KABARBURSA.COM – Program-program yang diluncurkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, mendapat sambutan baik dari pasar saham. Hal ini dibuktikan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung mengalami penguatan, walaupun tipis.
Rilis laporan kinerja emiten pada kuartal III 2024 yang diklaim belum tentu memberikan dampak positif terhadap IHSG, disebut-sebut tidak benar adanya. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana, justru berpandangan bahwa rilis kinerja emiten kuartal III memberikan efek baik bagi pasar saham.
Namun ia tidak juga menampik bahwa siklus bisnis di Indonesia pada kuartal III biasanya memang mengalami pelemahan. Momentum kenaikan biasanya terjadi pada kuartal I dan II, di mana ada momentum perayaan keagamaan, yaitu Idul Fitri.
“Jadi, mungkin kita bisa lihat relatif lebih flattening untuk laporan keuangan di kuartal III ini,” kata Fikri kepada Kabarbursa.com, Jumat, 18 Oktober 2024.
Fikri melihat pasar saham akan kembali bergairah saat laporan kinerja kuartal IV mendatang, disebabkan beberapa faktor yang salah satunya adalah adanya pergantian kabinet pemerintahan yang baru.
“Adanya pergantian kabinet yang akan mendorong beberapa campaign yang sebelumnya didorong oleh Pak Prabowo,” ujar dia.
Apalagi, lanjut Fikri, pasar saham akan semakin sumringah atas program-program yang dicanangkan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.
“Di samping itu, juga ada stabilitas yang dihadirkan, ada pertumbuhan ekonomi yang juga kemungkinan bisa lebih baik,” tuturnya.
Secercah Harapan IHSG Pasca Pelantikan Presiden
Kondisi pasar saham Indonesia diprediksi akan sumringah setelah pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada Minggu, 20 Oktober 2024. Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer, mengatakan secara historikal pelantikan pemimpin baru bisa membawa sentimen cukup positif terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Pergantian pemimpin yang baru ini bisa membawa perbaikan ke segi ekonomi dan akhirnya juga berdampak positif pada pergerakan harga saham ke depan,” kata Miftahul kepada Kabarbursa.com, Selasa, 15 Oktober 2024.
Akan tetapi, Khaer menyebut pasar kemungkinan akan bergerak sideways pada beberapa hari sebelum pelantikan, lantaran aksi wait and see para pelaku pasar. Namun, beberapa hari pasca pelantikan presiden dan wakil presiden, pasar saham di dalam negeri diperikirakan akan menunjukkan penguatan.
“Baru akan menunjukkan volatilitasnya atau menunjukkan penguatannya pada beberapa hari setelah pelantikan. Jadi, secara sentimen, ini merupakan sentimen yang cukup positif terhadap market,” jelasnya.
Lebih jauh Khaer menjelaskan, untuk saat ini sentimen pada pasar saham bukan saja pelantikan presiden dan wakil presiden tetapi pada rilis Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Rabu, 16 Oktober 2024.
“Sentimen lainnya bisa dilihat dari segi intensitas geopolitik yang kian memanas di Timur Tengah, di mana ini membuat volatilitas pada beberapa harga komoditas. Baru-baru ini kita juga diberikan sentimen oleh ekonomi China atau stimulus yang dilakukan oleh pemerintahan China kepada ekonominya,” pungkas dia.
Penghimpunan Dana di Pasar Modal Capai Rp137,05 Triliun
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa penghimpunan dana melalui penawaran umum di pasar modal Indonesia telah mencapai Rp137,05 triliun hingga saat ini. Mayoritas dari jumlah tersebut diperoleh melalui penawaran saham perdana, dengan nilai mencapai Rp4,39 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa pengumpulan dana di pasar modal masih menunjukkan tren positif, di mana nilai penawaran umum mencapai Rp137,05 triliun, dengan Rp4,39 triliun berasal dari 28 emiten baru.
OJK juga memberikan informasi mengenai perkembangan bursa karbon, yang sejak diluncurkan pada 26 September 2023 telah mengizinkan 81 pengguna jasa dengan total volume mencapai 613.897 ton CO2 ekuivalen, setara dengan Rp37,06 miliar.
Selain itu, penggalangan dana melalui Securities Crowdfunding (SCF) mengalami pertumbuhan signifikan, dengan 17 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dan total 625 penerbitan efek. Inisiatif ini melibatkan sekitar 163.000 pemodal, berhasil menghimpun dana SCF yang teradministrasi di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebesar Rp1,22 triliun.
Di tengah pertumbuhan positif ini, OJK tetap fokus pada penegakan peraturan dan perlindungan konsumen di sektor pasar modal.
Pada bulan September 2024, OJK memberikan sanksi administratif berupa denda kepada satu emiten dan satu sales perusahaan efek, serta mengeluarkan peringatan tertulis kepada satu perusahaan.
“OJK juga sedang menyusun ketentuan baru untuk industri pasar modal, termasuk RPOJK tentang penerapan manajemen risiko dan penilaian tingkat kesehatan manajer investasi, serta POJK mengenai penilaian reksa dana dan penilaian manajer investasi,” kata Inarno di acara konferensi pers RDKB di Jakarta, 1 Oktober 2024.
Dalam konteks global, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyoroti tingginya ketidakpastian yang masih melanda pasar global, meskipun banyak bank sentral melonggarkan kebijakan moneternya.
Dia mencatat bahwa penurunan suku bunga oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memberikan sentimen positif, meski tetap berisiko terpengaruh oleh ketegangan global yang meningkat.
“Tingginya inflasi global yang mulai terkontrol memungkinkan bank sentral AS menurunkan suku bunga secara agresif sebesar 50 basis poin,” jelasnya.
Mahendra juga menyoroti dampak situasi di China, di mana penurunan aktivitas manufaktur telah meningkatkan tingkat pengangguran ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir, termasuk peningkatan pengangguran di kalangan anak muda.
Investor Pasar Modal Lampaui 14 Juta SID
Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan, jumlah investor pasar modal di Indonesia telah melampaui 14 juta single investor identification (SID). Per Kamis, 3 Oktober 2024, jumlah investor pada modal sebanyak 14.001.651 SID, tumbuh 1.833.590 SID baru dibanding posisi di akhir tahun lalu sebesar 12.168.061 SID.
Direktur Utama BEI Iman Rachman, mengatakan industri pasar modal memiliki peran yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian negara.
“Pasar modal Indonesia yang maju dan stabil akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata dia dalam keterangannya dikutip Jumat, 11 Oktober 2024.
Walau demikian, hal tersebut harus tetap disertai dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat. Karena, pertumbuhan investasi yang disertai dengan peningkatan literasi keuangan masyarakat dapat memperkuat daya tahan pasar modal Indonesia dalam menghadapi dinamika global, termasuk aliran dana investor asing.
Adapun BEI telah menyelenggarakan 19.779 kegiatan edukasi yang menjangkau lebih dari 24 juta peserta sejak awal tahun ini hingga akhir September 2024. Kegiatan tersebut di antaranya Sekolah Pasar Modal (SPM), program Duta Pasar Modal (DPM), dan berbagai webinar yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat di seluruh Indonesia tentang investasi.
BEI juga aktif mengampanyekan gerakan #AkuInvestorSaham, yang sukses menarik perhatian generasi muda. Saat ini, sekitar 79 persen dari total investor baru berusia di bawah 40 tahun, menunjukkan tingginya partisipasi dan ketertarikan generasi muda dalam berinvestasi di pasar modal.
Pencapaian ini berhasil diraih berkat sinergi yang erat antara BEI dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Self-Regulatory Organizations (SRO), serta para pemangku kepentingan lainnya, dan didukung oleh strategi inovasi digitalisasi edukasi yang efektif untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat yang senantiasa dilakukan oleh BEI.(*)