KABARBURSA.COM – Peningkatan tensi isu geopolitik mendorong emiten di sektor migas meningkat pesat. Namun, tampaknya tidak semua emiten di sektor migas mendapat durian runtuh dari lonjakan harga minyak, seperti halnya yang dialami PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Emiten yang IPO sejak tahun 1994 ini bergerak di bidang infrastruktur logistik, perdagangan dan distribusi bahan kimia dasar, distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan pertambangan serta perdagangan batu bara.
Meski punya concern di sektor migas, AKRA nampak tidak seperti emiten di sektor mineral lainnya yang melonjak akibat penurunan harga minyak global.
“Kinerja AKRA kurang bagus. AKRA mencatatkan penurunan kinerja di sembila bulan pertama tahun 2024,” kata Analis Komoditas dan Founder Traderindo Wahyu Tribowo kepada kabarbursa.com, Selasa, 29 Oktober 2024.
Wahyu melihat adanya penurunan laba bersih sebesar 14,07 persen atau sebesar Rp1,46 triliun. Sementara periode yang sama pada tahun sebelumnya, AKRA berhasil mencatatkan laba sebesar Rp1,71 triliun.
Kelesuan ini mendorong manajemen AKRA kembali merevisi penurunan laba bersih sepanjang tahun ini dari kisaran 4-7 persen, atau turun 14 persen atau sekitar Rp2,4 triliun.
“Meski kurang memuaskan, kinerja tersebut bisa membaik di jangka menengah dan panjang seiring meningkatnya permintaan energi karena ekonomi global dan domestik yang diproyeksi bakal membaik,” jelasnya.
Agar dapat keluar dari situasi ini, AKRA diprakirakan bakal meningkatkan pendapatan minyak bumi dengan membuka kapal tanker baru untuk meningkatkan kapasitas angkut sebesar 10 persen.
Alasan saham AKRA menarik di kemudian hari adalah karena emiten ini memiliki potensi dalam peningkatan permintaan BBM industri. Selain itu, produk AKRA seperti bahan bakar, pelumas, dan bahan kimia sangat dibutuhkan oleh industri, manufaktur, serta infrastruktur.
“Potensi pertumbuhan ekonomi domestik yang kuat akan mendorong aktivitas di sektor industri dan manufaktur sehingga meningkatkan permintaan produk AKRA. Selain itu, penjualan lahan industri di Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) berpeluang tumbuh seiring dengan prospek penurunan suku bunga,” jelas Wahyu.
Prospek Saham AKRA
Dikutip dari Stockbit, saham AKRA menunjukkan valuasi yang menarik meskipun performa laba kuartalan sempat mengalami penurunan. Kinerja AKRA yang tercermin dari rasio PE TTM sebesar 10,67 berada di atas median IHSG sebesar 7,05, namun nilai ini tetap terbilang wajar untuk industri energi dan infrastruktur yang diproyeksikan terus berkembang.
Rasio PE ini menunjukkan bahwa investor masih melihat prospek jangka panjang AKRA sebagai pilihan investasi yang stabil, terutama karena eksposur di sektor bahan bakar dan infrastruktur.
Untuk ke depan, rasio PE Forward sebesar 9,49 dan Earnings Yield TTM sebesar 9,37 persen menjanjikan pengembalian yang cukup menarik. AKRA pun memiliki valuasi Price-to-Sales yang rendah pada angka 0,67, menunjukkan harga saham yang terdiskon dibandingkan potensi penjualan. Hal ini didukung dengan Price-to-Book Value sebesar 2,52, yang masih kompetitif di pasar modal.
Dari perspektif solvabilitas, AKRA menunjukkan kemampuan keuangan yang stabil dengan rasio lancar di level 1,56 dan rasio cepat di 1,42. Dengan Debt-to-Equity Ratio sebesar 0,42, AKRA berada pada posisi yang solid untuk memenuhi kewajiban finansialnya tanpa mengorbankan peluang ekspansi.
Tingkat likuiditas perusahaan juga tinggi dengan kas per saham mencapai Rp231,84 dan free cash flow per kuartal sebesar Rp1,398 miliar.
Namun, AKRA masih menghadapi beberapa tantangan dalam jangka pendek. Laporan keuangan terbaru menunjukkan penurunan laba bersih kuartalan sebesar 31,33 persen year-on-year, yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan pendapatan hingga 1,59 persen dalam kondisi makroekonomi yang menantang.
Meskipun margin laba bersih pada kuartal ini mencapai 4,68 persen, manajemen harus memastikan efisiensi untuk menghadapi fluktuasi permintaan dan biaya operasional yang tinggi.
Di sisi lain, prospek jangka menengah dan panjang saham ini tetap menjanjikan. Dengan Return on Equity (ROE) mencapai 23,61 persen dan Return on Assets (ROA) sebesar 8,53 persen, AKRA mencatatkan tingkat efektivitas manajemen yang cukup tinggi.
Rasio PEG untuk tiga tahun mendatang yang negatif menunjukkan bahwa ekspektasi pertumbuhan perusahaan masih konservatif namun stabil. Arus kas operasi sebesar Rp1,656 miliar dan EBITDA TTM sebesar Rp3,546 miliar juga menegaskan posisi kuat AKRA di pasar.
Selain itu, potensi dividen AKRA patut diperhatikan dengan dividend yield yang mencapai 9,26 persen. Ini menjadi daya tarik tambahan bagi investor yang menginginkan pendapatan pasif, terutama dalam menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif. Rasio payout mencapai 128,07 persen, yang menunjukkan komitmen perusahaan untuk tetap memberikan imbal hasil bagi pemegang saham.
Secara keseluruhan, meski terdapat tantangan dalam kinerja jangka pendek, AKRA menunjukkan stabilitas dan prospek yang menarik untuk jangka menengah dan panjang, terutama dengan valuasi yang menarik dan pengelolaan keuangan yang kuat. Investor yang mencari peluang di sektor energi dan infrastruktur dapat mempertimbangkan AKRA sebagai opsi investasi yang berpotensi memberikan hasil positif di masa depan.(*)