Scroll untuk baca artikel
Market Hari Ini

Hampir Setahun KFC Sudah Tutup 47 Gerai, Ada Apa?

×

Hampir Setahun KFC Sudah Tutup 47 Gerai, Ada Apa?

Sebarkan artikel ini
img 7164 scaled
Pemilik merek dagang Kentucky Fried Chicken (KFC), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) (Foto: KFCKU)

KABARBURSA.COM – Hampir setahun, restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken atau dikenal dengan KFC sudah menutup 47 gerainya yang ada di Indonesia.

Hingga 30 September 2024, jumlah gerai KFC yang beroperasi di seluruh Indonesia berkurang menjadi 715 gerai, turun dari 762 gerai yang tercatat di akhir Desember 2023. Penutupan 47 gerai ini merupakan salah satu langkah yang diambil perusahaan untuk mengurangi biaya operasional di tengah lesunya penjualan.

Tidak hanya dari sisi operasional, perusahaan juga melakukan pemangkasan jumlah karyawan dalam jumlah yang signifikan.

Berdasarkan laporan yang sama, jumlah karyawan di PT Fast Food Indonesia berkurang dari 15.989 orang pada 31 Desember 2023 menjadi 13.715 orang pada 30 September 2024.

Artinya, dalam kurun waktu sembilan bulan tersebut, sebanyak 2.274 karyawan harus dirumahkan sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan.

Langkah ini dilakukan sebagai upaya perusahaan untuk menjaga keberlanjutan bisnis di tengah tantangan finansial yang dihadapi.

Diketahui, PT Fast Food Indonesia, pemegang lisensi dan pengelola KFC Indonesia, tengah menghadapi tantangan serius dengan kerugian besar yang tercatat dalam laporan keuangan mereka untuk kuartal III tahun 2024.

Perusahaan melaporkan kerugian sebesar Rp557,08 miliar, yang melonjak tajam hingga 266,59 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, saat perusahaan mencatat kerugian sebesar Rp 152,41 miliar.

Kerugian ini tidak hanya mencerminkan penurunan kinerja perusahaan, tetapi juga mengindikasikan masalah struktural yang lebih dalam di tengah pasar restoran cepat saji di Indonesia.

Manajemen PT Fast Food Indonesia mengidentifikasi dua faktor utama yang berkontribusi terhadap kerugian besar ini. Pertama, proses pemulihan bisnis pasca-pandemi COVID-19 yang belum mencapai titik stabil.

Meski banyak sektor ekonomi di Indonesia telah pulih, sektor restoran, terutama yang beroperasi di bawah merek global seperti KFC, masih menghadapi tantangan berat. Konsumen yang mengurangi frekuensi makan di luar, perubahan preferensi makanan, serta ketidakpastian ekonomi masih berdampak pada penjualan.

Faktor kedua yang diperparah oleh ketegangan geopolitik global, khususnya krisis Timur Tengah, telah membawa dampak negatif terhadap pasar Indonesia. Salah satu dampak langsung dari situasi ini adalah meningkatnya seruan boikot terhadap brand-brand asing, termasuk KFC.

Gerakan boikot yang berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia, telah memengaruhi persepsi konsumen dan berakibat pada penurunan penjualan di gerai-gerai KFC.

Dalam laporan keuangannya yang dipublikasikan pada Sabtu, 9 November 2024, manajemen menyebutkan bahwa kombinasi dari dua faktor tersebut telah secara signifikan menekan kinerja perusahaan selama sembilan bulan, yang berakhir pada 30 September 2024.

“Kondisi ini merupakan dampak berkepanjangan dari upaya pemulihan pasca-pandemi, di mana penjualan masih jauh dari harapan. Ditambah dengan situasi pasar yang memburuk akibat krisis Timur Tengah, kedua faktor ini telah mempengaruhi kinerja perusahaan secara signifikan,” tulis manajemen PT Fast Food Indonesia, dikutip Sabtu, 9 November 2024.

Kerugian besar dan penutupan gerai yang terjadi di tahun 2024 semakin menambah beban bagi PT Fast Food Indonesia, yang sudah berjuang keras untuk pulih dari dampak pandemi COVID-19.

Meski restoran cepat saji seperti KFC umumnya merupakan pilihan favorit bagi banyak konsumen di Indonesia, perubahan pola konsumsi serta meningkatnya persaingan dari restoran lokal dan tren makanan sehat telah menggeser preferensi konsumen.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global, termasuk kenaikan harga bahan baku akibat krisis Timur Tengah, juga turut memperburuk kondisi operasional perusahaan.

Meskipun situasi yang dihadapi saat ini cukup sulit, manajemen PT Fast Food Indonesia masih memiliki harapan untuk membalikkan kondisi ini.

Dalam pernyataannya, manajemen mengungkapkan bahwa perusahaan tengah mengkaji berbagai strategi untuk mengatasi krisis yang sedang berlangsung, termasuk meningkatkan efisiensi operasional, inovasi produk, serta memperkuat hubungan dengan pelanggan setia.

Selain itu, perusahaan juga berencana untuk lebih berfokus pada penjualan digital dan layanan pesan antar, yang dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan di tengah perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih kenyamanan berbelanja dan makan dari rumah.

“Manajemen berharap bisa segera mengatasi krisis ini dan kembali meningkatkan kinerja perusahaan dalam waktu dekat,” demikian pernyataan yang disampaikan dalam laporan tersebut.

Penurunan kinerja yang signifikan, ditandai dengan kerugian besar, penutupan gerai, dan pengurangan jumlah karyawan, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh industri restoran cepat saji di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Meskipun ada upaya untuk melakukan pemulihan pasca-pandemi, ketidakpastian global, perubahan preferensi konsumen, serta tekanan ekonomi telah memperburuk situasi bagi brand seperti KFC.

Dalam beberapa bulan mendatang, langkah-langkah strategis yang diambil oleh manajemen PT Fast Food Indonesia akan menjadi faktor kunci yang menentukan apakah perusahaan mampu bangkit dari krisis ini dan kembali memperoleh pangsa pasar di industri restoran cepat saji di Indonesia.(*)