KABARBURSA.COM – Harga emas dunia melonjak ke rekor tertinggi sepanjang masa pada Kamis, 17 Oktober 2024, didorong oleh ketidakpastian soal pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dan konflik di Timur Tengah. Kondisi ini membuat investor mengalihkan dana ke aset aman atau save heaven, sementara kebijakan moneter yang longgar terus menopang harga emas.
Dilansir dari Reuters, Jumat, 18 Oktober 2024, harga emas spot naik 0,7 persen ke USD2690,6 per ons, setelah sempat menyentuh puncak baru di USD2696,6. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,6 persen ke USD2707,5. Sebelumnya, rekor tertinggi emas tercatat di USD2685,9 pada 26 September.
Sejak awal tahun, harga emas sudah meroket lebih dari 30 persen, melampaui rekor sebelumnya. Kenaikan ini dipicu ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed setelah penurunan setengah poin bulan lalu, serta ketidakpastian geopolitik yang masih berlanjut.
“Selain ketidakpastian di Timur Tengah, pemilu AS yang makin ketat juga meningkatkan kekhawatiran. Di saat seperti ini, emas selalu menjadi pilihan utama,” ungkap Nitesh Shah, ahli strategi komoditas di WisdomTree.
Prediksi LBMA dan Tren Harga Emas
Dalam prediksi peserta pertemuan tahunan London Bullion Market Association (LBMA) pekan ini, harga emas diperkirakan naik ke USD2941 per ons dalam 12 bulan ke depan.
“Survei LBMA yang dirilis di Miami awal pekan ini memprediksi harga emas bisa mendekati USD3000 tahun depan, sementara harga perak diperkirakan tumbuh lebih signifikan. Hal ini menarik banyak perhatian,” ujar kepala strategi komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen.
Dampak Data Ekonomi AS
Sebelumnya, emas sempat terkoreksi dari puncaknya setelah data ekonomi AS menunjukkan penjualan ritel yang lebih tinggi dari ekspektasi di bulan September, sementara laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS mengungkap penurunan tak terduga dalam tingkat pengangguran.
“Kedua laporan ini mendukung pandangan kebijakan moneter yang lebih ketat,” kata analis pasar senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Emas, yang tidak memberikan bunga, cenderung naik saat suku bunga dipangkas. Bank Sentral Eropa juga telah menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini sebesar seperempat poin.
Harga logam mulia lainnya turut beragam; perak turun 0,3 persen ke USD31,56 per ons, platinum naik tipis 0,1 persen ke USD994,00, sementara palladium melonjak 1,7 persen ke USD1041.
Sentuh Titik Tertinggi
Tren meningkatnya kepercayaan investor terhadap aset save heaven juga terlihat pada perdagangan Rabu, 16 Oktober 2024, waktu AS atau Kamis, waktu Indonesia. Harga emas terus melonjak dan menyentuh titik tertinggi sepanjang masa.
Emas spot mencatatkan kenaikan sebesar 0,32 persen, mencapai USD2.682,48 per ons pada pukul 14.48 WIB, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi sepanjang masa di USD2.685,60. Di sisi lain, emas berjangka Amerika Serikat juga naik 0,19 persen menjadi USD2.696,50 per ons.
Faktor utama yang mendukung kenaikan harga emas adalah ketidakpastian seputar pemilihan umum di Amerika Serikat serta kebijakan proteksionis yang terus dipertahankan oleh Donald Trump, kandidat dari Partai Republik.
Analis dari OANDA, Kelvin Wong, mengatakan investor semakin beralih ke emas sebagai aset safe haven di tengah situasi politik yang tidak pasti.
“Kepresidenan Trump seharusnya mendukung emas, terutama dengan potensi meningkatnya ketegangan perdagangan dan defisit anggaran yang membesar,” katq Wong.
Investor saat ini menantikan rilis data penjualan ritel Amerika untuk bulan September dan klaim pengangguran mingguan. Menurut Wong, jika data tersebut menunjukkan hasil yang lebih rendah dari ekspektasi, harga emas berpotensi naik lebih jauh.
“Prospek suku bunga yang lebih rendah secara global juga mendorong emas, karena menurunkan biaya penyimpanan emas batangan,” jelas Wong.
Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 92 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve pada bulan depan. Selain itu, Bank Sentral Eropa juga diprediksi akan kembali memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya pada tahun ini, sedangkan Bank of England kemungkinan akan mengambil langkah serupa setelah inflasi Inggris menunjukkan penurunan tajam bulan lalu.
Di tengah situasi ini, para analis memperkirakan bahwa harga emas akan menghadapi level resistance di kisaran USD2.700 per ons, tetapi berpotensi terus menguat hingga mencapai USD2.900 pada tahun 2025.
“Suku bunga yang lebih rendah dan ketegangan geopolitik semakin meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven,” kata Daniel Hynes, analis dari ANZ.
Selain faktor politik, ketegangan geopolitik yang memanas di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Iran, juga turut mendorong permintaan emas. Ketegangan ini semakin meningkat setelah Israel berjanji akan membalas serangan rudal Iran yang terjadi pada awal Oktober.(*)