KABARBURSA.COM – Harga minyak dunia kembali merosot pada Selasa, 29 Oktober 2024, seiring laporan diplomasi untuk meredakan konflik di Lebanon yang dipimpin oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Harga minyak Brent turun 30 sen atau 0,4 persen ke USD71,12 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 17 sen atau 0,3 persen ke USD67,21 per barel, melanjutkan pelemahan lebih dari 6 persen pada perdagangan sebelumnya.
Menurut laporan Axios, Netanyahu akan bertemu dengan para menteri kabinet, pejabat militer, dan kepala intelijen untuk membahas langkah diplomasi dalam mengakhiri konflik di Lebanon. Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menegaskan Iran akan menggunakan segala cara yang tersedia sebagai balasan atas serangan Israel akhir pekan lalu.
Selain tensi geopolitik, permintaan yang lemah dari China, importir minyak terbesar dunia, turut menekan harga.
CEO BP Murray Auchincloss mengatakan permintaan minyak diperkirakan akan pulih setelah Presiden China, Xi Jinping, menerapkan stimulus ekonomi baru. CEO Saudi Aramco juga menyatakan pasar minyak saat ini dalam kondisi stabil, dengan perkiraan permintaan rata-rata 104,5 juta barel per hari tahun ini. “Pasar berusaha pulih, tapi masih terbebani permintaan lemah dari China dan kekhawatiran akan suplai yang meningkat,” jelas Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.
Penurunan Stok Minyak di AS
Di AS, stok minyak mentah dilaporkan turun 573 ribu barel pada pekan yang berakhir 25 Oktober, menurut data dari American Petroleum Institute. Persediaan bensin turun 282 ribu barel, dan stok distilat berkurang 1,46 juta barel. Sementara itu, data resmi dari pemerintah AS dijadwalkan rilis pada Rabu, 30 Oktober 2024, pagi waktu setempat.
Sentimen pasar minyak juga dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada 7 November mendatang. Jajak pendapat Reuters menunjukkan bahwa 111 ekonom memperkirakan penurunan suku bunga 25 basis poin, dan mayoritas memperkirakan pemangkasan tambahan pada Desember. Suku bunga yang lebih rendah berpotensi mendorong aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.
Terperosok Enam Persen
Harga minyak terperosok sedalam 6 persen atau jatuh lebih dari USD4 per barel pada Senin, 28 Oktober 2024. Ini terjadi setelah serangan balasan Israel terhadap militer Iran pada Sabtu, 26 Oktober 2024 menghindari fasilitas minyak dan nuklir sehingga tidak mengganggu pasokan energi.
Dikutip dari Reuters, kontrak berjangka (futures) untuk minyak mentah Brent berakhir di USD71,42 per barel, turun USD4,63 atau 6,09 persen. Sementara futures Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) ditutup pada USD67,38 per barel, turun USD4,40 atau 6,13 persen. Baik Brent maupun WTI mencapai level terendah sejak 1 Oktober pada pembukaan pasar.
“Jelas, ini adalah contoh sempurna dari pasar yang didorong oleh berita utama. Kami masih menghadapi banyak risiko geopolitik,” kata analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn.
Pekan lalu, harga patokan ini naik 4 persen dalam perdagangan yang bergejolak di tengah ketidakpastian terkait pemilihan AS yang akan datang dan seberapa besar tanggapan yang diharapkan dari Israel atas serangan rudal Iran pada 1 Oktober 2024.
Pada Sabtu, 26 Oktober 2024, puluhan jet Israel menyelesaikan tiga gelombang serangan sebelum fajar terhadap pabrik rudal dan lokasi lainnya di dekat Teheran dan di Iran bagian barat, dalam pertukaran serangan terbaru antara rival Timur Tengah tersebut. Serangan tersebut lebih diarahkan ke sasaran militer, meredakan kekhawatiran bahwa Israel mungkin menyerang fasilitas nuklir atau infrastruktur minyak Iran.
Sementara itu Citi menurunkan target harga Brent untuk tiga bulan ke depan menjadi USD70 per barel dari USD74 per barel, dengan mempertimbangkan penurunan premi risiko dalam jangka pendek, menurut catatan yang disampaikan oleh para analis yang dipimpin oleh Max Layton.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya di OPEC+ tetap mempertahankan kebijakan output minyak tidak berubah bulan lalu, termasuk rencana untuk mulai meningkatkan produksi mulai Desember. Grup ini akan bertemu pada 1 Desember menjelang pertemuan penuh OPEC+.
Analis Tudor, Pickering, Holt, Matt Portillo, mengatakan WTI bisa diperdagangkan jauh lebih rendah pada tahun mendatang. “Tanpa adanya ketegangan di Timur Tengah, perkiraan dasar kami untuk WTI pada 2025 tetap $65 per barel, dengan kecenderungan lebih rendah jika OPEC+ tidak menunjukkan pembatasan signifikan dalam mengembalikan volume ke pasar,” kata Portillo.
Namun, ketegangan tetap tinggi setelah serangan tersebut, dan Iran akan “menggunakan semua alat yang tersedia” untuk merespons serangan Israel akhir pekan ini, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, pada hari Senin, 28 Oktober 2024.(*)