KABARBURSA.COM – Harga batu bara mengalami penurunan tajam pada Selasa 10 September 2024, akibat berbagai sentimen negatif di pasar. Tekanan datang dari harga gas yang melemah, produksi batu bara yang melonjak di China dan India, hingga permintaan yang lesu di pasar global.
Di pasar Newcastle, harga batu bara untuk pengiriman September 2024 jatuh sebesar USD2,9 menjadi USD138,75 per ton. Untuk kontrak Oktober, harga turun USD2,8 ke USD135,6 per ton, sementara November terkoreksi USD2,65 menjadi USD137,6 per ton.
Pasar Rotterdam juga mencatat pelemahan serupa. Harga untuk pengiriman September 2024 turun USD1,05 menjadi USD113,65 per ton, sementara kontrak Oktober turun USD2,05 ke USD113,15 per ton. Sedangkan untuk November, harga batu bara melemah lebih lanjut sebesar USD2,55 menjadi USD113,4 per ton.
Peningkatan produksi batu bara dari China dan India turut membebani pasar. Berdasarkan laporan Global Energy Monitor (GEM), China diprediksi akan memproduksi lebih dari 1 miliar ton batu bara dalam beberapa tahun mendatang. Sebanyak 35 persen dari tambahan kapasitas produksi sebesar 1,28 miliar metrik ton sudah dalam tahap konstruksi dan diperkirakan mulai beroperasi penuh pada 2027.
Sementara itu, produksi batu bara India dari April hingga Agustus tercatat sebesar 384,07 juta ton, naik 6,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, produksi pada Agustus sedikit menurun menjadi 62,67 juta ton dari 67,76 juta ton pada tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh curah hujan di atas normal yang menghambat proses penambangan dan distribusi.
Di sisi lain, stok batu bara di Eropa berada pada level terendah. Data dari terminal di Amsterdam, Rotterdam, dan Antwerp (ARA) menunjukkan bahwa inventaris batu bara di empat terminal utama turun menjadi 3,81 juta ton, penurunan mingguan sebesar 0,06 juta ton. Ini merupakan level terendah sejak April 2022, yang disebabkan oleh lemahnya permintaan batu bara di Eropa.
Harga rata-rata batu bara di Rotterdam untuk pengiriman bulan depan tercatat hanya USD115,50 per ton, lebih rendah dibandingkan periode yang sama bulan lalu yang berada di angka USD122 per ton. Harga diperkirakan akan tetap berada di level terendah enam minggu di USD112,95 per ton dalam beberapa hari ke depan, karena preferensi terhadap gas serta permintaan batu bara yang rendah masih membebani pasar.
Di pasar energi lainnya, harga gas untuk pengiriman Oktober turun 4,6 persen menjadi 35,58 Euro per Mwh.
Harga Variatif
Pada Senin, 9 September 2024, batu bara menunjukkan harga yang variatif di pasar. Ini karena dipicu fluktuasi harga gas, penurunan permintaan, dan pertemuan para pelaku industri di Indonesia.
Untuk kontrak batu bara Newcastle yang berlaku pada bulan September 2024, harga mengalami kenaikan tipis sebesar USD0,15, mencapai USD141,65 per ton. Namun, harga batu bara untuk pengiriman Oktober 2024 mengalami penurunan sebesar USD2,60, menjadi USD138,40 per ton. Kontrak batu bara untuk November 2024 juga turun, dengan penurunan sebesar USD2,25, mencapai USD140,25 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk September 2024 mengalami pelemahan sebesar USD0,05, sehingga harga tercatat menjadi USD114,70 per ton. Untuk Oktober 2024, harga batu bara Rotterdam naik sebesar USD0,30, mencapai USD115,20 per ton, sementara pada November 2024 harga meningkat lagi sebesar USD0,20, menjadi USD115,95 per ton.
Menurut laporan yang dikutip dari Montel, pergerakan harga batu bara saat ini sebagian besar dipengaruhi oleh fluktuasi harga gas. Permintaan fisik yang cenderung lesu dan pasokan jangka pendek yang memadai turut memengaruhi dinamika harga. Di sisi lain, adanya pertemuan para pelaku industri batu bara di Indonesia tampaknya juga berdampak pada aktivitas perdagangan, dengan banyak pedagang yang tampak tidak aktif selama pertemuan berlangsung.
Salah seorang pedagang batu bara dari Italia menyatakan bahwa selain faktor dukungan pasar gas, prospek peningkatan permintaan dalam bulan mendatang mungkin turut mempengaruhi pergerakan harga batu bara. Ia mencatat, “Saat ini, pasokan batu bara yang masuk ke Eropa sangat terbatas.”
Meski demikian, ada perkiraan bahwa Eropa barat laut akan mengimpor sekitar 2,5 juta ton batu bara termal pada bulan ini, yang merupakan peningkatan dari 2,2 juta ton pada bulan Agustus. Ini juga menjadi volume impor tertinggi sejak Februari, menurut perkiraan awal dari DBX.
Sementara itu pada pekan lalu, Jumat, 6 September 2024, harga batu bara mengalami kenaikan kembali seiring dengan penguatan harga gas. Kenaikan ini mencerminkan dampak positif dari lonjakan harga gas terhadap pasar batu bara.
Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman September 2024 meningkat sebesar USD0,5, menjadi USD141,5 per ton. Untuk bulan Oktober 2024, harga batu bara Newcastle juga naik sebesar USD0,5, mencapai USD141 per ton. Sementara itu, harga batu bara Newcastle untuk bulan November 2024 tercatat naik sebesar USD0,5, mencapai USD142,5 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk September 2024 menunjukkan peningkatan sebesar USD0,75, menjadi USD114,75 per ton. Untuk bulan Oktober 2024, harga batu bara Rotterdam naik sebesar USD1,35, menjadi USD114,9 per ton. Sedangkan, untuk November 2024, harga batu bara Rotterdam meningkat sebesar USD1,2, menjadi USD115,75 per ton.
Menurut laporan dari Montel, kenaikan harga batu bara ini sejalan dengan lonjakan harga gas, yang dipicu oleh pengetatan pasar global. Mesir, misalnya, telah meluncurkan tender untuk membeli 20 kargo LNG (gas alam cair) untuk musim dingin yang akan datang. Langkah ini membuat Mesir bersaing langsung dengan pembeli dari Eropa yang semakin bergantung pada gas sebagai alternatif pengganti pasokan gas pipa dari Rusia, seperti yang diungkapkan oleh para analis.
Harga kontrak gas TTF Belanda untuk bulan depan terakhir diperdagangkan naik sebesar 0,42 Euro, mencapai 36,35 Euro per MWh. Zhiyuan Li, seorang analis komoditas di Kpler, menjelaskan bahwa kenaikan harga batu bara sebagian besar dipicu oleh lonjakan harga gas. Dia juga menambahkan bahwa kenaikan ini mungkin dipengaruhi oleh pergeseran fokus pasar dari musim panas ke musim dingin yang lebih dingin, yang meningkatkan permintaan batu bara.
“Pergeseran fokus pasar ini mendorong harga batu bara naik, terutama karena eksportir utama batu bara termal ke Eropa, seperti AS, Kanada, Kolombia, dan Afrika Selatan, saat ini lebih memprioritaskan pasar Asia,” kata Li.