KABARBURSA.COM - Harapan penurunan suku bunga oleh The Fed yang menggairahkan perdagangan saham di kawasan Asia, malah memicu aksi profit taking di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hanya naik tipis 0,730 poin atau 0,010 persen, ditutup pada level 7.288,90.
Pergerakan pagi menunjukkan IHSG sempat mencapai titik tertinggi di level 7.333,90. "Berita lonjakan laba bersih AMMN sebesar 298 persen memang membuat perdagangan pagi bergairah," ujar analis dari Komunitas Trader Saham Rencana Trading, Satrio Utomo atau Tommy, dalam outlook hariannya kepada Kabar Bursa, Senin, 29 Juli 2024.
Tommy menjelaskan, aksi profit taking pada saham-saham penggerak indeks utama seperti BBCA, BREN, dan ARTO berhasil membuat IHSG kembali mendekati level penutupan pekan lalu. Tidak seperti indeks Nikkei yang naik 2,29 persen atau Hang Seng yang naik 1,28 persen, IHSG hanya mengalami kenaikan tipis.
"Keengganan IHSG untuk bergerak naik di tengah sentimen positif dari bursa global dan regional Asia ini bukan kabar bagus," ujar Tommy. Menurutnya, pasar terlihat masih wait and see, menunggu pengumuman kinerja BMRI dan BBNI dalam satu-dua hari ke depan.
Ketika pasar gagal merespon berita positif dengan benar, Tommy melanjutkan, muncul kekhawatiran bahwa pasar sedang bersiap menghadapi koreksi yang lebih besar.
Sebelumnya, Tommy mengatakan harapan pelaku pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada September mendatang telah mengerek indeks Dow Jones Industrial (DJI) naik tajam. DJI ditutup menguat 654,24 poin atau 1,64 persen ke level 40.589,34.
“Optimisme pelaku pasar atas suku bunga Fed Rate telah mengembalikan indeks DJI ke dalam tren naik jangka pendek,” ujar Tommy.
Menurutnya, meskipun The Fed tidak menurunkan suku bunga pada Juli ini, ekspektasi penurunan pada September sudah cukup menggerakkan pasar.
Pertanyaannya kini adalah apakah sentimen positif ini dapat mendorong Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menembus resistensi kuat di kisaran 7.350-7.400. “Pada Jumat, 26 Juli 2024, IHSG sebenarnya sudah berada dalam tren naik akibat technical rebound pada saham-saham big caps,” kata Tommy.
Namun, dia melanjutkan, sentimen dalam negeri masih beragam setelah kinerja PT Bank Tabungan Negara atau BBTN 1H2024 jauh di bawah ekspektasi dengan EPS Rp107 dibanding estimasi Rp132,9. Pasar juga menunggu kinerja dari Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BNI (BBNI).
“Sehingga, kalaupun IHSG mampu menembus resistensi kuat di level 7.350-7.400, faktor sentimen positif dari bursa global ini akan lebih berperan,” jelas Tommy.
Tommy memprediksi IHSG pada hari ini akan bergerak naik dalam kisaran 7.240-7.375. “Penutupan di atas 7.375 akan membuka peluang bagi IHSG untuk mencetak rekor baru,” katanya.
IHSG hari ini dibuka menguat. IHSG naik 34 poin atau 0,51 persen ke 7.325. Menurut data dari RTI, IHSG mencapai level tertinggi di angka 7.333 dan terendah di angka 7.304. Terdapat 228 saham yang mengalami penguatan, 96 saham yang mengalami penurunan, dan 209 saham yang stagnan.
Berdasarkan riset dari Mirae Asset Sekuritas, IHSG ditutup menguat pada pekan lalu ke level 7.288, mencatatkan kenaikan sebesar 0,66 persen.
Sektor energi dan sektor transportasi serta logistik menunjukkan kenaikan signifikan masing-masing sebesar 1,31 persen dan 1,07 persen. Sebaliknya, sektor teknologi dan sektor kesehatan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,65 persen dan 0,33 persen.
Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp366,7 miliar dengan saham-saham yang mengalami net buy terbesar adalah BBCA, ASII, dan BBRI.
Kenaikan IHSG dipengaruhi oleh beberapa sentimen positif, salah satunya adalah proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 akan mencapai 5 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan global yang hanya mencapai 2,6 hingga 2,7 persen.
Di pasar saham Amerika Serikat (AS), indeks-indeks utama ditutup menguat signifikan. Indeks Dow Jones mengalami kenaikan sebesar 654,27 poin atau 1,64 persen, S&P 500 meningkat 59,88 poin atau 1,11 persen, dan Nasdaq naik sebesar 176,16 poin atau 1,03 persen.
Penguatan Wall Street didorong oleh kenaikan moderat harga minyak AS pada bulan Juni, yang menunjukkan adanya pendinginan inflasi dan kemungkinan pelonggaran kebijakan oleh The Fed pada September. Probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed September tetap stabil di sekitar 88 persen setelah pengumuman pembacaan PCE.
Akhir pekan kemarin, IHSG menguat 47,89 poin atau 0,66 persen ke level 7.288. Investor melakukan transaksi sebesar Rp8,33 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 13,53 miliar saham. Di saat itu, indeks saham menguat dua kali, sementara tiga hari sisanya melemah. Tak heran, performa indeks melemah 0,09 persen. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.