KABARBURSA.COM – PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) membukukan pendapatan Rp1,59 triliun hingga 30 September 2024, naik dibandingkan Rp1,34 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Laporan keuangan perseroan, Selasa, menunjukkan beban pokok meningkat menjadi Rp754,80 miliar dari Rp661,26 miliar, yang turut mendorong kenaikan laba bruto menjadi Rp837,85 miliar dari sebelumnya Rp688,25 miliar. Seperti dalam keterangannya di Jakarta, Selasa 29 Oktober 2024.
Laba usaha perseroan juga melonjak menjadi Rp194,68 miliar dari Rp129,67 miliar, sementara laba sebelum pajak tercatat sebesar Rp196,80 miliar, naik dari Rp130,95 miliar pada tahun lalu.
Laba periode berjalan naik signifikan menjadi Rp147,38 miliar dari Rp99,81 miliar. Total aset pun meningkat menjadi Rp2,25 triliun hingga 30 September 2024, dibandingkan Rp2,04 triliun pada 31 Desember 2023.
Rincian Kinerja Fundamental
Emiten farmasi yang saham mayoritasnya dimiliki oleh Blue Sphere Singapore, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA), telah merilis laporan keuangannya untuk kuartal kedua tahun ini.
Salah satu hal yang menarik perhatian adalah dividen yield yang cukup tinggi, yang mungkin menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor di tengah dinamika pasar yang sedang berlangsung. Meski begitu, laporan keuangannya ini mengungkap sejumlah angka yang patut untuk dicermati lebih lanjut. Bagaimana rincian kinerja fundamental perusahaan ini? Mari kita telusuri lebih dalam.
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi dan berkedudukan di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini dikenal dengan produk-produknya yang berkualitas tinggi, baik untuk lini produk Consumer Health maupun Ethical.
Saat ini, sebagian besar saham DVLA atau sebesar 92,66 persen dimiliki oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd. (BSSPL), yang merupakan afiliasi dari United Laboratories, Inc. (Unilab). Unilab sendiri adalah perusahaan farmasi terkemuka yang memiliki jaringan afiliasi di berbagai negara Asia, termasuk Indonesia, Vietnam, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Laos, Kamboja, dan Cina.
Produk-produk dari DVLA yang dikenal luas di antaranya adalah NATURE-E, ENERVON-C, NEOZEP FORTE, NEW DIATABS, dan VICEE. Dengan portofolio produk yang kuat ini, perusahaan terus berkomitmen untuk menyediakan produk kesehatan berkualitas tinggi bagi masyarakat.
Selain profil perusahaan, struktur pemegang saham DVLA juga mencerminkan dominasi kepemilikan oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd., yang menguasai 92,12 persen saham atau sekitar 1,03 miliar saham. Selebihnya, saham DVLA dimiliki oleh masyarakat non-warkat sebesar 7,77 persen atau sekitar 86,94 juta saham, dan masyarakat warkat sebesar 0,11 persen atau sekitar 1,32 juta saham.
Dari segi jumlah pemegang saham, pada tanggal 31 Juli 2024, tercatat ada 2.093 pemegang saham, sedikit berkurang dibandingkan dengan 2.106 pemegang saham pada 30 Juni 2024. Fluktuasi jumlah pemegang saham ini menunjukkan dinamika yang cukup stabil dalam kepemilikan saham perusahaan selama beberapa bulan terakhir, dengan sedikit perubahan dalam angka pemegang saham setiap bulannya.
Kinerja Keuangan DVLA
Pada kuartal pertama 2024, DVLA mencatat laba bersih sebesar Rp67 miliar, meningkat dari Rp61 miliar di periode yang sama tahun 2023. Namun, pada kuartal kedua, laba bersih mengalami sedikit penurunan menjadi Rp52 miliar dibandingkan dengan Rp67 miliar di kuartal pertama, meskipun ini tetap lebih tinggi daripada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp35 miliar.
Secara tahunan, laba bersih yang diannualisasi mencapai Rp239 miliar, menunjukkan peningkatan yang signifikan dari Rp146 miliar pada 2023. Laba bersih trailing twelve months (TTM) untuk kuartal kedua 2024 adalah Rp169 miliar, juga naik dari Rp146 miliar di tahun sebelumnya.
Valuasi DVLA juga menunjukkan beberapa metrik penting. Rasio PE (Price to Earnings) tahunan saat ini berada di angka 7,86, sementara rasio PE trailing twelve months (TTM) sedikit lebih tinggi di angka 11,08. Hal ini menunjukkan valuasi pasar yang masih tergolong murah dibandingkan dengan laba bersih perusahaan.
Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM berada di 0,94, dan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) berada di angka 1,29. Angka-angka ini menunjukkan bahwa pasar masih memberikan apresiasi yang cukup baik terhadap kinerja DVLA meskipun rasio harga terhadap arus kas (Price to Cashflow) TTM tercatat di angka 9,61, yang juga menandakan arus kas yang positif bagi perusahaan.
Dari sisi likuiditas, rasio lancar DVLA tercatat di angka 2,57, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat (Quick Ratio) berada di angka 1,95, yang juga merupakan indikasi positif bahwa perusahaan mampu segera memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset yang paling likuid. Sementara itu, rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) perusahaan sangat rendah, hanya 0,04, menunjukkan struktur modal yang sangat konservatif dengan utang yang minimal.
DVLA mencatat return on assets (ROA) TTM sebesar 7,60 persen dan return on equity (ROE) TTM sebesar 10,41 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) perusahaan untuk kuartal kedua tercatat sebesar 53,48 persen, yang merupakan margin yang cukup sehat. Margin operasi (Operating Profit Margin) dan margin laba bersih (Net Profit Margin) untuk kuartal kedua masing-masing berada di angka 17,07 persen dan 9,35 persen, menunjukkan efisiensi operasional yang cukup baik.
DVLA mencatat total pendapatan (Revenue) TTM sebesar Rp1,996 triliun, dengan laba kotor (Gross Profit) mencapai Rp999 miliar dan EBITDA sebesar Rp266 miliar. Ini mencerminkan margin yang kuat dan profitabilitas yang stabil dari operasi perusahaan.
Pada sisi neraca, total aset DVLA pada kuartal kedua 2024 mencapai Rp2,228 triliun, dengan kas dan setara kas sebesar Rp276 miliar. Total kewajiban (Liabilities) perusahaan adalah Rp778 miliar, dengan total ekuitas sebesar Rp1,469 triliun. Perusahaan memiliki posisi utang bersih (Net Debt) yang sangat positif sebesar negatif Rp240 miliar, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki lebih banyak kas daripada utang, yang merupakan indikator keuangan yang sangat kuat.
DVLA menunjukkan kinerja arus kas yang cukup kuat dalam periode trailing twelve months (TTM). Arus kas dari operasi mencapai Rp195 miliar, menandakan bahwa perusahaan berhasil menghasilkan arus kas yang solid dari aktivitas operasionalnya. Namun, terdapat arus kas negatif dari investasi sebesar Rp100 miliar, yang mungkin mencerminkan pengeluaran untuk ekspansi atau investasi dalam aset tetap.