Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

ADRO Catatkan Laba Bersih Turun Tiga Persen

×

ADRO Catatkan Laba Bersih Turun Tiga Persen

Sebarkan artikel ini
MGL2345 11zon e1725160290707
Gedung Adaro Energy Indonesia (ADRO) di Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM – PT Adaro Energy Indonesia Tbk dengan kode saham ADRO, mencatatkan laba bersih turun hingga 3 persen. Walau begitu, laba bersih tersebut lebih baik dari ekspektasi perseroan.

Dalam laporan keuangan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada September 2024 (9M24), laba bersih perusahaan tercatat sebesar USD1,2 miliar selama 9M24, melebihi ekspektasi analis Stockbit dan konsensus pasar.

Pada kuartal ketiga 2024 (3Q24), ADRO berhasil mencatatkan laba bersih sebesar USD404 juta, naik 17,1 persen YoY dan stabil dibandingkan kuartal sebelumnya (-0,1 persen QoQ).

Hasil ini memberikan kontribusi signifikan terhadap total laba bersih perusahaan selama 9M24. Meski secara tahunan laba bersih turun, hasil ini tetap melampaui ekspektasi, mencapai 82 persen dari proyeksi Stockbit dan 96 persen dari konsensus pasar untuk keseluruhan tahun fiskal 2024 (FY24F).

Mengutip data yang disampaikan investment analyst Stockbit Hendriko Gani, pada Kamis, 31 Oktober 2024, pendapatan Adaro selama 9M24 mencatatkan penurunan sebesar 10,6 persen YoY, namun hasil tersebut jauh lebih baik dibandingkan proyeksi awal yang memperkirakan penurunan pendapatan sebesar 12,8 persen YoY oleh Stockbit dan 19,3 persen YoY oleh konsensus.

Pendapatan perusahaan pada 3Q24 turun sebesar 3,3 persen secara kuartalan, namun tetap dianggap positif karena hasil ini mengindikasikan adanya peningkatan volume penjualan batu bara. Sementara harga batu bara Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) cenderung stagnan pada kuartal ketiga, volume penjualan yang stabil berhasil menjaga kinerja pendapatan ADRO.

Adaro Energy Indonesia juga menunjukkan kemampuan untuk menjaga efisiensi operasionalnya. Meskipun margin laba kotor mengalami sedikit penurunan dari 37,9 persen pada 2Q24 menjadi 37,1 persen pada 3Q24, margin kotor selama 9M24 tetap kuat di level 39,5 persen, hanya sedikit turun dari 39,9 persen pada 9M23.

Realisasi ini lebih baik dari perkiraan Stockbit yang memproyeksikan margin kotor sebesar 38,4 persen untuk tahun penuh 2024.

Analisis Stockbit menyebutkan bahwa penurunan margin laba kotor tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kenaikan biaya operasional, tetapi cash cost ADRO masih lebih rendah dari estimasi awal di kisaran USD48,5 per ton, meskipun diperkirakan mengalami kenaikan secara kuartalan.

Outlook Kinerja 4Q24

Melihat kinerja yang solid hingga kuartal ketiga, analis Stockbit tetap berhati-hati terhadap potensi fluktuasi harga batu bara di pasar global, yang kemungkinan akan mempengaruhi kinerja Adaro pada kuartal keempat 2024. Di samping itu, realisasi volume penjualan batu bara ADRO serta izin penjualan (RKAB) akan menjadi faktor kunci yang perlu diawasi pada sisa tahun ini.

Dalam laporan keuangannya, manajemen ADRO menyatakan optimisme mereka terhadap prospek penjualan di sisa tahun ini, mengingat stabilnya permintaan batu bara global. Namun, tetap ada ketidakpastian terkait pergerakan harga batu bara internasional, yang dapat memengaruhi laba perusahaan pada kuartal terakhir tahun ini.

Secara keseluruhan, Adaro Energy Indonesia berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik dari ekspektasi pasar selama 9M24. Meskipun pendapatan dan laba bersih mengalami penurunan secara tahunan, realisasi kinerja perusahaan tetap berada di atas proyeksi, didukung oleh peningkatan volume penjualan dan margin laba kotor yang kuat.

Outlook untuk kuartal keempat akan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga batu bara dan realisasi penjualan perusahaan, namun dengan kinerja yang stabil hingga saat ini, ADRO berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi tantangan tersebut.

Adaro Energy Indonesia terus menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dalam menghadapi kondisi pasar yang berfluktuasi, menjaga efisiensi biaya, dan tetap menghasilkan laba yang solid. Bagi para investor, saham ADRO tetap menjadi pilihan menarik di sektor batu bara, dengan prospek positif ke depan meskipun ada tantangan di pasar global.

Memanfaatkan Pemangkasan Suku Bunga Pinjaman China

Sementara itu, Adaro sedang berusaha memanfaatkan pemangkan suku bunga pinjaman China dengan mencatat peningkatan ekspor komoditas batu bara. Hingga kuartal I 2024, ADRO mencatat peningkatan ekspor batubara ke China sebesar 15 persen. Sementara per semester I tahun 2024, ekspor batu bara ke negeri Tirai Bambu itu meningkat 18 persen.

Hal ini diakui Head of Communication Adaro, Febriati Nadira, kepada  KabarBursa.com, Senin, 28 Oktober 2024.

“Hingga kuartal 1 2024, ekspor penjualan batubara Adaro ke China sebesar 15 persen dan pada semester I 2024 penjualan batubara Adaro ke China naik menjadi 18 persen,” kata Febri.

Febri mengatakan, perseroan akan terus menjaga peluang yang ada seiring kebijakan moneter China yang berupaya meningkatkan likuiditas domestik. ADRO, kata dia, berkomitmen memenuhi permintaan pelanggan dengan kontrak jangka panjang.

Ia menambahkan, panduan penjualan ADRO pada 2024 ditargetkan mencapai 65 juta hingga 67 juta ton, terdiri dari 61 juta hingga 62 juta ton batubara termal, dan 4,9 juta hingga 5,4 juta ton batubara metalurgi dari PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).

Sementara, perubahan kebijakan di China berpotensi mempengaruhi harga komoditas global. Setiap kebijakan baru di China yang mempengaruhi permintaan energi dapat menyebabkan fluktuasi harga komoditas, termasuk batubara.

Meski begitu, menurut Febri, harga batu bara adalah faktor di luar kendali. ADRO pun akan tetap fokus pada aspek yang bisa dikontrol, seperti operasional perusahaan untuk memastikan pencapaian target dan efisiensi biaya.

“ADRO juga terus berupaya mengembangkan dan mendiversifikasi bisnis untuk meningkatkan kontribusi dari bidang non batubara termal dengan terus berperan aktif dalam proyek mineral dan energi terbarukan,” kata Febri.

Diketahui, Bank Sentral China (PBOC) menurunkan suku bunga pada akhir September 2024 lalu. Pemerintah China kemudian memangkas suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 20 basis poin dari 3,35 persen menjadi 3,10 persen.

Kebijakan moneter yang dilakukan Pemerintah China ini dinilai menjadi katalis positif bagi emiten yang berkutat di sektor energi kendati hanya bersifat sementara.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.