Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Laba TSPC Capai Rp1,08 Triliun, Core Profit Lampaui Ekspektasi

×

Laba TSPC Capai Rp1,08 Triliun, Core Profit Lampaui Ekspektasi

Sebarkan artikel ini
Manufacture PT TSP
PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) (Foto: TempoScan)

KABARBURSA.COM – PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) berhasil mencatatkan peningkatan penjualan dan laba bersih hingga periode sembilan bulan tahun 2024, yang berakhir pada 30 September. Analis melihat keuntungan inti (core profit) berhasil melampaui ekspektasi.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, total penjualan dan pendapatan usaha TSPC naik 3,89 persen dari Rp9,77 triliun menjadi Rp10,15 triliun di triwulan III 2024. Hasil ini ditopang oleh Divisi Farmasi dan Divisi Produk Konsumer dan Kosmetik (consumer products and cosmetics/CPC) yang masing-masing tumbuh 19,2 persen dan 10,5 persen. Di sisi lain, Divisi Distribusi mengalami penurunan signifikan sebesar 13,3 persen per kuartal III 2024.

Divisi Farmasi mampu mencatat pertumbuhan penjualan bersih yang signifikan, meningkat hingga dua digit sebesar 19,2 persen, mencapai Rp3,54 triliun. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 12,1 persen.

Kelompok produk kesehatan konsumen menjadi pendorong utama pertumbuhan penjualan bersih divisi ini, dengan peningkatan sebesar 19,6 persen mencapai Rp3,48 triliun. Peningkatan yang luar biasa ini terutama berasal dari penjualan produk nutrisi yang melonjak tajam sebesar 40,8 persen dari tahun ke tahun. Pertumbuhan pesat produk nutrisi ini terjadi secara nasional seiring dengan lonjakan permintaan konsumen di seluruh saluran penjualan dan wilayah geografis.

Selain itu, kelompok Produk Kesehatan Konsumen juga mencatatkan performa positif dengan peningkatan penjualan Over the Counter (OTC) dan produk vitamin sebesar 3,6 persen, meskipun kondisi pasar OTC penuh tantangan.

Direktur Keuangan TSPC Liza Prasodjo menjelaskan, Tempo Scan terus memantau perlambatan permintaan konsumen yang sejalan dengan menurunnya daya beli mereka, karena kondisi ini berpotensi memicu diskon harga yang drastis atau bahkan penurunan harga permanen dalam kategori produk farmasi dan nutrisi, di tengah tekanan persaingan yang semakin intens menuju akhir tahun.

Di sisi lain, penjualan bersih produk obat resep dari Divisi Farmasi mengalami penurunan sebesar 0,4 persen, mencapai Rp58,2 miliar. Dengan demikian, hingga September 2024 kontribusi penjualan bersih kelompok produk kesehatan konsumen dan kelompok obat resep terhadap total penjualan bersih divisi Farmasi masing-masing sebesar 98,4 persen dan 1,6 persen.

Selain itu, penjualan bersih bisnis internasional Divisi Farmasi meningkat sebesar 7,4 persen, mencapai Rp202,8 miliar. “Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang meningkat sebesar 9,2 persen. Kontribusi penjualan bersih internasional ini terhadap total penjualan bersih divisi Farmasi sebesar 5,7 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 6,4 persen,” jelas Liza.

Lebih lanjut, Divisi Produk Konsumen & Kosmetik (CPC) juga berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih yang signifikan, meningkat sebesar 10,5 persen mencapai Rp3,33 triliun.

Kelompok produk konsumen menjadi penyumbang utama dengan peningkatan penjualan bersih sebesar 11,6 persen, mencapai Rp2,70 triliun. Sementara itu, kelompok kosmetik mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,1 persen, mencapai Rp629,5 miliar.

Kelompok produk konsumen, ujar Liza, memiliki merek-merek inti yang sudah mapan di pasar, yang membuat produk dari merek-merek ini siap menghadapi tantangan di pasar barang konsumen cepat saji (FMCG) terkait kelemahan pasar yang berkelanjutan.

“Beberapa perusahaan FMCG besar bahkan terpaksa terlibat dalam perang diskon dan menurunkan harga produknya untuk mempertahankan pangsa pasar yang terus menurun,” papar dia.

Selanjutnya, kontribusi penjualan bersih kelompok produk konsumen dan kelompok kosmetik terhadap total penjualan bersih divisi CPC masing-masing sebesar 81,1 persen dan 18,9 persen hingga September 2024. Kontribusi ini hanya sedikit berubah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masing-masing sebesar 80,3 persen dan 19,7 persen.

Untuk bisnis internasional Divisi CPC, penjualan bersih berhasil mempertahankan pertumbuhan yang kuat dengan peningkatan sebesar 19,0 persen. Kinerja penjualan bersih yang kuat ini didorong oleh pertumbuhan penjualan masing-masing sebesar 31,2 persen untuk Produk Konsumen dan 16,0 persen untuk Kosmetik.

Akibatnya, kontribusi penjualan bersih bisnis internasional divisi CPC terhadap total penjualan bersih divisi ini meningkat menjadi 4,2 persen, dibandingkan kontribusi sebesar 3,9 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Rincian lainnya, Divisi Distribusi mengalami penurunan penjualan bersih sebesar 13,3 persen, menjadi Rp3,27 triliun. Produk dari prinsipal nonfarmasi menjadi penyumbang utama penurunan ini, dengan penurunan penjualan bersih sebesar 15,2 persen, mencapai Rp2,95 triliun.

Di sisi lain, produk dari prinsipal farmasi mengalami peningkatan penjualan bersih sebesar 9,0 persen, mencapai Rp315,4 miliar. Dengan demikian, kontribusi penjualan bersih produk prinsipal nonfarmasi dan prinsipal farmasi terhadap total penjualan bersih Divisi Distribusi masing-masing sebesar 90,4 persen dan 9,6 persen hingga September 2024, sedikit berubah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 92,3 persen dan 7,7 persen.

Laba bruto hingga September 2024 meningkat signifikan sebesar 13,9 persen, menjadi Rp3,85 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan penjualan bersih. Hal ini mengakibatkan margin laba bruto meningkat menjadi 38,0 persen dibandingkan margin laba bruto pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 34,6 persen.

“Performa margin laba bruto ini dipengaruhi oleh perubahan dalam campuran penjualan, di mana kontribusi penjualan bersih dari divisi Farmasi dan CPC meningkat menjadi hampir 70 persen dari total penjualan bersih konsolidasi Tempo Scan,” tutur Liza.

Ia melanjutkan, kedua divisi ini menghasilkan margin laba bruto yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Divisi Distribusi yang memiliki kontribusi penjualan lebih rendah dan menghasilkan margin laba bruto yang lebih rendah.

Laba operasional meningkat tajam sebesar 78,6 persen, menjadi Rp1,45 triliun, sehingga margin laba operasional meningkat menjadi 14,3 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 8,3 persen.

Laba bersih setelah pajak meningkat sebesar 13,7 persen, menjadi Rp1,08 triliun, dengan margin laba bersih setelah pajak sebesar 10,7 persen, lebih tinggi dibandingkan margin laba bersih setelah pajak tahun sebelumnya yang sebesar 9,7 persen.

EBITDA hingga September 2024 meningkat tajam sebesar 61,5 persen, menjadi Rp1,70 triliun, dengan margin EBITDA sebesar 16,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan margin EBITDA pada periode yang sama tahun lalu sebesar 10,8 persen.

Dengan demikian, posisi keuangan Tempo Scan per 30 September 2024 tetap solid dengan posisi kas dan setara kas sebesar Rp3,92 triliun, meningkat 8,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Siklus operasi bersih tercatat 77 hari, meskipun kondisi likuiditas pasar penuh tantangan. Total aset dan ekuitas pemegang saham masing-masing sebesar Rp12,16 triliun dan Rp8,94 triliun.

Core Profit Lampaui Ekspektasi

Investment Analyst Lead Stockbit Edi Chandren mengatakan dengan mengesampingkan rugi kurs, keuntungan inti (core profit) menandai level secara kuartalan tertinggi sepanjang masa. “Sehingga ini melampaui ekspektasi kami karena setara 81 persen dari estimasi laba bersih tahun fiskal Stockbit,” ujarnya, Rabu, 30 Oktober 2024.

Dalam analisisnya, Edi menjelaskan, kuatnya kinerja core profit utamanya didorong oleh kenaikan margin laba kotor seiring penurunan harga bahan baku dan revenue mix yang semakin baik, dan beban operasional (opex) yang efisien.

“Dengan tren operasional yang solid, kami menilai penurunan harga saham yang terjadi pada perdagangan sesi I hari ini sebagai kesempatan untuk membeli saham TSPC (buy on weakness). Pada harga Rp2.620/lembar, TSPC diperdagangkan pada 8,2x FY24F P/E, valuasi yang atraktif menurut kami untuk prospek pertumbuhan yang dimiliki perseroan,” ungkap Edi.

Ia melanjutkan, pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi pada kedua segmen tersebut berdampak positif pada margin laba kotor secara keseluruhan karena revenue mix yang lebih baik. Selain itu, margin laba kotor kedua segmen tersebut juga meningkat secara tahunan seiring penurunan harga bahan baku.

“Pertumbuhan pendapatan yang lebih disebabkan oleh tren perubahan perilaku konsumen memberikan ruang bagi TSPC untuk lebih efisien dalam mengatur biaya iklan dan promosi,” tutup Edi melalui laporannya. (*)