KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, volume perdagangan aset kripto di Indonesia mengalami penurunan drastis sebesar 224 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp 94,4 triliun pada September 2023. Meskipun regulasi dan pajak menjadi penyebab penurunan ini, OJK melihat perpajakan pada transaksi kripto sebagai positif.
CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis, menekankan bahwa meskipun pasar investasi kripto di Indonesia sudah melibatkan lebih dari 17 juta investor, ini masih mewakili sekitar 5 persen-6 persen dari total penduduk. Potensi pasar kripto di masa depan tetap besar, terutama dengan populasi mayoritas generasi muda di Indonesia.
Yudho menyatakan bahwa, meskipun secara mendasar bisnis pertukaran kripto di Indonesia mungkin kurang menarik dari segi regulasi dan faktor makro, potensi pasar adalah kunci utama keterlibatannya. Dia melihat potensi pertumbuhan yang signifikan karena Indonesia memiliki populasi yang mayoritas terdiri dari generasi muda.
Pertumbuhan pelaku bisnis kripto di Indonesia terus meningkat, dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat adanya 32 Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (CPFAK) yang menjanjikan peluang besar bagi investor di ruang kripto.
Yudhono menyambut baik peralihan pengaturan perdagangan aset kripto dari Bappebti ke OJK. Regulasi yang lebih kuat dari OJK diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor dalam perdagangan aset kripto di Indonesia.
Dia juga berharap bahwa dalam lima tahun ke depan, akan ada kolaborasi antara tradisional dan kripto, di mana institusi keuangan tradisional dapat membeli aset kripto dari pedagang berlisensi, mendukung pertumbuhan bisnis di sektor ini.
Tokocrypto, bersama dengan asosiasi terkait, terus berdialog dengan regulator untuk menciptakan regulasi yang mendukung inovasi di industri aset kripto. Dengan regulasi yang lebih luas dan komprehensif, diharapkan pasar kripto Indonesia dapat menarik lebih banyak partisipan dan modal, mendorong pertumbuhan bisnis di sektor ini.