KABARBURSA.COM – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menandatangani Facility Agreement untuk mendapatkan pinjaman sebesar USD600 juta dengan beberapa pihak pada Jumat, 11 November 2024.
Dikutip dari keterbukaan informasi, pihak yang memberikan pinjaman kepada BNI meliputi OverseaChinese Banking Corporation Ltd, Bank of America, National Association-Singapore Branch, CIMB Bank Berhad Singapore Branch, CTBC Bank co, Ltd, DBS Bank Ltd, dan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Singapore Branch sebagai Mandated Lead Arrangers & Bookrunners (MLAB).
Terkait dengan pinjaman ini, PT Bank DBS Indonesia bakal bertidak sebagai agen atau fasilitator. Apabila Bank BNI dianggap memenuhi prasyarat, maka dana USD600 juta akan masuk pada tanggal 20 November 2024.
“Fasilitas pinjaman ini berjangka waktu empat tahun dan bersifat clean basis (tanpa jaminan). Dana hasil loan akan digunakan antara lain untuk pembiayaan kembali utang yang ada (debt refinancing) serta akan digunakan untuk keperluan pembiayaan dan pendanaan umum perseroan,” kata Corporate Secretary PT Bank Negara Indonesia, Okki Rushartomo dalam keterangannya, Senin, 11 November 2024.
Okky menyebut, dampak dari fasilitas loan ini akan memberikan dampak positif terhadap kondisi keuangan perseroan.
Kinerja Keuangan BBNI
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terus menunjukkan kinerja positif meski dihadapkan pada tantangan di sektor perbankan. Dalam laporan keuangan hingga kuartal III 2024, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp16,31 triliun, naik 3,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Walaupun pendapatan bunga bersih (NII) turun 5,5 persen akibat tekanan beban bunga yang meningkat 35,3 persen menjadi Rp19,39 triliun, pertumbuhan pendapatan non-bunga sebesar 15,1 persen menjadi Rp16,83 triliun berhasil menopang kinerja laba.
Ini juga membantu menstabilkan NIM yang sedikit turun menjadi 4,2 persen dari sebelumnya 4,64 persen, dengan tren pemulihan dari kuartal pertama hingga kuartal ketiga 2024.
Kinerja keuangan BNI hingga kuartal III 2024 menunjukkan kemampuan perseroan untuk bertahan dan tumbuh di tengah tantangan ekonomi global dan lokal.
Peningkatan pendapatan non-bunga dan fokus pada kualitas kredit menjadi pendorong utama laba bersih yang terus naik. Dengan proyeksi yang optimis dan potensi kenaikan saham yang signifikan, BBNI menjadi salah satu pilihan menarik bagi investor di sektor perbankan.
Ekspansi kredit BNI menjadi salah satu penopang pertumbuhan, dengan penyaluran mencapai Rp735 triliun atau meningkat 9,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, terutama di segmen korporasi, KPR, dan kredit perorangan.
Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI juga naik 3 persen menjadi Rp769,7 triliun. Di sisi lain, penurunan deposito berjangka sebesar 2,6 persen mencerminkan upaya perseroan dalam mengelola likuiditas dengan lebih efektif.
Perbaikan Kualitas Kredit
Lebih lanjut, di tengah peningkatan kredit, BNI juga berhasil memperbaiki kualitas kreditnya. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross perseroan membaik menjadi 2 persen hingga kuartal III 2024, dibandingkan 2,3 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Angka ini menunjukkan tren positif, terutama jika dibandingkan dengan NPL gross di akhir 2023 yang mencapai 2,1 persen dan bahkan pernah menyentuh 4,3 persen pada masa pandemi Covid-19.
Selain itu, BNI juga berhasil menekan biaya kredit (credit cost) turun dari 1,4 persen menjadi 1 persen, serta biaya provisi turun 19,7 persen menjadi Rp5,38 triliun. Loan recovery, atau pemulihan pinjaman yang gagal bayar, meningkat signifikan 20,5 persen dari Rp1,2 triliun di kuartal II menjadi Rp1,5 triliun di kuartal III 2024.
Saham Diborong Asing
Sebelumnya, banyak investor asing banyak memborong sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus perbankan raksasa berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investor asing terpantau memborong saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Berdasarkan data perdagangan BEI, dikutip Minggu, 26 Oktober 2024, asing membeli saham BBNI sebanyak Rp518,3 miliar. Kemudian, asing juga mengoleksi saham otomotif ASII sebanyak Rp456,5 miliar, sedangkan INDF dijual dengan harga senilai Rp249,3 miliar.
Tidak hanya itu, investor asing juga melakukan penjualan terhadap saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp1,4 triliun dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp109,6 miliar. Lalu, investor asing juga tercatat melakukan penjualan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp147,8 miliar dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) senilai Rp121,7 miliar. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.