Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Bursa Asia Variatif, Minyak dan Komoditas Pengaruhi Pergerakan

×

Bursa Asia Variatif, Minyak dan Komoditas Pengaruhi Pergerakan

Sebarkan artikel ini
Bursa Asia-Pasifik
Bursa Asia kembali bergejolak dengan Indeks Nikkei Jepang ditutup naik, sementara CSI 300 China anjlok.

KABARBURSA.COM – Indeks bursa Asia menunjukkan tren bervariasi. Dilansir dari Reuters, Jumat, 18 Oktober 2024, beberapa indeks utama mengalami kenaikan, sementara yang lain justru melemah di tengah fluktuasi pasar global.

Indeks S&P ASX All Ordinaries di Australia tercatat di 8.624,10 poin, tanpa perubahan signifikan. Sementara itu, indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI naik 0,54 persen ke 1.641,44, menunjukkan sentimen positif di pasar Malaysia.

Hang Seng di Hong Kong terpantau turun 1,02 persen, ditutup pada 20.079,10, menyusul kekhawatiran di sektor teknologi. Di Vietnam, HNX 30 Index mencatat penguatan 1,36 persen menjadi 500,93, mencerminkan kenaikan yang stabil di sektor perbankan dan properti.

Di Jepang, Nikkei 225 turun 0,69 persen, berakhir di 38.911,19, sementara futures untuk indeks ini terpantau positif dengan Nikkei USD225 naik 0,23 persen ke USD39395 dan Nikkei 225 JPY menguat 0,36 persen ke 39.240.

Di Asia Tenggara, Thailand SET Index mencatat kenaikan 0,67 persen menjadi 1.495,02. Sebaliknya, Shanghai SE Composite di China melemah 1,05 persen ke 3.169,38. BSE Sensex di India juga turun 0,61 persen menjadi 81.006,61, disusul oleh PSEI di Filipina yang melemah 0,49 persen ke 7.400,33.

Fluktuasi harga minyak serta ketegangan geopolitik diperkirakan mempengaruhi sentimen pasar, dengan perhatian investor juga tertuju pada rilis data ekonomi terbaru di kawasan Asia.

Sempat Melemah

Bursa Asia-Pasifik mengalami tekanan signifikan pada penutupan perdagangan Rabu, 16 Oktober waktu setempat. Beberapa indeks tampak berada di zona merah, terutama Nikkei Jepang.

Sentimen negatif dari Wall Street menambah ketidakpastian di pasar Asia-Pasifik, yang menyebabkan Nikkei Jepang menukik tajak sebesar 1,83 persen ke level 39.180,3.

Selain sentimen negatif dari Wall Street, investor sedang memusatkan perhatian pada kebijakan baru yang diharapkan bisa mendukung sektor properti China. Terlebih, Menteri Perumahan China Ni Hong, akan memberikan pernyataan penting pada Kamis, 17 Oktober 2024, yang mampuan pasar menanti dengan penuh harap.

Diketahui, saat ini Indeks Real Estate CSI 300 China sempat melonjak hingga 5,8 persen walaupun pada akhirnya justru turun 0,63 persen dan ditutup di angka 3.831,59. Namun, Indeks Hang Seng Properti Daratan justru mencatatkan kenaikan sebesar 3,8 persen, meskipun secara keseluruhan bergerak datar.

Terkait harapan besar dari para investor terhadap perbaikan ekonomi China, pemimpin eksekutif Hong Kong John Lee, menyatakan komitmennya untuk mempercepat pembangunan perumahan publik dan menyederhanakan proses bagi perusahaan yang ingin IPO di bursa Hong Kong, terutama perusahaan internasional.

Fokus lain dari investor adalah pasar Selandia Baru. Tercatat telah terjadi inflasi yang naik hingga 2,2 persen secara tahunan di kuartal ketiga. Sedangkan di Korea Selatan, tingkat pengangguran mengalami sedikit kenaikan, dari 2,4 persen dari bulan sebelumnya menjadi 2,5 persen di bulan berikutnya.

Berikut ini pergerakan pasar saham di negara lainnya di Asia:

  • Weighted indeks Taiwan anjlok 1,21 persen menjadi 23.010,98 dengan sektor teknologi menjadi pendorong utama penurunan.
  • Indeks S&P/ASX 200 turun 0,41 persen menjadi 8.284,7.
  • Kospi juga melemah 0,88 persen menjadi 2.610,36.
  • Kosdaq turun 1,04 persen menjadi 765,79.

Bursa Eropa Melemah

Tidak hanya di Asia, bursa Eropa juga melemah. Sektor Chip dan bawang mewah yang paling terpukul akibat penurunan penjualan. Indeks Stoxx 600 yang berisi saham-saham unggulan, turun 0,15 persen. Walau begitu, beberapa bursa utama masih menunjukkan performa yang beragam.

Di sisi lain, bursa saham Inggris menunjukkan hasil positif. Indeks FTSE 100 naik 0,97 persen karena terdorong kabar penurunan inflasi sebesar 1,7 persen di bulan September kemarin. Angka itu jauh lebih rendah 2,2 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal inilah yang kemudian membuat pasar yakin bahwa Bank of England akan menurunkan suku bunga di November besok.

Sementara itu, saham LVHM, perusahaan barang mewah ternama, jatuh 3,7 persen usai laporan penurunan penjualan sebesar 3 persen di kuartal ketiga tahun ini. Penurunan saham LVHM menimbulkan kekhawatiran investor yang biasanya bergantung pada sektor barang mewah untuk pertumbuhan.

Berbanding terbalik dengan saham Tate & Lyle, perusahaan makanan asal Inggris. Saham tersebut justru melonjak 13 persen usai laporan Advent International, perusahaan ekuitas swasta asal AS, yang mempertimbangkan tawaran akuisisi.

Hal serupa terjadi pada grup hotel Inggris, Whitbread. Hotel tersebut juga mencatatkan kenaikan tajam hingga 6 persen setelah mengumumkan kenaikan dividen interim dan program pembelian kembali saham senilai USD129,95 juta.

Indeks acuan Spanyol berhasil mencapai level tertinggi sejak Januari 2010 pada sesi perdagangan Selasa, sementara pasar saham Jerman justru mengalami tekanan. Indeks DAX Jerman melemah 0,27 persen, turun 53,38 poin dan ditutup pada 19.432,81. Sebaliknya, indeks FTSE 100 Inggris mencatatkan kenaikan yang signifikan, naik 0,97 persen atau 79,79 poin, menjadi 8.329,07.

Analis Michael Stanzl menyatakan bahwa meskipun DAX mengalami penurunan, peluang untuk rebound tetap ada. “Ada potensi DAX untuk kembali menanjak, mengingat banyak perusahaan di indeks ini memiliki orientasi ekspor yang kuat, mirip dengan perusahaan-perusahaan global di Amerika,” ujarnya.

Pasar saat ini tengah menantikan keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) yang diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Kamis. Langkah ini diprediksi dapat memberikan dorongan lebih lanjut pada pasar saham Eropa.(*)