Logo
>

Wacana Menaikkan Tarif KRL Jabodetabek, Langkah Tepat?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Wacana Menaikkan Tarif KRL Jabodetabek, Langkah Tepat?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Tarif kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek diisukan akan mengalami kenaikan. Direktur Operasi dan Pemasaran PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter, Broer Rizal beberapa waktu lalu mengatakan sempat membahas kenaikan tarif tersebut.

    Namun begitu, dia menyatakan bahwa kenaikan tarif KRL Jabodetabek merupakan kebijakan dari pemerintah. Lalu, apakah menaikkan tarif moda transportasi massal andalan warga Jabodetabek ini langkah yang tepat?

    Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno menyampaikan survei yang dilakukan terhadap pengguna KRL Jabodetabek oleh LM FEUI (2016), menyebutkan penumpang yang menaiki KRL memiliki penghasilan Rp3 juta–Rp7 juta per bulan sebanyak 63,78 persen.

    Sementara, hasil survei yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)–Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan tahun 2021, menyatakan penumpang yang memiliki penghasilan kurang dari Rp4 juta sebulan sebanyak 56,06 persen dan lebih dari Rp4 juta sebanyak 43,94 persen.

    "Pengguna KRL Jabodetabek mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan paling tinggi Rp 4 juta," ujar Djoko kepada Kabar Bursa, Senin, 6 Mei 2024.

    Djoko, sebagaimana mengutip penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ardianta, Hengki Purwoto, dan Agunan Samosir dalam Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik Trisakti (Juli 2022), menyimpulkan, pemberian public service obligation (PSO) KRL Jabodetabek tidak tepat sasaran karena sekitar 60 persen pengguna adalah kelompok mampu.

    Menurut dia, volume penumpang KRL Jabodetabek tidak terpengaruh terhadap penyesuaian/kenaikan tarif terutama pada kelompok masyarakat mampu. Selain itu, Karakteristik penumpang didominasi oleh kelompok berpenghasilan tinggi dan jenis perjalanan komuter yang bersifat elastis.

    "Nilai elastisitas terhadap tarif KRL Jabodetabek tergantung pada karakter perjalanan, karakter penumpang, karakter dan layanan kota, dan besaran dan arah perubahan tarif," jelas dia.

    Djoko menambahkan, pada 2023 pemerintah melalui Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menganggarkan PSO untuk Perkeretaapain sebesar Rp3,5 triliun. Sebanyak Rp1,6 triliun (0,48 persen) diberikan untuk PSO KRL Jabodetabek.

    Lebih lanjut dia menuturkan, pada tahun yang sama anggaran untuk bus perintis di 36 provinsi hanya diberikan Rp177 miliar, 11 persen dari PSO KRL Jabodetabek tidak berimbang.

    "Kepentingan layanan transportasi umum daerah 3 T (Terdepan, Tertinggal dan Terluar) se Indonesia kalah jauh ketimbang warga Jabodetabek," ucapnya.

    Untuk itu, Djoko pun menyarankan jika ada penyesuaian tarif KRL Jabodetabek, maka anggaran PSO perkeretaapian dapat dialihkan untuk menambah anggaran bus perintis yang dioperasikan di seantero Nusantara supaya tidak ada ketimpangan anggaran.

    Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sedang melakukan evaluasi terkait kemungkinan kenaikan tarif KRL Jabodetabek. Dalam proses evaluasi tersebut, Kementerian mempertimbangkan berbagai faktor.

    Adita Irawati, Juru Bicara Kementerian Perhubungan, menjelaskan bahwa pembahasan masih berlangsung, dan belum ada kepastian mengenai waktu pelaksanaan rencana penyesuaian tarif KRL Jabodetabek.

    "Masih dalam tahap pembahasan dengan para pemangku kepentingan. Tanggal pelaksanaan belum ditentukan," katanya.

    Adita juga menegaskan bahwa dalam evaluasinya, Kementerian Perhubungan memperhitungkan masukan dari masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kenaikan tarif KRL Jabodetabek tidak memberatkan masyarakat, mengingat KRL adalah moda transportasi utama yang digunakan secara rutin oleh masyarakat.

    "Yang terpenting dalam proses evaluasi ini adalah kami mendengarkan masukan dari masyarakat. Tentu saja, dalam penerapannya, akan dipertimbangkan berbagai faktor," tambahnya.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.