KABARBURSA.COM – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), melalui anak usahanya, SBT Investment 2 Pte Ltd (SBT Investment) melakukan penandatanganan perjanjian pembelian saham dengan Sembcorp Industries Ltd, pada Jumat, 8 November 2024. Langkah ini bertujuan mengakuisisi 100 persen saham di Sembcorp Environment Pte Ltd (SembEnviro).
Berdasarkan keterbukaan informasi, Sabtu, 9 November 2024, kerja sama TOBA dengan Sembcorp Industries melanjutkan upaya ekspansi menyusul akuisisi Asia Medical Enviro Service Pte Ltd di Singapura dan grup ARAH Environmental di Indonesia pada 2023.
Pandu Sjahrir, Wakil Direktur TBS Energi Utama, menyebut transaksi senilai SGD405 juta atau sekitar Rp4,61 triliun tersebut memperkuat posisinya di sektor pengelolaan limbah dan solusi lingkungan regional. “TBS terus berkomitmen untuk bertransisi ke bisnis hijau dan berkelanjutan sejalan dengan target TBS2030,” ungkapnya.
Pandu Sjahrir menyatakan keyakinannya terhadap akuisisi ini. Pasalnya, rekam jejak SembEnviro dalam pengelolaan limbah sangat selaras dengan tujuan keberlanjutan TOBA.
“Kami senang dapat mengakuisisi bisnis dari organisasi bereputasi tinggi yang dikenal atas keunggulan operasionalnya. Kami berkomitmen penuh untuk memastikan bahwa standar layanan tinggi SembEnviro tetap terjaga dan diperkuat seiring integrasi operasi kami,” sambung Pandu.
TBS berharap dapat bekerja sama dengan Sembcorp untuk memastikan transisi yang lancar setelah penyelesaian transaksi.
Sementara itu, Lim Hwee Hua, Direktur SBT Investment mengatakan akuisisi ini menandai tonggak penting dalam memperluas jejak pengelolaan limbah berkelanjutan kami di Singapura, menyusul akuisisi TBS atas Asia Medical Enviro Services pada 2023.
“Kami berkomitmen untuk membangun fondasi dan reputasi kuat SembEnviro, memberikan solusi pengelolaan limbah yang dapat beradaptasi dengan kebutuhan komunitas dan industri Singapura yang terus berkembang,” jelas Lim Hwee Hua.
Adapun SembEnviro, bersama anak perusahaannya, merupakan penyedia layanan pengelolaan limbah terpadu yang bergerak dalam pemrosesan, pengumpulan, dan daur ulang limbah padat industri, komersial, dan perkotaan.
Dengan akuisisi ini, TBS semakin maju dalam visinya untuk membangun platform pengelolaan limbah terpadu secara regional di Indonesia dan Singapura, mencakup pengelolaan limbah medis, industri, dan domestik, serta mendorong solusi limbah berkelanjutan bagi kota dan industri.
Sejalan dengan itu, sebelumnya, Direktur TBS Energi Utama, Mufti Utomo, mengatakan lewat investasi di sektor energi hijau, pengelolaan limbah, dan kendaraan listrik, emiten dengan kode TOBA tersebut akan memantapkan arah masa depan bisnis mereka.
“Investasi di sektor pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik sejalan dengan visi pertumbuhan jangka panjang Perseroan dan menjadi fondasi yang kokoh bagi stabilitas bisnis kami,” ujar Mufti Utomo, dalam keterangan tertulis, Selasa, 29 Oktober 2024.
Langkah ini, menurut perusahaan, menunjukkan komitmen pada keberlanjutan dapat berjalan selaras dengan performa keuangan yang solid. Dengan manajemen yang tepat, diharapkan inisiatif hijau ini akan terus memperkuat EBITDA serta menjaga stabilitas arus kas perusahaan.
Komitmen TOBA terhadap praktik berkelanjutan terlihat dari fokus mereka pada kendaraan listrik, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah. Selama sembilan bulan pertama 2024, perusahaan telah mencapai beberapa target penting di sektor hijau.
Unit kendaraan listrik roda dua TOBA, Electrum, berhasil merilis 3.010 unit kendaraan di Jakarta, naik empat kali lipat dari akhir 2023. Untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, TOBA juga telah memasang 230 stasiun penukaran baterai di berbagai lokasi. Model baru Electrum, H3i, ditujukan untuk konsumen dengan berbagai pilihan warna dan fitur kenyamanan, sementara tipe H1 didesain khusus untuk kebutuhan bisnis dengan kapasitas baterai ganda dan jarak tempuh lebih jauh.
Kinerja Keuangan TOBA Tumbuh
Lebih jauh, PT TBS Energi Utama Tbk mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang impresif pada kuartal ketiga 2024, mencapai Rp 527,4 miliar atau meningkat 353,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 116,4 miliar. Laba per saham pun naik menjadi Rp 64,31 per lembar, mencerminkan pengelolaan bisnis yang kuat di tengah tekanan ekonomi.
Meski pendapatan turun 12,1 persen menjadi Rp 5,1 triliun dari Rp 5,8 triliun di tahun lalu, TOBA tetap menunjukkan kinerja yang solid melalui efisiensi biaya. Laba kotor tercatat sebesar Rp 1,2 triliun, meningkat 47,5 persen, dengan margin laba kotor 23,5 persen. EBITDA tumbuh menjadi Rp 1,5 triliun, atau naik 67,6 persen, memperlihatkan margin EBITDA sebesar 29,4 persen.
Pada sisi profitabilitas, perusahaan mencatatkan margin laba bersih sebesar 10,3 persen, menunjukkan efisiensi yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Dengan rasio utang terhadap ekuitas 1,05 dan rasio PBV 0,69 kali, valuasi TOBA terbilang menarik.
Secara keseluruhan, TOBA berhasil mempertahankan pertumbuhan laba meski pendapatan menurun, didukung oleh strategi efisiensi yang kuat. Rasio PER yang hanya 9,10 kali dan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) sebesar 7,66 persen menjadikan TOBA salah satu saham yang layak dipertimbangkan bagi para investor. (*)