KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah mengalami penurunan sekitar 1 persen pada Senin, 29 April 2024. Menurut Brent, harga turun sebanyak USD1 menjadi USD88,50 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) mencatat penurunan sebesar 84 sen menjadi USD83,01 per barel.
Analis menyebut dua faktor utama pemicu harga komoditas ini turun tipis. Tony Sycamore, analis pasar IG, sebuah perusahaan trading asal Inggris, menganalisis bahwa peningkatan upaya gencatan senjata antara Israel dan Hamas untuk meredakan ketegangan geopolitik berkontribusi pada lemahnya harga tersebut.
"Delegasi Hamas akan mengunjungi Kairo, Mesir pada Senin, 29 April untuk melakukan pembicaraan damai. Juru bicara Gedung Putih mengatakan Israel setuju untuk mendengar kekhawatiran Amerika Serikat (AS) mengenai dampak kemanusiaan," kata Sycamore, dikutip Senin, 29 April.
Lebih lanjut Sycamore juga menilai pasar mewaspadai tinjauan kebijakan The Federal Reserve (The Fed) AS pada tanggal 1 Mei mendatang.
"Yang juga berperan adalah kegelisahan menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal minggu ini yang diperkirakan akan berlangsung dengan nada yang lebih hawkish," tuturnya, menambahkan.
Sementara itu, anflasi AS naik 2,7 persen dalam 12 bulan hingga Maret, data pada Jumat, 26 April menunjukkan, di atas target The Fed sebesar 2 persen.
Inflasi yang lebih rendah akan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga, yang akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
“Inflasi AS yang tinggi memicu kekhawatiran akan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama yang menyebabkan penguatan dolar AS dan memberikan tekanan pada harga komoditas," kata analis pasar independen Tina Teng.
Ia menambahkan, dolar menguat di tengah prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sedangkan dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
Hal inilah yang semakin membebani prospek permintaan minyak adalah pertumbuhan keuntungan industri China yang melambat pada Maret, berdasarkan data resmi yang ditunjukkan pada Sabtu, 27 April.
Pada gilirannya, laba kumulatif perusahaan industri China naik 4,3 persen menjadi 1,5 triliun yuan atau setara USD207,0 miliar pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya.
"Namun harga minyak bisa kembali naik jika data inventaris AS dan indeks PMI Chinamenunjukkan perbaikan minggu ini," tandas Teng.