KABARBURSA.COM – Harga emas tetap stabil pada Senin, 9 September 2024, seiring dengan pasar yang tengah menantikan laporan inflasi dari Amerika Serikat (AS). Laporan ini diperkirakan akan memberikan panduan lebih lanjut mengenai seberapa besar kemungkinan Federal Reserve atau The Fed akan memangkas suku bunga. Penantian ini menciptakan ketidakpastian di pasar, di mana banyak pelaku pasar dan investor mengantisipasi pergerakan selanjutnya.
Menurut laporan yang dikutip dari Reuters, harga emas spot tidak mengalami perubahan signifikan, berada pada level USD2.499,7 per troy ons pada pukul 17:54 GMT. Sementara itu, harga emas berjangka AS mencatat kenaikan 0,3 persen, ditutup pada angka USD2.532,7 per troy ons, yang menunjukkan adanya sedikit optimisme di pasar berjangka.
Di Divisi Comex New York Mercantile Exchange, kontrak berjangka emas untuk pengiriman Desember diperdagangkan pada harga USD2.534,95 per troy ons saat penulisan, mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen.
Sebelumnya, instrumen ini sempat diperdagangkan pada level tertinggi sesi di USD per troy ons. Emas diperkirakan akan mendapatkan dukungan harga di level USD2.502,70 dan menghadapi resistance di sekitar USD2.559,80.
Indeks Dolar AS Berjangka, yang melacak kinerja dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,40 persen dan diperdagangkan di angka USD101,55.
Peter A. Grant, Wakil Presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals, menyampaikan pandangannya bahwa harga emas kemungkinan akan tetap stabil dalam rentang harga yang telah terbentuk, meskipun mungkin akan terjadi sedikit fluktuasi dalam waktu dekat. Grant juga menambahkan bahwa harga emas masih memiliki peluang untuk mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, didorong oleh sentimen pasar yang berpotensi kuat. Sebagai informasi, pada 20 Agustus 2024, emas telah mencatatkan rekor tertinggi sebelumnya di harga USD2.531,6 per troy ons, yang menjadi acuan bagi banyak trader.
Selain itu, saat ini para pelaku pasar, atau traders, memperkirakan peluang sebesar 73 persen bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mereka minggu depan. Adapun peluang untuk pemangkasan yang lebih besar, yakni sebesar 50 basis poin, hanya diperkirakan sekitar 27 persen, berdasarkan alat pengukur CME FedWatch.
“Pasar tampaknya lebih condong pada skenario di mana The Fed akan memilih pemangkasan kecil sebesar 25 basis poin, dan itu juga sesuai dengan prediksi awal saya,” tambah Grant.
Perlu dicatat, suku bunga yang lebih rendah cenderung mengurangi biaya peluang dalam memegang aset seperti emas, yang tidak memberikan imbal hasil, sehingga pemangkasan suku bunga sering kali menjadi sentimen positif bagi harga emas.
Di sisi lain, data ketenagakerjaan AS yang dirilis minggu lalu menunjukkan adanya peningkatan lapangan kerja pada Agustus, meskipun angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi awal. Namun, penurunan tingkat pengangguran menjadi 4,2 persen mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup kuat. Kondisi ini mengurangi kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih agresif oleh The Fed.
Fokus para investor kini beralih pada data inflasi AS yang akan segera dirilis. Data indeks harga konsumen untuk Agustus dijadwalkan keluar pada Rabu, 11 September 2024, diikuti oleh indeks harga produsen yang akan dirilis pada Kamis, 12 September 2024. Kedua data ini diharapkan akan memberikan wawasan lebih dalam mengenai arah kebijakan moneter The Fed di masa depan.
“Jika inflasi jauh lebih rendah dari perkiraan, harapan untuk pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin akan meningkat, yang pada gilirannya dapat mendorong harga emas ke level tertinggi sepanjang masa. Namun, jika konsensus tetap pada pemangkasan 25 basis poin, harga emas mungkin tidak akan mengalami penurunan signifikan, karena pelonggaran kebijakan moneter tetap akan dilakukan,” ujar Carlo Alberto De Casa, seorang analis pasar dari Kinesis Money.
Sementara itu, laporan yang dirilis oleh The Fed New York pada Senin, 9 September 2024 menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat AS terhadap inflasi hanya mengalami sedikit perubahan pada bulan lalu, menandakan bahwa tekanan inflasi tetap terjaga meskipun terdapat ketidakpastian ekonomi.
Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan signifikan. Harga perak naik sebesar 1,2 persen menjadi USD28,26 per ons, menunjukkan peningkatan permintaan untuk logam ini. Platinum mencatat kenaikan lebih tajam, naik 2,3 persen dan berada di level USD942,45 per ons, sementara paladium melonjak lebih dari 3 persen, mencapai harga USD945,72 per ons, mencerminkan kekuatan pasar logam mulia secara keseluruhan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
Sementara itu, di Comex, kontrak perak untuk pengiriman Desember naik 1,74 persen, diperdagangkan di harga USD28,67 per troy ons. Tembaga untuk pengiriman Desember juga mengalami kenaikan 1,59 persen, dengan harga perdagangan mencapai USD4,14 per pon. (*)