KABARBURSA.COM – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam telah menandatangani transaksi jual beli emas dengan PT Freeport Indonesia (PTFI).
Direktur Operasi dan Produksi Antam Hartono mengatakan dalam keterbukaan informasi bahwa perjanjian tersebut ditandatangani pada 7 November 2024. Adapun langkah ini merupakan upaya untuk meningkatkan sumber bahan baku emas domestik dan pemenuhan terhadap permintaan masyarakat.
“Berdasarkan perjanjian jual beli emas, ANTM sepakat untuk membeli dari PTFI dan PTFI sepakat untuk menjual kepada Antam sebesar 30 ton emas per tahun dengan kemurnian 99,99 persen milik PTFI,” jelasnya, Sabtu, 9 November 2024.
Adapun ANTM dan PTFI sama-sama merupakan anak usaha dari PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID. Rinciannya, MIND ID mempunyai kepemilikan langsung atas 65 persen dari seluruh modal disetor dan ditempatkan dalam perseroan, sedangkan 51,2 persen atas PTFI dari seluruh modal disetor dan ditempatkan pada perusahaan.
“Dengan penandatanganan tersebut, Antam meningkatkan sumber bahan baku emas domestik dan mengurangi impor sumber bahan baku emas,” kata Hartono.
Perjanjian ini juga mencakup durasi kontrak yang panjang, yaitu lima tahun. Nilai kontrak yang disepakati diperkirakan mencapai sekitar USD12,5 miliar atau sekitar Rp200 triliun, meskipun nilai ini dapat disesuaikan dengan fluktuasi harga emas di pasar global.
Dalam prosesnya, Hartono menuturkan, bahan baku emas yang diperoleh dari PTFI selanjutnya akan diolah oleh ANTM menjadi produk emas Logam Mulia yang diprioritaskan untuk alokasi stok penjualan pada Butik Emas Logam Mulia (BELM) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan demikian, Antam diharapkan dapat meningkatkan layanan dalam merespons tingginya minat masyarakat terhadap investasi emas Logam Mulia yang semakin meningkat.
Sementara itu, menurut Hartono, rencana pembelian emas kemurnian 99,99 persen milik Freeport Indonesia memberikan dampak yang positif terhadap keuangan Antam melalui kepastian sumber bahan baku emas sehingga perseroan dapat responsif dalam menghadapi kenaikan permintaan (demand) dari masyarakat yang berdampak pada kenaikan pendapatan (revenue) dari aktivitas penjualan.
“Selain itu, penggunaan mata uang rupiah dalam pembelian bahan baku emas ini menghilangkan risiko selisih kurs dan menurunkan ketergantungan terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS),” ungkap direksi Antam tersebut.
Adapun transaksi jual beli emas tersebut merupakan transaksi afiliasi dan transaksi material.
Kinerja Keuangan Antam
ANTM sebelumnya membukukan kinerja keuangan yang positif selama periode sembilan bulan pertama 2024. Pada periode Januari hingga September 2024, perusahaan dengan kode saham ANTM ini mencatatkan pertumbuhan penjualan 40 persen menjadi Rp43,20 triliun jika dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp30,90 triliun.
Dengan kontribusi penjualan bersih domestik yang mencapai Rp39,79 triliun atau setara 92 persen dari total penjualan bersih ANTM periode ini. Nico Kanter mengatakan strategi Perseroan dalam memperkuat basis pelanggan domestik telah memberikan dampak yang signifikan.
“ANTM tidak hanya berhasil memperkuat posisi strategisnya di dalam negeri, tetapi juga membangun ketahanan bisnis dari tantangan geopolitik dan ekonomi global,” kata Nico Kanter, Direktur Utama Antam dalam keterangannya dikutip, Kamis, 31 Oktober 2024.
Antam juga membukukan laba periode berjalan sebesar Rp2,23 triliun. Selaras dengan pencapaian ini, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) Perusahaan juga tercatat positif sebesar Rp3,93 triliun di periode yang sama. Nico menyatakan pencapaian ini menegaskan kemampuan Perusahaan dalam menjaga stabilitas dan daya saing di tengah berbagai tantangan global.
“Kami terus berkomitmen untuk memberikan nilai positif bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan,” tuturnya.
Selain itu, Antam turut menorehkan capaian laba kotor sebesar Rp4,10 triliun, dengan laba usaha tercatat sebesar Rp1,86 triliun pada kuartal III 2024.
Namun mengalami penurunan sebesar 19 persen menjadi Rp2,24 triliun, dibandingkan periode serupa tahun lalu sebesar Rp2,75 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan biaya terkait logistik dan asuransi seiring dengan terdampaknya penjualan komoditas nikel dan bauksit akibat kondisi perizinan selama sembilan bulan tahun 2024.
Antam juga melaporkan penurunan beban keuangan di kuartal III 2024 sebesar 14 persen menjadi Rp176,49 miliar dibandingkan periode yang sama 2023 sebesar Rp205,76 miliar. Hal ini seiring dengan upaya menurunkan interest bearing debt di tahun 2024 sebagai bagian dari program efisiensi perusahaan.
Pada akhir kuartal III 2024, capaian nilai laba bersih per saham dasar ANTM tercatat sebesar Rp91,60 per saham dasar. Perusahaan milik negara ini juga meraih kenaikan aset sebesar Rp40,98 pada kuartal III 2024, meningkat 15 persen dibanding periode serupa tahu lalu yakni Rp35,50. Total liabilitas ANTM turun 3 persen menjadi Rp10,60 triliun, dari nilai liabilitas di kuartal III 2023 sebesar Rp10,88 triliun. (*)