KABARBURSA.COM – Investment Analyst Stockbit Everson Sugianto memberi catatan terhadap kinerja PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang tertekan pada triwulan III tahun 2024.
Melalui laporan keuangan perseroan, total penjualan dan pendapatan usaha Gudang Garam tercatat sebesar Rp73,89 triliun. Angka ini mengalami penurunan sekitar 9,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp81,75 triliun.
Sebagai dampaknya, laba bersih perusahaan turun secara signifikan, dari Rp4,46 triliun menjadi Rp992 miliar pada periode ini. Penurunan ini menunjukkan adanya tekanan pada margin laba perusahaan, terutama akibat beban produksi yang tetap tinggi.
“Hasil laba bersih GGRM selama sembilan bulan tahun 2024 jauh di bawah ekspektasi karena hanya setara 30 persen ekspektasi tahun fiskal 2024 konsensus,” ujar Everson seperti dikutip Rabu, 30 Oktober 2024.
Ia menambahkan, salah satu produsen rokok terbesar ini mencatatkan penjualan pada kuartal III 2024 masih lemah dengan turun 7,8 persen, yang kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan volume penjualan rokok. Meski belum ada informasi terkait volume penjualan tersebut, hingga satu semester 2024, volume penjualan ini turun 15 persen secara tahunan. Situasi ini diperparah oleh penurunan margin laba kotor 400 basis poin (bps) di triwulan III 2024 menjadi 9,4 persen.
“Menurut kami, penurunan margin tersebut kemungkinan disebabkan oleh kenaikan rata–rata harga penjualan (ASP) yang tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan cukai. Adapun kesulitan dalam menaikkan ASP kemungkinan didasari oleh kekhawatiran atas isu downtrading ke rokok murah dan daya beli masyarakat,” ujarnya dalam laporan tersebut.
Lebih lanjut margin laba usaha GGRM mengalami penurunan signifikan sebesar 560 bps secara tahunan. Penurunan ini dipicu oleh turunnya laba kotor, ditambah dengan kenaikan beban operasional (opex) yang meningkat 9 persen.
Pada periode ini, beban penjualan GGRM meningkat sebesar 12 persen. Lonjakan beban penjualan ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan beban transportasi, pengangkutan, iklan, promosi, dan pemasaran lainnya, yang meningkat hingga 18 persen. Kenaikan dalam komponen-komponen beban ini semakin memperberat opex perusahaan, yang menjadi salah satu faktor utama tertekannya laba usaha di triwulan III 2024.
Gabungan dari penurunan margin laba kotor dan peningkatan opex membuat laba usaha GGRM pada kuartal III 2024 turun drastis menjadi Rp205 miliar, mencatat penurunan sebesar 88 persen dan 68 persen secara kuartalan.
“Tekanan ini berimbas pada laba usaha kumulatif GGRM untuk periode sembilan bulan pertama tahun 2024, yang hanya mencapai Rp1,8 triliun, atau turun 71 persen,” tambah Everson.
Angka ini hanya mencakup 41 persen dari proyeksi laba usaha yang diestimasi dalam konsensus tahun fiskal 2024, menandakan bahwa GGRM masih berada jauh di bawah target tahunan.
Penurunan signifikan dalam laba usaha dan kenaikan beban operasional memberikan tantangan besar bagi GGRM untuk mencapai proyeksi laba tahunan. Dengan kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan langkah-langkah strategis guna mengoptimalkan efisiensi biaya dan menstabilkan margin keuntungan perusahaan di tengah tekanan regulasi dan daya beli konsumen yang lesu.
Saham GGRM Hari ini
Harga saham GGRM kembali mengalami tekanan signifikan pada perdagangan hari ini, Rabu, 30 September 2024, dengan harga turun 3,36 persen atau sebesar 500 poin ke level Rp14.375 pada sesi I.
Dalam perdagangan hari ini, harga saham dibuka pada level Rp14.875 dan mencapai titik tertinggi pada Rp14.875, namun terus turun hingga level terendah di Rp14.300 sebelum akhirnya ditutup di Rp14.375.
Volume perdagangan hari ini mencapai 755.200 lot, sedikit lebih tinggi dari rata-rata volume harian 644.082 lot.
Penurunan harga saham Gudang Garam terjadi di tengah tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menjaga stabilitas laba bersih dan pendapatan.
Laporan keuangan terakhir menunjukkan pendapatan GGRM hingga kuartal III 2024 mengalami penurunan sekitar 9,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih pun turun drastis menjadi Rp992 miliar dari sebelumnya Rp4,46 triliun.
Kondisi ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab lemahnya minat investor terhadap saham GGRM, di samping sentimen negatif pada industri rokok yang terkena dampak kenaikan cukai dan perubahan preferensi konsumen.
Penurunan harga saham GGRM hingga 39,02 persen dalam satu tahun terakhir mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di tengah tantangan industri yang dihadapinya. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.