KABARBURSA.COM – Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencabut penghentian sementara atau suspensi perdagangan saham PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT), perusahaan yang bergerak di industri kertas dan karton bergelombang. Saham perusahaan milik keluarga Lukminto, yang juga mengendalikan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex/SRIL), dapat kembali diperdagangkan mulai sesi pertama pada hari Senin, 9 September 2024.
Teuku Fahmi Ariandar, Kepala Divisi Peraturan dan Layanan Perusahaan Tercatat di BEI, menjelaskan bahwa pencabutan suspensi ini dilakukan setelah manajemen PT Sriwahana Adityakarta berhasil memenuhi kewajibannya kepada BEI, khususnya terkait dengan penyampaian laporan keuangan interim yang berakhir pada 31 Maret 2024 atau laporan keuangan triwulan pertama. Langkah tersebut menandakan bahwa perusahaan telah mengikuti regulasi yang ditetapkan oleh otoritas pasar modal.
“Penghentian sementara perdagangan efek PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT) di pasar reguler dan pasar tunai telah dicabut, dan perdagangan kembali dibuka mulai sesi pertama pada Senin, 9 September 2024,” demikian keterangan Teuku Fahmi Ariandar dalam informasi resmi yang dirilis oleh BEI.
Sebagai bagian dari tanggung jawab transparansi, BEI juga mengingatkan para pelaku pasar dan pihak-pihak terkait untuk senantiasa memantau dan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh perusahaan tercatat seperti PT Sriwahana Adityakarta. Hal ini bertujuan agar para investor memiliki akses yang jelas terhadap informasi penting yang dapat mempengaruhi keputusan investasi mereka.
Setelah pencabutan suspensi ini, harga saham SWAT langsung bergerak naik dengan mencatatkan kenaikan sebesar 8,33 persen, atau sebesar Rp1, sehingga mencapai Rp13 per lembar saham pada perdagangan hari Senin, 9 September 2024.
Berdasarkan pantauan dari sistem RTI, saham SWAT mendapatkan tiga notifikasi khusus dari otoritas Bursa Efek Indonesia, yakni simbol L, X, dan 1. Simbol L menunjukkan bahwa perusahaan terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan. Simbol X menandakan bahwa saham SWAT masuk dalam daftar pemantauan khusus, sementara notifikasi 1 mengindikasikan bahwa harga rata-rata saham SWAT selama enam bulan terakhir di pasar reguler berada di bawah Rp51 per lembar saham, sebuah sinyal penting bagi investor untuk memahami pergerakan saham ini.
Pendapatan dan Laba SWAT
Pendapatan SWAT mengalami penurunan yang signifikan sebesar 18,54 persen sepanjang tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 2022. Meskipun pendapatan menurun, emiten ini berhasil melakukan efisiensi di sektor biaya keuangan, yang pada akhirnya membantu mengurangi besaran kerugian yang ditanggung perusahaan pada tahun tersebut.
Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun 2023 yang dirilis pada Jumat, 26 Januari, total pendapatan PT Sriwahana Adityakarta Tbk tercatat mencapai Rp 200,85 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan tahun 2022 yang mencapai Rp 246,57 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kontribusi dari beberapa segmen bisnis utama perusahaan. Pendapatan dari segmen corrugated (karton bergelombang) tercatat sebesar Rp 164,5 miliar, turun dari Rp 198,21 miliar pada tahun sebelumnya. Segmen paper cone (kerucut kertas) juga mengalami penurunan, dengan pendapatan sebesar Rp 29,85 miliar, dibandingkan dengan Rp 37,13 miliar pada 2022. Selain itu, segmen paper tube (tabung kertas) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6,80 miliar, lebih rendah dibandingkan Rp 10,73 miliar pada tahun sebelumnya.
Laba kotor perusahaan turut terdampak dengan penurunan pendapatan tersebut. Laba kotor PT Sriwahana Adityakarta Tbk pada tahun 2023 hanya mencapai Rp 8,97 miliar, jauh menurun dari Rp 37,86 miliar yang diperoleh pada tahun 2022. Hal ini mencerminkan adanya penurunan efisiensi operasional perusahaan di tengah penurunan permintaan dan tekanan ekonomi yang mungkin dihadapi.
Lebih lanjut, perusahaan juga mencatat rugi usaha sebesar Rp 10,86 miliar pada tahun 2023, yang berbanding terbalik dengan posisi laba usaha sebesar Rp 1,91 miliar pada tahun sebelumnya. Meski begitu, rugi tahun berjalan dapat ditekan menjadi Rp 14,66 miliar, yang lebih kecil dibandingkan dengan kerugian tahun 2022 yang mencapai Rp 20,61 miliar. Pengurangan kerugian ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan biaya keuangan yang berhasil dicapai perusahaan. Pada tahun 2023, biaya keuangan tercatat hanya sebesar Rp 3,75 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Rp 21,45 miliar pada tahun 2022.
Dengan demikian, meskipun menghadapi penurunan pendapatan yang cukup signifikan, PT Sriwahana Adityakarta Tbk mampu menavigasi situasi dengan menekan pengeluaran, khususnya di sektor keuangan, sehingga mampu mengurangi dampak negatif terhadap kinerja keuangannya secara keseluruhan. Kedepannya, perusahaan diharapkan terus berupaya memperbaiki kinerjanya dan menghadapi tantangan di pasar dengan lebih baik.
Pergerakan Harga Saham SWAT
Pada awal perdagangan di hari Senin, 9 September 2024, saham PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT) mengalami kenaikan sebesar Rp1, atau setara dengan kenaikan 8 persen, sehingga harga sahamnya mencapai Rp13 per lembar.
Kenaikan ini mencerminkan respons positif pasar setelah pencabutan suspensi oleh BEI dan menunjukkan kepercayaan investor terhadap langkah manajemen dalam menyelesaikan kewajiban terkait laporan keuangan.
Meskipun harga saham SWAT masih relatif rendah dibandingkan emiten-emiten besar lainnya, pergerakan harga yang positif setelah pencabutan suspensi memberikan sinyal bahwa ada potensi perbaikan dalam kinerja perusahaan, terutama setelah perusahaan berhasil memenuhi aturan keterbukaan informasi.
Para investor diharapkan terus memantau perkembangan kinerja keuangan dan strategi bisnis PT Sriwahana Adityakarta untuk memahami prospek jangka panjang perusahaan ini di pasar modal. (*)