Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Sampoerna Bukukan Penjualan Rp88,46 Triliun, Laba Menurun

×

Sampoerna Bukukan Penjualan Rp88,46 Triliun, Laba Menurun

Sebarkan artikel ini
MGL0798 11zon scaled
IHSG hari ini kembali ditutup melemah, seiring dengan merosotnya bursa eropa dan asia. Foto: Abbas Sandji/Kabar Bursa

KABARBURSA.COM – PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan penjualan bersih sebesar Rp88,46 triliun hingga 30 September 2024, mengalami kenaikan tipis dari penjualan Rp87,29 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Dalam laporan keuangannya pada Selasa, perseroan menyampaikan bahwa beban pokok penjualan meningkat menjadi Rp74,70 triliun dari Rp72,85 triliun, yang menyebabkan laba kotor turun menjadi Rp13,75 triliun dibandingkan Rp14,44 triliun pada periode sebelumnya. Seperti dikutip di Jakarta, Selasa 29 Oktober 2024.

Laba sebelum pajak juga melemah menjadi Rp6,67 triliun, dibandingkan Rp7,85 triliun tahun lalu. Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menyusut menjadi Rp5,22 triliun dari Rp6,20 triliun.

Jumlah liabilitas tercatat naik menjadi Rp26,21 triliun hingga 30 September 2024 dari Rp25,44 triliun pada 31 Desember 2023. Sementara itu, total aset mengalami penurunan menjadi Rp53,24 triliun dari Rp55,31 triliun di akhir Desember 2023.

Portofolio Solid Semua Segmen

PT HM Sampoerna Tbk. atau HMSP, mengumumkan hasil kinerja Semester I 2024.

Perseroan yang telah beroperasi di Indonesia selama 111 tahun ini berhasil mempertahankan kepemimpinan di industri hasil tembakau dengan pangsa pasar sebesar 27 persen melalui portfolio yang solid pada semua segmen, jangkauan pasar yang kuat, inovasi serta perluasan komersialisasi dari produk bebas asap.

Presiden Direktur Sampoerna, Ivan Cahyadi menerangkan pada Semester 1-2024, Sampoerna mencatatkan volume penjualan sebesar 39,9 miliar batang, pendapatan bersih Rp57,8 triliun dan laba bersih Rp3,3 triliun.

Keberhasilan Sampoerna dalam mempertahankan kepemimpinan di industri tembakau nasional ditunjang oleh inovasi pada keseluruhan portfolio yang mencakup peluncuran merek baru, baik di segmen rokok maupun di segmen produk tembakau inovatif.

“Penambahan fasilitas produksi SKT di mana kami membuka dua pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan menambah 5 Mitra Produksi Sigaret (MPS), serta kinerja ekspor dengan nilai mencapai lebih dari USD 100 juta hingga semester I 2024,” kata Presiden Direktur Sampoerna, Ivan Cahyadi di Jakarta, Senin 29 Juli 2024.

Ivan melanjutkan, meskipun pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 3 persen , volume penjualan dan laba bersih perseroan mengalami penurunan sebesar 3 persen dan 11,6 persen dibandingkan Semester I-2023.

“Kinerja industri hasil tembakau masih penuh dengan tantangan yang dipengaruhi oleh dinamika pasar. Walaupun pertumbuhan ekonomi relatif stabil, daya beli konsumen dewasa secara keseluruhan cenderung melemah. Tantangan industri hasil tembakau juga ditambah dengan tekanan kenaikan tarif cukai sebesar dua digit jauh di atas tingkat inflasi, dan semakin melebarnya jarak tarif cukai antarsegmen.” ujar Ivan.

Hal ini mendorong perpindahan konsumsi dari golongan satu dengan tarif cukai paling tinggi ke produk yang lebih murah (downtrading). Bahkan diperparah dengan semakin maraknya peredaran rokok ilegal.

Pangsa pasar segmen di bawah golongan satu pada Semester I-2024 telah mencapai lebih dari 44 persen atau bertumbuh lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2017.

“Kedepannya, kami berharap pemerintah terus melanjutkan kebijakan cukai hasil tembakau multi years (tahun jamak) berdasarkan parameter ekonomi yang jelas, seperti tingkat inflasi serta mempertimbangkan daya beli masyarakat untuk menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif bersama upaya pemberantasan rokok ilegal secara berkelanjutan,” ujar Ivan.

Selain itu, Ivan berharap, pemerintah dapat terus melanjutkan kebijakan yang mendukung kontinuitas segmen padat karya sigaret kretek tangan (SKT), dan menghentikan akselerasi downtrading yang terus berlanjut sehingga pemerintah juga dapat mengoptimalkan penerimaan cukai.

Inovasi Industri Tembakau

Ivan juga menekankan pentingnya kebijakan cukai yang berimbang berdasarkan profil risiko untuk mendukung inovasi di industri hasil tembakau.

Sebagai bagian dari komitmen investasi berkelanjutan dan mendorong inovasi di industri hasil tembakau, Sampoerna telah merealisasikan investasi senilai lebih dari USD300 juta untuk fasilitas produksi produk tembakau inovatif bebas asap yang telah diresmikan pada tahun 2023 lalu.

Fasilitas produksi dengan orientasi ekspor ke Asia Pasifik dan pasar domestik ini turut dilengkapi dengan laboratorium dengan kualitas kelas dunia untuk pengujian produk tembakau inovatif bebas asap.

Sementara itu, komitmen Sampoerna dalam pengembangan produk tembakau inovatif bebas asap juga ditunjukkan melalui inisiatif strategis perluasan komersialisasi, peluncuran tujuh varian baru TEREA, serta peluncuran terbatas VEEV di 10 kota besar di Indonesia.

VEEV merupakan bagian dari portofolio produk tembakau inovatif bebas asap Philip Morris International berbentuk podat tertutup. Dengan menggunakan prinsip pemanasan cairan mengandung nikotin, VEEV menghasilkan uap dan bukan asap di mana tanpa pembakaran, VEEV menghasilkan jauh lebih rendah tingkat zat kimia berbahaya dibandingkan dengan asap rokok.

“Kami melihat pertumbuhan yang baik, di mana jumlah pengguna IQOS diperkirakan telah mencapai lebih dari 200.000 konsumen dewasa. Dan di wilayah perkotaan Jakarta, IQOS mampu meraih pangsa pasar 4,5 persen meningkat sebesar 1,8 poin dari kuartal kedua 2023. Perkotaan Jakarta mewakili Jakarta Barat, Pusat, dan Selatan yang mencakup sekitar 1,5 juta Pengguna Nikotin Dewasa,” papar dia.

Dari sisi lainnya, produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) juga berhasil menyerap lebih dari 90.000 karyawan secara langsung maupun tidak langsung selama semester pertama tahun 2024.

Ivan Cahyadi mengungkapkan kebanyakan dari mereka terlibat dalam segmen padat karya SKT (Sistem Kontrak Tumbuh) yang vital bagi ekonomi Indonesia.

“Pada Semester I 2024, Sampoerna menyerap lebih dari 90.000 karyawan secara langsung dan tidak langsung, di mana sekitar 90 persen di antaranya bekerja di segmen padat karya SKT,” kata Ivan. (*)