Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Emas Dunia Terpuruk, Investasi Beralih ke Aset Berisiko Usai Trump Come Back

×

Emas Dunia Terpuruk, Investasi Beralih ke Aset Berisiko Usai Trump Come Back

Sebarkan artikel ini
MGL1724 11zon
Pameran Perhiasan Emas "Semar Nusantara" di Mal Kota Casablanca (Kocas), Rabu (30/10/2024).Pameran yang jadi perhatian pengunjung wanita berlansung hingga Minggu . foto: Kabar Bursa/abbas sandji

KABARBURSA.COM – Harga emas dunia anjlok pada Jumat, 8 November 2024. Harga komoditas yang dikenal sebagai aset save heaven ini mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari lima bulan terakhir. Penguatan dolar AS serta dampak kemenangan Donald Trump memperkuat ekspektasi pasar terhadap suku bunga AS.

Emas di pasar spot turun 0,8 persen menjadi USD2.684,03 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS melemah 0,4 persen ke USD2.694,80 per ons. Secara mingguan, emas merosot hingga 1,8 persen.

Sepanjang pekan ini, indeks dolar AS menguat 0,6 persen. Chief Operating Officer Allegiance Gold, Alex Ebkarian, mengungkapkan ketidakpastian politik pascapemilu mulai mereda dan mendorong investor beralih dari logam mulia ke aset berisiko. “Aset berisiko mulai mendapatkan aliran dana serta meninggalkan logam mulia,” ujarnya.

The Fed menurunkan suku bunga 25 basis poin pada Kamis lalu, namun memberi sinyal akan lebih berhati-hati dalam pemangkasan selanjutnya. Kemenangan Trump memperkuat spekulasi bahwa The Fed mungkin memperlambat pemangkasan suku bunga, mengingat kebijakan tarif yang sering digaungkannya.

Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan, hasil pemilu tak akan mempengaruhi kebijakan moneter dalam waktu dekat.

Pengaruh Suku Bunga pada Emas

Meski dikenal sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kenaikan suku bunga melemahkan daya tarik emas karena tak memberikan imbal hasil. Kepala Analis Pasar Exinity Group, Han Tan, menilai jika ada peluang penurunan suku bunga The Fed sebelum Natal, harga emas bisa tetap berada di atas level psikologis USD2.700 per ons.

Di pasar fisik, permintaan emas di India melemah, sementara di Jepang dan Singapura masih terlihat sedikit permintaan. Harga logam lainnya ikut tertekan, yakni perak anjlok 2,4 persen ke USD31,22 per ons, platinum jatuh 2,9 persen ke USD968,04 per ons, dan paladium turun 3,5 persen ke USD988,8 per ons. Ketiga logam ini mencatat penurunan mingguan.

Terkerek Pemangkasan Suku Bunga

Harga emas dunia sebelumnya mencatat kenaikan signifikan lebih dari 1 persen pada Kamis, 7 November 2024 waktu Amerika Serikat (AS). Peningkatan ini dipicu oleh pelemahan dolar Paman Sam serta langkah The Fed yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps).

Langkah ini kemudian turut meningkatkan daya tarik emas di kalangan investor, yang melihat logam mulia sebagai aset safe haven di tengah situasi ekonomi yang dinamis.

Harga emas spot terpantau naik sebesar 1,7 persen dan mencapai level USD2.704,5 per ons, menyusul penurunan ke posisi terendah tiga minggu pada Rabu, 6 November 2024. Kontrak berjangka emas AS juga mengalami kenaikan 1,1 persen, menutup hari di level USD2.705,8 per ons.

Berdasarkan laporan dari Consumer News and Business Channel International, kenaikan ini terjadi setelah bank sentral AS mengumumkan hasil pertemuan kebijakan moneter selama dua hari yang memutuskan pemangkasan suku bunga menjadi 4,5 persen hingga 4,75 persen. Keputusan tersebut diambil sebagai respons terhadap pasar tenaga kerja AS yang dinilai “umumnya melunak,” sekaligus mengatasi kondisi inflasi yang mendekati target The Fed.

Penurunan suku bunga di AS memberikan tekanan tambahan pada dolar AS dan imbal hasil obligasi. Hal ini membuat emas semakin menarik bagi investor, mengingat logam mulia ini tidak menghasilkan imbal hasil, sehingga dianggap sebagai aset perlindungan nilai di tengah pelemahan dolar.

Menurut Tai Wong, seorang pedagang logam independen, harga emas masih berada dalam tren bullish yang kuat dan diperkirakan akan terus menguat.

“Tidak ada peristiwa penting minggu ini, baik itu pemilu AS maupun keputusan The Fed, yang tampaknya mampu mengubah arah tren harga emas saat ini,” ujarnya.

Wong menambahkan bahwa harga emas cenderung akan kembali menguat setelah penurunan mendadak pada hari sebelumnya, kecuali jika Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan isyarat untuk menghentikan kebijakan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Pelemahan Indeks Dolar

Pada saat yang sama, indeks dolar AS tercatat turun sekitar 0,6 persen terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, meskipun sebelumnya indeks ini sempat menyentuh level tertinggi empat bulan setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS pada Selasa, 5 November 2024. Pelemahan dolar ini menjadi salah satu faktor utama yang turut mendorong harga emas ke level lebih tinggi, karena mata uang yang lebih lemah membuat emas lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya.

Berdasarkan data dari LSEG, beberapa pelaku pasar kini memperkirakan bahwa The Fed mungkin akan memangkas suku bunga lagi sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan terakhir di bulan Desember, sebagai upaya untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Namun, ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa masa depan pemangkasan suku bunga akan lebih sulit dicapai, terutama dengan Trump kembali menjabat sebagai presiden AS.(*)