saham DNET
Pada penutupan perdagangan Jumat, 6 September 2024, saham DNET mengalami kenaikan tajam sebesar 1.775 poin atau setara dengan 19,89 persen, yang membawa harga sahamnya mencapai Rp10.700 per lembar. Dalam sepekan terakhir, saham DNET telah menguat 105,77 persen, sementara dalam sebulan, saham ini mengalami lonjakan sebesar 120,62 persen.
Faktor Penggerak Lonjakan Harga Saham
Kenaikan signifikan harga saham DNET diduga kuat dipicu oleh rumor yang beredar di pasar, yakni ketertarikan Grup Salim untuk masuk dalam bisnis hasil merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Menurut spekulasi yang berkembang, Grup Salim akan masuk melalui PT Mega Akses Persada, anak usaha dari DNET.
Minat Grup Salim terhadap sektor telekomunikasi ini tidak mengejutkan, mengingat grup tersebut memiliki 26 persen saham di perusahaan telekomunikasi asal Filipina, PLDT, melalui First Pacific. Selain itu, Grup Salim juga aktif dalam berbagai aktivitas merger dan akuisisi selama 12 bulan terakhir, termasuk akuisisi saham PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) dan Rex Minerals (RXM AU).
Menyusul lonjakan harga saham yang tidak wajar, BEI memasukkan saham DNET ke dalam kategori Unusual Market Activity (UMA) pada 4 September 2024. Namun, BEI menegaskan bahwa status UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal.
Terkait dengan status UMA ini, BEI saat ini tengah memantau dengan cermat perkembangan transaksi saham DNET. Investor diimbau untuk selalu memperhatikan jawaban perusahaan terkait permintaan konfirmasi dari bursa, mencermati kinerja perusahaan dan keterbukaan informasinya, serta mempertimbangkan dengan matang rencana aksi korporasi yang belum mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Investor juga disarankan untuk mengevaluasi segala kemungkinan risiko yang dapat terjadi di masa depan sebelum mengambil keputusan investasi. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil benar-benar berdasarkan informasi yang lengkap dan akurat. (*)