KABARBURSA.COM – Kinerja PT Telkom Indonesia Tbk berkode saham TLKM, melemah, jauh berada di bawah ekspektasi. Begitu disampaikan investment analyst Stockbit Sekuritas Theodorus Melvin, dikutip Kamis, 31 Oktober 2024.
Laba bersih TLKM pada kuartal ketiga 2024 (3Q24) tercatat sebesar Rp5,9 triliun, turun 12 persen secara tahunan (YoY), meskipun mengalami sedikit peningkatan 4 persen secara kuartalan (QoQ).
Dengan capaian ini, total laba bersih selama sembilan bulan pertama tahun 2024 (9M24) menjadi Rp11,8 triliun, turun 9 persen YoY. Hasil ini berada di bawah ekspektasi pasar, karena hanya memenuhi 71 persen dari estimasi konsensus untuk laba bersih sepanjang tahun fiskal 2024 (FY24F).
Selain penurunan laba bersih, kinerja operasional TLKM juga terpantau lemah. Laba usaha pada 3Q24 tercatat sebesar Rp10,6 triliun, turun 15 persen YoY dan hanya tumbuh 2 persen QoQ.
Sepanjang 9M24, laba usaha TLKM turun menjadi Rp32,4 triliun, merosot 7 persen secara tahunan. Angka ini juga berada di bawah ekspektasi karena hanya memenuhi 72 persen dari estimasi konsensus FY24F.
Penurunan laba usaha ini menunjukkan bahwa TLKM sedang menghadapi tantangan operasional yang signifikan, terutama dalam menghadapi penurunan average revenue per user (ARPU) serta ketatnya persaingan di industri telekomunikasi.
Stabilitas Pelanggan Tidak Diiringi Peningkatan ARPU
Meski jumlah pelanggan mobile TLKM pada 3Q24 stabil secara tahunan (+0,1 persen YoY) dan hanya turun sedikit secara kuartalan (-0,9 persen QoQ), perusahaan mengalami penurunan ARPU yang signifikan.
ARPU mobile TLKM turun 11 persen YoY dan 4 persen QoQ menjadi Rp43 ribu pada 3Q24. Penurunan ini kemungkinan besar dipicu oleh strategi fixed mobile convergence yang diambil perusahaan, yang mungkin memengaruhi pendapatan per pelanggan.
Sementara itu, segmen pelanggan broadband TLKM justru menunjukkan pertumbuhan dengan jumlah pelanggan meningkat 10 persen YoY dan 2 persen QoQ.
Meski demikian, ARPU segmen broadband juga mengalami penurunan, turun 8 persen YoY dan 2 persen QoQ ke level Rp235 ribu. Penurunan ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan jumlah pelanggan broadband belum berhasil meningkatkan pendapatan signifikan.
Penurunan Data Yield Membatasi Pertumbuhan
Salah satu faktor yang turut membebani kinerja TLKM adalah penurunan data yield, yang pada 3Q24 turun menjadi Rp4 per Megabyte, atau turun 16 persen YoY dan 7 persen QoQ.
Penurunan data yield ini terjadi meski konsumsi data meningkat 14 persen YoY dan 4 persen QoQ. Namun, peningkatan konsumsi data tidak mampu diimbangi oleh pendapatan yang memadai, menunjukkan adanya ketidakmampuan perusahaan untuk memonetisasi kenaikan penggunaan data secara efektif.
Jika tren penurunan data yield ini terus berlanjut, ruang pertumbuhan TLKM di masa depan dapat menjadi sangat terbatas. Peningkatan konsumsi data yang tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan akan menjadi tantangan serius bagi perusahaan untuk mempertahankan profitabilitas.
Gap ARPU Menipis
Penurunan ARPU pada segmen mobile TLKM ke level Rp43,1 ribu pada 3Q24 juga menimbulkan kekhawatiran di industri. Gap ARPU antara TLKM dan para pesaingnya, seperti XL Axiata (EXCL) dan Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT), semakin mengecil.
Sebagai gambaran, ARPU EXCL pada 2Q24 tercatat Rp44 ribu, sementara ISAT melaporkan ARPU Rp37,2 ribu pada 3Q24. Jika EXCL berhasil mempertahankan ARPU-nya, TLKM berpotensi turun menjadi perusahaan telekomunikasi dengan ARPU terbesar kedua di Indonesia.
Penurunan ARPU TLKM ini menandakan adanya tekanan harga di pasar, yang kemungkinan besar disebabkan oleh persaingan tarif yang semakin ketat di antara operator telekomunikasi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan tantangan lebih lanjut bagi TLKM dalam menjaga profitabilitas di masa depan.
Kinerja keuangan TLKM pada 3Q24 menunjukkan bahwa perusahaan sedang menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi operasional maupun pendapatan.
Penurunan laba bersih dan laba usaha yang berada di bawah ekspektasi pasar menunjukkan bahwa perusahaan perlu melakukan perbaikan signifikan untuk kembali ke jalur pertumbuhan.
Dengan ARPU yang terus menurun, baik di segmen mobile maupun broadband, TLKM perlu segera mengambil langkah strategis untuk meningkatkan monetisasi data dan mempertahankan posisinya di pasar yang semakin kompetitif.
Di tengah tantangan ini, TLKM diharapkan bisa memperbaiki kinerja di kuartal terakhir 2024 dengan strategi yang lebih agresif dalam menghadapi persaingan dan memaksimalkan potensi pendapatan dari peningkatan konsumsi data.
Namun, risiko penurunan lebih lanjut tetap ada jika perusahaan gagal membalikkan tren penurunan ARPU dan margin keuntungan.
Antares Eazy
Sementara, PT Telkom Indonesia (TLKM) baru saja menghadirkan produk digital bernama Antares Eazy, sebuah teknologi terintegrasi yang dirancang untuk membantu UMKM beroperasi lebih efisien.
EVP Digital Business & Technology Telkom Komang Budi Aryasa, mengatakan melalui Antares Eazy pihaknya memberikan solusi yang tidak hanya efisien, tetapi juga mudah digunakan oleh UMKM.
“Kami ingin membantu mereka menjalankan bisnis secara lebih cerdas, dengan kontrol penuh atas energi, keamanan, dan otomatisasi,” ujar dia dalam keterangan resmi, Kamis, 17 Oktober 2024.
Antares Eazy sendiri memiliki keunggulan fitur yakni Smart Plug. Fitur ini nantinya bisa memungkinkan pengguna untuk memantau dan mengontrol penggunaan listrik secara real-time dari jarak jauh dengan perangkat pintar.
Dengan otomatisasi yang tepat, pengguna bisa mengatur kapan perangkat tertentu dinyalakan atau dimatikan, sehingga tidak ada pemborosan energi saat tidak digunakan.
Dengan Antares Eazy, UMKM dapat memantau penggunaan listrik secara real-time melalui Smart Plug, yang memungkinkan mereka menghemat hingga 30 persen – 40 persen biaya energi.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.