Logo
Tiga Saham Perbankan ini Susah Naik, Begini Alasannya

Tiga Saham Perbankan ini Susah Naik, Begini Alasannya

Diterbitkan: 06 October 2025

Laporan “INSIGHT EMITEN BBRI, BBNI, dan BMRI” terbitan KabarBursa.com ini mengulas secara tajam kondisi tiga saham perbankan papan atas Indonesia, yaitu Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI), yang tengah menghadapi tantangan berat untuk melanjutkan reli harga pada paruh kedua tahun 2025.

Dalam laporan setebal 21 halaman ini, redaksi mengurai situasi pasar dengan pendekatan teknikal dan fundamental secara berimbang. Analisis dibuka dengan sorotan bahwa ketiga saham besar tersebut kini terjebak di fase “konsolidasi berat”, di mana tekanan jual dari pelaku besar menahan laju kenaikan harga. Istilah seperti tembok distribusi di level psikologis penting: Rp5.200 untuk BMRI, Rp5.000 untuk BBNI, dan Rp4.600 untuk BBRI, menjadi kunci penjelasan mengapa kenaikan sektor perbankan besar terasa tersendat.

Pada bagian tengah, laporan memerinci kondisi masing-masing bank. BMRI disebut kehilangan daya pikat akibat tipisnya minat beli asing dan kecenderungan investor untuk menahan posisi di tengah ketidakpastian global. BBNI digambarkan berada di zona kritis antara Rp4.900–Rp5.000, di mana peluang kenaikan bisa dengan cepat berubah menjadi aksi ambil untung massal. Sementara itu, BBRI digambarkan sedang meniti “jalur kosong” menuju Rp4.600, area yang secara teknikal terbuka tetapi dipenuhi potensi distribusi dari investor besar.

Analisis fundamental juga disajikan dengan kuat. Ketiganya tetap memiliki fondasi bisnis solid dengan rasio permodalan yang sehat, pertumbuhan kredit yang stabil, serta efisiensi biaya yang meningkat. Namun, redaksi menyoroti bahwa pertumbuhan laba bersih sektor perbankan mulai melandai, dengan estimasi hanya naik sekitar 5,8 persen pada 2025. Kombinasi antara margin bunga (NIM) yang menurun, biaya operasional yang meningkat, dan arus keluar dana asing sebesar USD234 juta sepanjang September 2025 menambah tekanan pada kinerja harga saham.

Menariknya, laporan ini tidak hanya berhenti pada analisis masalah. Di bagian akhir, terdapat pandangan dari BRI Danareksa Sekuritas dan sejumlah rumah riset lain yang menilai bahwa sektor perbankan Indonesia masih layak dipertahankan dalam portofolio, meski dengan pendekatan selektif. Likuiditas yang longgar, penurunan suku bunga, dan prospek kredit UMKM menjadi alasan utama optimisme jangka menengah. 

BRIDS, misalnya, tetap memberi rekomendasi “Buy” untuk BMRI dengan target harga Rp5.900 dan BBRI di kisaran Rp5.400–Rp5.500, sementara BBNI direkomendasikan secara moderat di sekitar Rp5.100–Rp5.300.

Laporan ini ditutup dengan metafora yang menarik: trio saham bank besar ibarat mobil dengan mesin kuat, namun rem distribusi pasar masih menahan lajunya. Potensi pertumbuhan tetap besar, tetapi investor perlu menunggu dorongan katalis baru, baik dari arus modal asing, penurunan suku bunga global, maupun kenaikan permintaan kredit, untuk benar-benar melaju.

Secara keseluruhan, “Insight Emiten BBRI, BBNI, dan BMRI” menyajikan potret jujur tentang dinamika pasar modal Indonesia: antara kekuatan fundamental yang kokoh dan realitas teknikal yang penuh rintangan. Disusun dengan bahasa analitis yang mudah dipahami dan didukung data visual, laporan ini menjadi bacaan penting bagi investor yang ingin memahami denyut sektor perbankan nasional pada 2025.

Ingin Akses Lengkap Analisa Ini?

Anda sedang membaca bagian pembuka dari laporan analisis eksklusif. Untuk mendapatkan insight penuh, termasuk data penting dan proyeksi pasar. Ayo, segera upgrade ke Investor Pro sekarang juga.

Buka Akses Premium

Termasuk majalah bulanan, webinar eksklusif, dan forum diskusi bersama analis.