Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Pertumbuhan BNGA Masih Profitable, Analis: Laba Sentuh All Time High

×

Pertumbuhan BNGA Masih Profitable, Analis: Laba Sentuh All Time High

Sebarkan artikel ini
DSC02512 11zon
Pegawai melayani nasabah CIMB Niaga atau PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) di CIMB Niaga Digital Lounge Kota Kasablanka, Selasa, 17 September 2024. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) berhasil memperoleh laba bersih yang tumbuh hingga periode sembilan bulan 2024, yang berakhir pada 30 September 2024. Analis menyatakan kinerja BNGA masih dalam performa yang baik.

Berdasarkan laporan keuangan triwulan III 2024, BNGA secara konsolidasian mencetak laba bersih Rp5,13 triliun, tumbuh 4,69 persen jika dibandingkan laba periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp4,9 triliun.

Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas menilai, laba bersih yang tumbuh ini telah melampaui ekspektasi karena setara 76 persen dari estimasi tahun fiskal konsensus. Hasil ini menandai laba bersih kuartalan dan sembilan bulan tertinggi sepanjang masa (all–time high) bagi BNGA.

“Secara garis besar, manajemen BNGA masih menjaga pertumbuhan yang profitable, dengan performa didorong oleh net interest margin (NIM) yang sedikit terkompresi, credit cost (CoC) dan kualitas aset terjaga baik, dan pertumbuhan kredit yang sehat dan profitable, dengan likuiditas yang ample,” ungkap Rahmanto dalam laporannya, Kamis, 31 Oktober 2024.

Earning per share atau laba per saham CIMB Niaga tumbuh menjadi Rp209,34. Pertumbuhan ini mencerminkan fokus pada set berkualitas serta efisiensi operasional. Selanjutnya kualitas aset tetap solid, dengan rasio non-performing loan (NPL) gross 2,0 persen, yang tercatat di bawah rata-rata industri.

CIMB Niaga terus menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas dengan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 23,4 persen dan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 84,3 persen.

NIM BNGA, ujar Rahmanto, pada kuartal III 2024 turun ke level 4,07 persen sehingga NIM selama periode sembilan bulan tahun 2024 ini menjadi 4,16 persen. Hasil ini berada di bawah guidance tahun fiskal dari manajemen pada awal tahun di kisaran 4,2–4,4 persen.

“Manajemen BNGA pun melakukan downgrade guidance NIM tahun fiskal menjadi 4,1–4,2 persen, menandakan kepercayaan manajemen bahwa NIM akan cenderung stabil pada kuartal IV 2024,” sambungnya.

Lebih lanjut, penurunan NIM didorong oleh loan yield yang sedikit tertekan dan CoC yang sedikit naik.

Rahmanto menyampaikan penilaiannya, CoC berada di bawah guidance tahun 2024 dari manajemen pada awal tahun di kisaran 1–1,1 persen. Manajemen BNGA pun melakukan upgrade guidance CoC tahun 2024 menjadi di bawah 1 persen, menandakan kepercayaan manajemen bahwa CoC akan terjaga pada triwulan IV 2024. Realisasi CoC tersebut didukung oleh kualitas aset yang terjaga, di mana NPL gross dan Loan at Risk (LAR) tercatat membaik, dengan LAR telah mencapai single–digit.

Hingga 30 September 2024, total aset konsolidasi bank ini mencapai Rp354,3 triliun, memperkuat posisinya sebagai bank swasta nasional terbesar kedua di Indonesia.

Dana pihak ketiga (DPK) naik menjadi Rp256 triliun atau tumbuh 8,8 persen dibandingkan tahun lalu (yoy), didorong oleh kenaikan current account and savings account (CASA) sebesar 8,8 persen menjadi Rp170,7 triliun. Pertumbuhan ini hasil dari peningkatan hubungan nasabah dan pengalaman pengguna melalui layanan digital, yang juga meningkatkan rasio CASA menjadi 66,7 persen.

Secara tahunan, total penyaluran kredit atau pembiayaan tumbuh 6,4 persen  menjadi Rp218,6 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang naik 9,4 persen, diikuti oleh sektor korporasi sebesar 7,1 persen, dan sektor konsumer yang meningkat 5,4 persen. Pertumbuhan paling signifikan di sektor pembiayaan ritel disebabkan oleh lonjakan pembiayaan kredit pemilikan mobil (KPM) sebesar 18,2 persen.

Menurut Rahmanto, pertumbuhan kredit mencapai 6,4 persen yoy pada kuartal III 2024, sejalan dengan guidance tahun 2024 manajemen. Hasil tersebut didorong oleh pertumbuhan pada seluruh segmen, kecuali kredit kepemilikan rumah (KPR).

“Kami melihat bahwa segmen KPR yang tidak tumbuh merupakan strategi dari manajemen BNGA untuk menjaga profitabilitas. Manajemen BNGA pun menjelaskan bahwa kompetisi harga di industri membuat segmen KPR menjadi tidak profitable, sehingga perseroan belum fokus untuk mengejar pertumbuhan pada segmen tersebut,” jelas analis dari Stockbit tersebut.

Dalam perbankan syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) CIMB Niaga atau CIMB Niaga Syariah tetap menjadi UUS terbesar di Indonesia dengan pembiayaan mencapai Rp60,7 triliun, meningkat 14,8 persen yoy, serta DPK sebesar Rp53,2 triliun yang tumbuh 24,6 persen yoy hingga 30 September 2024.

Sebagian besar peningkatan pembiayaan di CIMB Niaga Syariah didorong oleh segmen ritel. Bank ini terus memperkuat proporsi pendanaan murah melalui pengembangan jaringan komunitas.

Lebih lanjut, Rahmanto menerangkan, manajemen juga menjelaskan rencana perseroan untuk bertumbuh ke depannya dengan melakukan penetrasi ke kota tier–2 dan tier–3. (*)

 

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.