KABARBURSA.COM – Batu bara menunjukkan harga yang variatif di pasar pada Senin, 9 September 2024, yang dipicu akibat fluktuasi harga gas, penurunan permintaan, dan pertemuan para pelaku industri di Indonesia.
Untuk kontrak batu bara Newcastle yang berlaku pada bulan September 2024, harga mengalami kenaikan tipis sebesar USD0,15, mencapai USD141,65 per ton. Namun, harga batu bara untuk pengiriman Oktober 2024 mengalami penurunan sebesar USD2,60, menjadi USD138,40 per ton. Kontrak batu bara untuk November 2024 juga turun, dengan penurunan sebesar USD2,25, mencapai USD140,25 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk September 2024 mengalami pelemahan sebesar USD0,05, sehingga harga tercatat menjadi USD114,70 per ton. Untuk Oktober 2024, harga batu bara Rotterdam naik sebesar USD0,30, mencapai USD115,20 per ton, sementara pada November 2024 harga meningkat lagi sebesar USD0,20, menjadi USD115,95 per ton.
Menurut laporan yang dikutip dari Montel, pergerakan harga batu bara saat ini sebagian besar dipengaruhi oleh fluktuasi harga gas. Permintaan fisik yang cenderung lesu dan pasokan jangka pendek yang memadai turut memengaruhi dinamika harga. Di sisi lain, adanya pertemuan para pelaku industri batu bara di Indonesia tampaknya juga berdampak pada aktivitas perdagangan, dengan banyak pedagang yang tampak tidak aktif selama pertemuan berlangsung.
Salah seorang pedagang batu bara dari Italia menyatakan bahwa selain faktor dukungan pasar gas, prospek peningkatan permintaan dalam bulan mendatang mungkin turut mempengaruhi pergerakan harga batu bara. Ia mencatat, “Saat ini, pasokan batu bara yang masuk ke Eropa sangat terbatas.”
Meski demikian, ada perkiraan bahwa Eropa barat laut akan mengimpor sekitar 2,5 juta ton batu bara termal pada bulan ini, yang merupakan peningkatan dari 2,2 juta ton pada bulan Agustus. Ini juga menjadi volume impor tertinggi sejak Februari, menurut perkiraan awal dari DBX.
Sementara itu pada pekan lalu, Jumat, 6 September 2024, harga batu bara mengalami kenaikan kembali seiring dengan penguatan harga gas. Kenaikan ini mencerminkan dampak positif dari lonjakan harga gas terhadap pasar batu bara.
Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman September 2024 meningkat sebesar USD0,5, menjadi USD141,5 per ton. Untuk bulan Oktober 2024, harga batu bara Newcastle juga naik sebesar USD0,5, mencapai USD141 per ton. Sementara itu, harga batu bara Newcastle untuk bulan November 2024 tercatat naik sebesar USD0,5, mencapai USD142,5 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk September 2024 menunjukkan peningkatan sebesar USD0,75, menjadi USD114,75 per ton. Untuk bulan Oktober 2024, harga batu bara Rotterdam naik sebesar USD1,35, menjadi USD114,9 per ton. Sedangkan, untuk November 2024, harga batu bara Rotterdam meningkat sebesar USD1,2, menjadi USD115,75 per ton.
Menurut laporan dari Montel, kenaikan harga batu bara ini sejalan dengan lonjakan harga gas, yang dipicu oleh pengetatan pasar global. Mesir, misalnya, telah meluncurkan tender untuk membeli 20 kargo LNG (gas alam cair) untuk musim dingin yang akan datang. Langkah ini membuat Mesir bersaing langsung dengan pembeli dari Eropa yang semakin bergantung pada gas sebagai alternatif pengganti pasokan gas pipa dari Rusia, seperti yang diungkapkan oleh para analis.
Harga kontrak gas TTF Belanda untuk bulan depan terakhir diperdagangkan naik sebesar 0,42 Euro, mencapai 36,35 Euro per MWh. Zhiyuan Li, seorang analis komoditas di Kpler, menjelaskan bahwa kenaikan harga batu bara sebagian besar dipicu oleh lonjakan harga gas. Dia juga menambahkan bahwa kenaikan ini mungkin dipengaruhi oleh pergeseran fokus pasar dari musim panas ke musim dingin yang lebih dingin, yang meningkatkan permintaan batu bara.
“Pergeseran fokus pasar ini mendorong harga batu bara naik, terutama karena eksportir utama batu bara termal ke Eropa, seperti AS, Kanada, Kolombia, dan Afrika Selatan, saat ini lebih memprioritaskan pasar Asia,” kata Li.
Sementara itu, BIMCO melaporkan bahwa pengiriman batu bara ke India meningkat sebesar 10 persen dari Januari hingga Agustus 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, melebihi peningkatan 8 persen dalam penambangan batu bara domestik. Peningkatan pengiriman batu bara termal menjadi faktor utama, didorong oleh permintaan listrik yang kuat serta mandat impor batu bara di India.
Namun, Filipe Gouveia, Analis Pengiriman di BIMCO, memperingatkan bahwa pertumbuhan mungkin melambat selama sisa tahun 2024 karena penurunan permintaan. Sejak 2022, semua pembangkit listrik di India diwajibkan mencampurkan rasio minimum batu bara impor dalam proses pembangkit listrik mereka untuk memastikan pasokan yang stabil dan mencegah pemadaman listrik. Rasio minimum ini ditetapkan sebesar 4 persen untuk periode antara 27 Juni dan 15 Oktober 2024, menurun dari 6 persen pada periode sebelumnya. (*)