Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Wall Street Loyo, Dow Jones dan S&P 500 Anjlok

×

Wall Street Loyo, Dow Jones dan S&P 500 Anjlok

Sebarkan artikel ini
wall street
Wall Street. (Foto: Getty Images)

KABARBURSA.COM – Indeks Wall Street mayoritas mengalami pelemahan pada perdagangan Rabu, 25 September 2024. Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 terpuruk setelah mencatatkan rekor tertinggi di awal sesi.

Don Jones tergelincir 293,47 poin atau 0,70 persen, berakhir di 41.914,75. Sedangkan S&P 500 ditutup turun 0,19 persen di 5.722,26.

Kedua indeks tersebut sebelumnya mencatatkan kinerja yang sangat positif dengan mencetak rekor baru, namun gagal mempertahankan momentum reli kenaikan empat hari berturut-turut.

Sebaliknya, Nasdaq Composite mengalami kenaikan tipis 0,04 persen dan ditutup di posisi 18.082,21.

Saham-saham lainnya yang juga terpuruk adalah General Motors dan Ford. Keduanya turun lebih dari 4 persen seteah Morgan Stanley menurunkan peringkat mereka.

Merosotnya indeks Dow Jones juga dipicu oleh anjloknya saham Amgen sebesar 5,5 persen. Sembilan dari 11 sektor di S&P 500 juga terpantau melemah.

Pelemahan dipimpin oleh sektor energi yang terdampak penurunan harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS).

Tak hanya itu, saham Chevron merosot lebih dari 2 persen.  Namun, sektor teknologi justru bergerak positif. Saham Hewlett Packard Enterprise naik lebih dari 5 persen setelah mendapat kenaikan peringkat dari Barclays, yang menyoroti tingginya permintaan pusat data kecerdasan buatan sebagai faktor pendorong.

Selain itu, saham produsen chip Nvidia menguat 2,2 persen, mendorong kapitalisasi pasarnya melampaui angka USD3 triliun.

Meski ada kekhawatiran perlambatan ekonomi, ketiga indeks saham masih berada di jalur positif untuk September 2024. Hal itu berkat langkah penurunan suku bunga bank sentral AS, Tge Federal Reserve (The Fed) pekan lalu yang mendukung S&P 500 di tengah periode lemahnya perdagangan saham.

Kepala Investasi Manajemen Kekayaan Global UBS Amerika, Solita Marcelli, mengatakan bahwa ini sesuai dengan tren historis.

Ia menilai saham biasanya berkinerja positif selama periode pelonggaran oleh The Fed di tengah pertumbuhan ekonomi AS.

“Namun, tingkat keberhasilan The Fed memandu pasar menuju pendaratan lunak akan menjadi faktor kunci dalam menentukan prospek untuk kelas aset lainnya,” ujar Marcelli dikutip, Kamis, 26 September.