KABARBURSA.COM – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) bakal memberikan pelayanan melalui teknologi Artificial Intelligence (AI) salah satunya dengan cara menyematkan pada produk Telkom, OCA Indonesia.
Nantinya, AI akan dijalankan pada chatbot OCA Indonesia yang diberi nama OCA Automated Interaction (OCA AI). Teknologi ini diklaim bisa membalas chat secara otomatis. Hal ini bisa mengurangi keterlibatan manusia dalam membalas pesan atau menangani keluhan secara manual.
EVP Digital Business and Technology Telkom, Komang Budi Aryasa mengatakan Telkom berkomitmen untuk memberikan solusi terbaik melalui produk dan layanan digital. Seperti penyematan AI pada chatbot OCA ini.
“Nantinya OCA AI dapat digunakan untuk mengefisiensikan alur kerja perusahaan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih banyak lagi,” ujar dia dalam keterangan resmi dikutip, Senin, 9 September 2024.
Disebutkan juga, kehadiran OCA AI akan membantu pelaku usaha dalam mengembangkan chatbot-nya sendiri sesuai dengan kebutuhan.
Telkom (TLKM) Optimis Raih Kinerja Positif pada 2024
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) optimistis bisa meraih kinerja positif hingga akhir 2024. Terbukti, hingga semester I perusaahan dengan kode perdagangan TLKM ini telah berjalan baik.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom, Heri Supriadi telah memaparkan kinerja perseroan. Hingga semester I 2024, Telkom membukukan pertumbuhan positif sebesar 2,5 persen year on year (yoy) menjadi Rp75,3 triliun.
Kinerja perseroan tersebut utamanya didukung oleh kontribusi bisnis data, internet & IT services dengan pendapatan Rp45,5 triliun atau tumbuh 9,2 persen.
Heri berkeyakinan bahwa dengan kinerja yang senantiasa terjaga pada semester I ini, Telkom dapat mencatatkan kinerja tahun 2024 yang positif dan profitable.
“Termasuk progress dan realisasi perusahaan dapat memberikan value yang optimal bagi stakeholders dan investor ke depannya,” ujar Heri dalam keterangan resmi dikutip, Rabu, 28 Agustus 2024.
Pada segmen enterprise, perseroan mencatat kinerja sebesar Rp10,2 triliun atau tumbuh 9,4 persen yoy yang utamanya didorong oleh pertumbuhan bisnis layanan B2B Digital IT Services.
Telkom terus memperkuat kapabilitas di bisnis cloud, digital IT services, cyber security, termasuk menjalin kerja sama strategis dengan pemain teknologi global.
Selanjutnya, segmen wholesale dan international mencatat pendapatan Rp9,2 triliun atau tumbuh 13,1 persen yoy dengan kontribusi dari bisnis international wholesale voice dan infrastruktur digital.
Sementara itu Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Telkomsel, Daru Mulyawan turut memaparkan kinerja Telkomsel selaku anak usaha Telkom.
Pada semester pertama tahun 2024, Telkomsel membukukan pertumbuhan pendapatan secara solid sebesar 29,9 persen yoy menjadi 57,2 triliun didukung oleh pertumbuhan pendapatan Bisnis Digital sebesar 37,4 persen yoy dan pendapatan IndiHome B2C sebesar 2,8 persen yoy.
Hal tersebut menunjukkan kemampuan dan kapabilitas Telkomsel dalam menangkap berbagai potensi yang didukung oleh pendapatan Bisnis Digital menuju adopsi bisnis konvergensi.
Telkomsel Bertransformasi: Inovasi Data Center
Diberitakan sebelumnya, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Persero) atau (Telkomsel/TLKM) beberkan beberapa aksi korporasi guna mentransformasi diri menjadi perusahaan telko yang melayani segmen B2C dan B2B.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Heri Supriadi, menerangkan Telkom Group sedang bertransformasi untuk menjadi perusahaan digital telko yang melayani B2C dan B2B, guna menangkap setiap peluang yang ada di sektor telekomunikasi.
“Sebagai perusahaan telko terbesar, kami memiliki peluang di Indonesia yang sangat besar. Menurut kami hal ini penting, mengingat industri telekomunikasi sedang berevolusi dengan perubahan teknologi yang sangat cepat,” kata Heri dalam acara public expose Telkomsel, Senin, 26 Agustus 2024.
Heri menjelaskan, pangsa pasar Telkom saat ini masih di atas 50 persen dan tidak spesifik pada 4G ataupun 5G. Saat ini seluler memiliki pangsa pasar lebih di atas 50 persen dan menjadi leader di market. Sedangkan untuk pangsa pasar fixed broadband, Telkom masih memiliki share sebesar sekitar 70 persen.
Terkait dengan 5G Heri menjelaskan, hingga saat ini Telkomsel telah berkomitmen menjadi yang terdepan dalam memberikan layanan terbaik kepada pelanggan.
“Dan kami memahami bahwa implementasi 5G ini akan dilakukan secara selektif, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mempertimbangkan bahwa sampai dengan saat ini jumlah handset 5G sekitar 10 juta. Dengan demikian kami akan secara selektif membuatnya di daerah tertentu yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Kami juga memahami bahwa sampai dengan saat ini use case untuk 5G masih terbatas, sehingga kami akan mencoba untuk membangun use case baru melalui layanan digital serta IoT, ” terangnya.(*)