KABARBURSA.COM – PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) mencatatkan pendapatan sebesar Rp3,64 triliun hingga akhir kuartal ketiga 2024, naik dari Rp3,46 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Laporan keuangan perusahaan pada Selasa mengungkapkan, beban pokok pendapatan berkurang menjadi Rp2,56 triliun dari Rp2,62 triliun, sehingga laba bruto meningkat signifikan menjadi Rp1,07 triliun dari sebelumnya Rp839,77 miliar.
Laba sebelum pajak juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, mencapai Rp342,34 miliar dari Rp81,96 miliar. Sementara itu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp212,67 miliar, dibandingkan Rp118,26 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Total liabilitas turut mengalami kenaikan menjadi Rp4,80 triliun per 30 September 2024, dari posisi Rp4,73 triliun pada 31 Desember 2023. Adapun total aset perusahaan bertumbuh menjadi Rp7,59 triliun dari Rp7,33 triliun hingga akhir tahun lalu.
Ekosistem Mobilitas Orang dan Barang
PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), perusahaan yang beroperasi di ekosistem mobilitas orang dan barang melalui berbagai layanan, termasuk penyewaan kendaraan, transportasi logistik, layanan pengemudi, balai lelang otomotif, car sharing, jual beli kendaraan online, dan pengiriman parsel, berhasil melakukan turnaround yang mengesankan.
Perusahaan ini mencatatkan kenaikan laba bersih mendekati empat kali lipat menjadi Rp152,83 miliar pada Semester 1 2024, setelah mengalami penurunan laba di tahun 2023. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa 30 Juli 2024.
Peningkatan laba bersih yang mencolok ini merupakan hasil dari strategi efisiensi yang diterapkan pada anak usaha Anteraja.
Langkah ini berhasil mengurangi beban pokok pendapatan dan meningkatkan sinergi dalam ekosistem logistik melalui kemitraan dengan Cargoshare Logistics. Pendapatan ASSA pada periode ini stabil di sekitar Rp2,37 triliun, sebanding dengan periode yang sama tahun lalu.
Langkah efisiensi yang diambil termasuk penurunan beban pokok pendapatan sebesar 7,08 persen YoY, dari Rp1,82 triliun menjadi Rp1,69 triliun. Beban umum dan administrasi menurun 8,40 persen YoY menjadi Rp350,55 miliar, sementara beban bunga berhasil dikurangi 4,90 persen YoY menjadi Rp144,14 miliar. Pengurangan biaya ini secara signifikan berkontribusi pada peningkatan laba bersih.
Unit bisnis penjualan kendaraan bekas memberikan dorongan substansial dengan mencatatkan laba operasi sebesar Rp80,42 miliar, tumbuh 26,88 persen YoY. Sementara itu, anak usaha di bidang lelang, PT JBA Indonesia, melaporkan pertumbuhan laba operasi sebesar 99,00 persen YoY, mencapai Rp46,57 miliar.
Di sektor solusi logistik terintegrasi B2B, anak usaha ASSA, Cargoshare, mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 23,29 persen YoY menjadi Rp139,06 miliar. Fokus perusahaan saat ini adalah memperkuat supply chain logistik untuk memberikan nilai tambah yang lebih besar kepada pelanggan dari berbagai industri.
Sementara itu, bisnis penyewaan kendaraan korporat, autopool, dan juru mudi melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 1,54 persen YoY, mencapai Rp934,11 miliar.
Melihat perkembangan positif dari ketiga pilar bisnisnya—penyewaan kendaraan korporat, logistik, dan penjualan kendaraan bekas—perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 5-10 persen dan laba bersih dengan pertumbuhan double digit untuk tahun 2024.
Ke depan, perusahaan akan terus fokus pada pertumbuhan organik dan terbuka untuk berbagai peluang pertumbuhan anorganik, demikian disampaikan Direktur Utama ASSA, Prodjo Sunarjanto.
Tambah Modal Anak Usaha
PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) kembali memperkuat lini bisnisnya di bidang logistik. Perseroan menambah modal di anak usahanya, PT Adi Sarana Transportasi (ASTA), sebesar Rp20 miliar.
Penambahan modal ini dilakukan dengan cara menyetorkan modal baru kepada ASTA. Dengan suntikan modal tersebut, modal ditempatkan dan disetor penuh ASTA menjadi Rp120 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp100 miliar.
“Dalam menjalankan usahanya, ASTA membutuhkan tambahan modal, yang di mana diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada perseroan,” jelas Jerry Fandy Tunjungan, Corporate Secretary PT Adi Sarana Armada Tbk dalam keterangan resminya.
Sementara itu porsi kepemilikan saham ASSA di dalam ASTA tetap bertahan sebanyak 99,99 persen. Sisanya sebanyak 0,01 persen dimiliki oleh Prodjo Sunarjanto Sekar Pantjawati.
Penambahan modal ini diharapkan dapat memperkuat jaringan kargo ASSA dan meningkatkan efisiensi operasionalnya. Hal ini tentunya akan berdampak positif pada kinerja keuangan ASSA secara keseluruhan.
“Dalam menjalankan usahanya, ASTA membutuhkan tambahan modal, yang di mana diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada perseroan,” jelas Tunjungan, menambahkan.
ASTA sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengurusan transportasi logistik, termasuk penyewaan kendaraan, pengelolaan pergudangan, dan jasa logistik lainnya. ASTA didirikan pada tahun 2022 dan saat ini memiliki total aset sebesar Rp282,75 miliar per 31 Maret 2024.
ASSA sendiri merupakan salah satu perusahaan logistik terbesar di Indonesia. Perseroan memiliki total aset sebesar Rp7,66 triliun per 31 Maret 2024, dengan kas dan setara kas sebesar Rp968,56 miliar. Ekuitas ASSA pun tercatat cukup kuat, yaitu sebesar Rp2,68 triliun.
Dengan fundamental yang kuat dan strategi bisnis yang terarah, ASSA diyakini mampu terus bertumbuh dan meningkatkan profitabilitasnya di masa depan. Penambahan modal di ASTA menjadi salah satu langkah strategis ASSA untuk memperkuat posisinya di industri logistik Indonesia.
Kinerja Kuartal Pertama
Emiten yang bergerak di bidang mobilitas, logistik, dan penunjangnya ini telah mencatatkan laba bersih sebesar Rp71 miliar di kuartal I 2024, atau naik 37 persen secara year on year (yoy).
Sementara itu per kuartal I 2023, ASSA membukukan laba bersih sebesar Rp51,83 miliar, turun 28,98 persen secara tahunan atau yoy dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp72,98 miliar.
Direktur Utama ASSA, Prodjo Sunarjanto, mengatakan laba bersih ASSA yang meningkat tersebut, didukung oleh pendapatan ASSA yang berhasil naik 3,1 persen secara yoy menjadi Rp1,2 triliun dari Rp1,1 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. (*)