Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Harga Emas Dunia Sentuh Rekor Baru, Tembus USD2.700 per Ons

×

Harga Emas Dunia Sentuh Rekor Baru, Tembus USD2.700 per Ons

Sebarkan artikel ini
DSC03559 11zon
EMAS DUNIA - Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan harga emas dunia pada pekan ini bakal terkoreksi akibat penurunan tensi geopolitik Timur Tengah (Timteng).(Foto: Abbas Sandji/Kabar Bursa)

KABARBURSA.COM – Harga emas dunia pada perdagangan Jumat, 18 Oktober 2024, menembus angka USD2.700 per ons untuk pertama kalinya, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran atas konflik di Timur Tengah serta persaingan ketat pemilu di AS yang membuat investor mencari aset aman.

Dilansir dari Mining, Sabtu, 19 Oktober 2024, harga emas dunia naik 1 persen menjadi USD2.720,17 per ons, melewati rekor tertinggi yang tercatat sehari sebelumnya. Ketegangan geopolitik terus meningkat setelah Israel mengumumkan telah membunuh Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang dianggap sebagai dalang serangan kelompok tersebut ke selatan Israel yang memicu perang panjang di Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan akan terus berperang hingga semua sandera yang ditangkap Hamas tahun lalu dibebaskan, meskipun Presiden AS Joe Biden menyerukan agar perang segera diakhiri. Ketidakpastian geopolitik dan ekonomi seperti ini biasanya mendorong investor beralih ke emas sebagai aset aman.

“Polling tradisional dan polling taruhan terdesentralisasi menunjukkan hasil yang berbeda signifikan menjelang pemilu,” ujar Christopher Wong, ahli strategi FX di Oversea-Chinese Banking Corp. “Aksi lindung nilai Trump—membeli emas—masih mungkin menarik perhatian, mengingat situasi pemilu dan ketidakpastian geopolitik.”

Sementara itu, indeks dolar turun 0,2 persen, menghentikan reli empat hari sebelumnya. Pelemahan dolar membuat harga emas lebih murah bagi banyak pembeli karena dihargai dalam mata uang AS.

Sepanjang pekan ini, harga emas dunia naik sekitar 2,3 persen. Permintaan aset aman mengalahkan hambatan makro yang biasanya menekan logam mulia setelah laporan AS Kamis lalu meredam harapan terhadap skala pelonggaran Federal Reserve.

Emas menjadi salah satu komoditas dengan performa terbaik di 2024, dengan kenaikan lebih dari 30 persen sepanjang tahun ini. Optimisme akan pemotongan suku bunga mendukung lonjakan terbaru, setelah The Fed memulai siklus pelonggaran bulan lalu. Pembelian besar-besaran dari bank sentral terus menjadi penopang utama harga emas.

Investor Barat juga ikut mendongkrak harga, setelah sebelumnya cenderung menunggu dan melihat selama paruh pertama tahun ini ketika permintaan Asia melonjak. Peralihan kebijakan The Fed ke pelonggaran moneter meningkatkan daya tarik dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas, dengan peningkatan kepemilikan yang diperkirakan mencapai bulan kelima berturut-turut di Oktober—terpanjang sejak 2020.

Banyak pelaku industri memperkirakan tren harga emas masih akan meningkat. Para pedagang, pengolah, dan penambang yang hadir dalam pertemuan tahunan London Bullion Market Association pekan ini memperkirakan harga bisa naik hingga USD2.917 per ons pada akhir Oktober 2025, berdasarkan rata-rata survei peserta.

Pada pukul 12:08 waktu New York, emas diperdagangkan di level USD2.717,63 per ons. Logam mulia lainnya seperti perak, paladium, dan platinum juga mengalami kenaikan.

Tren Menanjak

Harga emas dunia sebelumnya sudah menunjukkan tren menanjak. Pada perdagangan Kamis, 17 Oktober 2024, emas dunia melonjak ke rekor tertinggi sepanjang hari tersebut. Dilansir dari Reuters, harga emas spot naik 0,7 persen ke USD2690,6 per ons, setelah sempat menyentuh puncak baru di USD2696,6. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,6 persen ke USD2707,5. Sebelumnya, rekor tertinggi emas tercatat di USD2685,9 pada 26 September.

Kenaikan ini didorong oleh ketidakpastian soal pemilihan presiden AS dan konflik di Timur Tengah. Kondisi ini membuat investor mengalihkan dana ke aset aman atau save heaven, sementara kebijakan moneter yang longgar terus menopang harga emas.

Sejak awal tahun, harga emas sudah meroket lebih dari 30 persen, melampaui rekor sebelumnya. Kenaikan ini dipicu ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed setelah penurunan setengah poin bulan lalu, serta ketidakpastian geopolitik yang masih berlanjut.

“Selain ketidakpastian di Timur Tengah, pemilu AS yang makin ketat juga meningkatkan kekhawatiran. Di saat seperti ini, emas selalu menjadi pilihan utama,” ungkap Nitesh Shah, ahli strategi komoditas di WisdomTree.

Dalam prediksi peserta pertemuan tahunan London Bullion Market Association (LBMA) pekan ini, harga emas diperkirakan naik ke USD2941 per ons dalam 12 bulan ke depan.

“Survei LBMA yang dirilis di Miami awal pekan ini memprediksi harga emas bisa mendekati USD3000 tahun depan, sementara harga perak diperkirakan tumbuh lebih signifikan. Hal ini menarik banyak perhatian,” ujar kepala strategi komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen.

Dampak Data Ekonomi AS

Sebelumnya, emas sempat terkoreksi dari puncaknya setelah data ekonomi AS menunjukkan penjualan ritel yang lebih tinggi dari ekspektasi di bulan September, sementara laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS mengungkap penurunan tak terduga dalam tingkat pengangguran.

“Kedua laporan ini mendukung pandangan kebijakan moneter yang lebih ketat,” kata analis pasar senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff.

Emas, yang tidak memberikan bunga, cenderung naik saat suku bunga dipangkas. Bank Sentral Eropa juga telah menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini sebesar seperempat poin.

Harga logam mulia lainnya turut beragam; perak turun 0,3 persen ke USD31,56 per ons, platinum naik tipis 0,1 persen ke USD994,00, sementara palladium melonjak 1,7 persen ke USD1041.(*)