Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

PNBN Melesat Nyaris 9 Persen Terdorong Isu Jual Saham

×

PNBN Melesat Nyaris 9 Persen Terdorong Isu Jual Saham

Sebarkan artikel ini
Panin
PT Bank Pan Indonesia, Tbk (PNBN). Foto: Dok PNBN

KABARBURSA.COM – PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Bank Panin dengan kode saham PNBN, hari ini diperdagangkan dengan harga yang naik tinggi. Saham PNBN dijual dengan harga Rp1.945 per lembar saham, naik signifikan sebesar 160 poin atau setara dengan 8,96 persen dari harga sebelumnya.

Di awal perdagangan, saham PNBN dibuka dengan harga Rp1.785 namun kemudian ditutup dengan harga Rp1.945 dengan volume perdagangan mencapai 357 ribu lot dengan total transaksi mencapai Rp68,3 miliar.. Saham PNBN sempat menyentuh harga tertinggi sebesar Rp1.975 dan bergerak dari harga terendah di Rp1.785 sebelum akhirnya ditutup di harga akhir Rp1.945. Ini menunjukkan adanya volatilitas dan minat beli yang signifikan di level harga yang lebih tinggi.

Untuk batas atas atau Auto Rejection Atas (ARA) berada di Rp2.230, sedangkan Auto rejection Bawah (ARB) berada di Rp1.340. Artinya, saham masih memiliki ruang untuk naik mendekati batas atas, tetapi untuk saat ini hal tersebut belum terjadi.

Terakhir, harga rata-rata perdagangan PNBN di level Rp1.911 mencerminkan adanya tren naik yang stabil sepanjang sesi.

Isu Jual Saham Keluarga Gunawan

Melesatnya saham Bank Panin disebut-sebut erat kaitannya dengan rencana jual saham keluarga Gunawan sebagai pemegang mayoritas dan Bank asal Australia ANZ.

Berdasarkan kepemilikan saham terbaru per September 2024, Panin Financial (PNLF) memiliki 46,0 persen saham PNBN, diikuti oleh ANZ (38,8 persen) dan publik (15,2 persen). Untuk free float tercatat sebesar 11 persen.

ANZ sendiri telah memberi sinyal untuk menjual sahamnya di PNBN sejak 2013, karena perusahaan tidak mendapatkan dividen yang signifikan dan kontrol yang cukup di dalam perusahaan.

Bahkan, baru-baru ini ANZ juga keluar dari investasinya di Malaysia dengan menjual seluruh sahamnya di AMMB Holdings sebagai bagian dari strategi lebih luas untuk mengurangi eksposur di sektor perbankan ritel dan kekayaan di Asia.

Sejak kabar ini muncul, harga saham PNBN telah naik +22 persen dan meningkat +72 persen sejak awal tahun (YTD).

Rekomendasi PNBN

Dari isu tersebut, Stockbit Sekuritas dalam risetnya yang dipublikasikan Jumat, 18 Oktober 2024, mengatakan bahwa pasar kini berspekulasi bahwa valuasi untuk transaksi merger dan akuisisi (M&A) telah ditetapkan, meskipun belum ada pengumuman resmi dari perusahaan (disclaimer on).

Valuasi yang belum dikonfirmasi dilaporkan ditetapkan pada 1,7x Price-Book Value (PBV), sesuai dengan transaksi M&A historis di Indonesia.

Sebelumnya, juga dilaporkan bahwa banyak calon pembeli yang tertarik untuk membeli PNBN, seperti Maybank, MUFG, Mizuho, dan BCA. Namun, semuanya telah membantah spekulasi tersebut.

Saat ini, PNBN diperdagangkan pada 0,9x PBV dengan IDR 2.108 BVPS per 2Q24. Jadi, jika harga akuisisi 1,7x PBV terbukti benar, ini berarti adanya premium sebesar +84 persen.

Kinerja Keuangan Bank Panin

Laba emiten PNBN pada semester I-2024 anjlok sebanyak 26,62 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp1,28 triliun. Laba bank terus tergerus dengan beban bunga yang melambung tinggi.

Dalam laporannya, manajemen menyebut bahwa pendapatan bunga PNBN hanya naik 2,8 persen menjadi Rp7,56 triliun. Sedangkan beban bunga melesat 20 persen menjadi Rp3,08 triliun. Hasilnya, pendapatan bunga bersih perusahaan turun 6,4 persen menjadi Rp4,48 triliun.

Tekanan tidak hanya datang dari beban bunga yang melesat, tetapi juga kerugian dari penurunan nilai wajar aset keuangan. Diketahui, per 30 Juni lalu, bank mengalami kerugian Rp135,97 miliar dari yang sebelumnya untung Rp109,65 miliar.

Sementara itu, dari fungsi intermediasi, emiten yang didirikan pada 1971 ini mengalami kredit bank naik 6,2 persen menjadi Rp147,63 triliun. Sayangnya, hak tersebut tidak cukup kuat untuk mendorong aset bank hingga akhirnya turun 1,3 persen menjadi Rp219,22 triliun.

Fundamental Bank Panin

Mengutip data Stockbit, hari ini, fundamental PNBN dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan investasi Warren Buffet, yang sering disebut sebagai value investing.

Pertama, Buffett selalu menekankan pada pentingnya berinvestasi di perusahaan dengan fundamental yang kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari margin laba kotor PNBN sebesar 58,10 persen menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menjaga profitabilitas di tengah tekanan operasional.

Meskipun ada penurunan gross profit (yoy) sebesar -8.95 persen, margin laba kotor yang tetap tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kontrol yang baik atas biaya langsungnya.

Selain itu, penurunan laba bersih yoy (-48.78 persen), margin laba operasi dan laba bersih yang kuat tetap memberikan indikasi bahwa perusahaan tetap dapat menghasilkan keuntungan meski kondisi pasar sulit.

ROE PNBN yang relatif rendah (4.07 persen) menunjukkan bahwa tingkat pengembalian modal ekuitas kurang optimal. Buffett umumnya mencari perusahaan dengan ROE yang konsisten di atas 10 persen, karena ini menunjukkan efisiensi dalam penggunaan ekuitas. ROA yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan belum memaksimalkan asetnya dalam menghasilkan laba.

Yang kedua, Warren Buffett menekankan pentingnya membeli saham yang undervalued dibandingkan dengan nilai intrinsiknya

Saham PNBN saat ini diperdagangkan di bawah nilai bukunya (Book Value per Share: IDR 2.108). Dalam konteks ini, saham dianggap undervalued menurut standar Buffett, yang lebih suka saham-saham dengan PBV rendah karena ini menunjukkan harga saham lebih murah dibandingkan nilai aset bersih perusahaan.

Current PE (18.31) dan Trailing PE (22.59) PE ratio PNBN berada di level yang sedikit lebih tinggi dibandingkan IHSG, yaitu sebesar  median PE TTM: 7.89) Buffett biasanya lebih memilih PE ratio yang lebih rendah, di bawah rata-rata pasar, sebagai sinyal bahwa saham tersebut belum terlalu diekspektasi pasar.

Earnings Yield (TTM) sebesar 4.43 persen: Rasio ini menunjukkan seberapa besar pengembalian yang dapat diperoleh investor dari pendapatan per saham (EPS). Meskipun yield ini positif, Buffett umumnya mencari yield yang lebih tinggi untuk mendapatkan margin of safety yang lebih besar.

PEG ratio yang negatif menunjukkan bahwa pertumbuhan laba PNBN tidak sesuai ekspektasi pasar, yang mengindikasikan prospek pertumbuhan yang lemah atau harga saham yang telah meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan laba. Buffett menghindari saham dengan pertumbuhan laba yang lemah.

Selanjutnya, Buffett sangat memperhatikan manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan yang bijaksana dan pengelolaan aset secara efektif. Beberapa metrik yang dapat menunjukkan efisiensi manajemen PNBN adalah:

Rasio utang terhadap ekuitas yang rendah adalah indikator yang positif. Buffett menyukai perusahaan dengan leverage rendah karena ini menunjukkan stabilitas keuangan jangka panjang dan rendahnya risiko kebangkrutan.mDengan hanya 1% dari total aset yang didanai oleh utang, PNBN memiliki struktur permodalan yang sangat konservatif, yang merupakan karakteristik positif dalam penilaian Buffett.

Altman Z-Score (0.98) berada di zona risiko kebangkrutan yang tinggi (di bawah 1.81). Meski PNBN memiliki struktur utang yang rendah, perusahaan mungkin menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas keuangan di masa depan jika tidak dapat memperbaiki profitabilitasnya.

Buffett selalu mencari margin keamanan ketika berinvestasi. Dalam kasus PNBN, ada beberapa poin yang menarik. Pertama, harga saat ini (IDR 1.945) dibandingkan nilai buku (IDR 2.108), memberikan potensi margin keamanan jika nilai aset PNBN tetap stabil.

Berdasarkan rumor yang beredar, valuasi akuisisi PNBN bisa berada di 1.7x PBV, yang akan memberikan +84 persen premium dari harga saat ini. Ini memberikan insentif tambahan bagi investor yang berharap pada skenario akuisisi.

Dalam pendekatan Warren Buffett, saham PNBN menunjukkan beberapa aspek yang menarik, seperti valuasi PBV yang rendah, struktur utang yang sehat, dan potensi keuntungan dari skenario akuisisi.

Namun, beberapa kekurangan seperti pertumbuhan laba yang lemah dan ROE yang rendah membuat saham ini kurang ideal dalam kriteria Buffett. Investor perlu mempertimbangkan risiko terhadap penurunan profitabilitas dan stabilitas jangka panjang perusahaan sebelum membuat keputusan investasi.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.