KABARBURSA.COM - PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) mencatatkan kinerja yang positif pada kuartal ketiga 2024 (3Q24), memperlihatkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan dan berada di jalur turnaround seperti yang diharapkan. Apakah ini juga menjadi isyarat pemulihan industri keramik?
Berdasarkan laporan keuangan 3Q24, ARNA berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp113 miliar, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar +3 persen secara tahunan (YoY) dan +15 persen secara kuartalan (QoQ). Dengan capaian ini, laba bersih ARNA selama sembilan bulan pertama 2024 (9M24) mencapai Rp316 miliar, meskipun masih mengalami penurunan -10 persen YoY jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Namun, hasil ini mengindikasikan perbaikan kinerja yang signifikan dibandingkan semester pertama 2024 (1H24), yang mencatatkan penurunan laba -17 persen YoY. Dengan laba bersih 9M24 yang sudah mencapai 75 persen dari target laba bersih Stockbit untuk tahun 2024 (FY24F), ARNA diproyeksikan mampu melanjutkan momentum positif ini hingga akhir tahun.
Dua Sektor Pendorong Pemulihan
Pada kuartal ketiga 2024, ARNA mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar +14 persen YoY, yang menunjukkan pemulihan kuat dibandingkan pertumbuhan yang hanya +4 persen YoY pada kuartal sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan yang signifikan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan, di mana Stockbit memperkirakan volume penjualan ARNA pada 3Q24 meningkat sebesar +12 persen YoY.
Peningkatan volume ini menjadi pendorong utama pemulihan kinerja ARNA, mengingat permintaan keramik domestik mulai meningkat seiring dengan stabilisasi ekonomi dan implementasi regulasi yang mendukung industri dalam negeri.
Produk keramik ARNA, terutama seri Nusantara white-body, telah mengalami peningkatan harga jual rata-rata (ASP) sebesar Rp2.000 per unit (+2–3 persen) pada bulan September dan Oktober 2024, yang diperkirakan akan memberikan kontribusi positif pada pendapatan di kuartal selanjutnya.
Perbaikan Margin Laba Kotor (GPM)
Pada sisi profitabilitas, ARNA juga mencatatkan perbaikan margin laba kotor (GPM) sebesar 34,6 persen pada 3Q24, meningkat +160 bps secara kuartalan (QoQ). Meskipun GPM masih turun -150 bps YoY dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu, perbaikan ini menunjukkan adanya tren positif dalam efisiensi biaya produksi dan pengelolaan margin.
Stockbit Sekuritas memperkirakan, GPM ARNA akan semakin membaik pada kuartal keempat 2024 (4Q24), seiring dengan peningkatan harga jual produk dan dampak positif dari regulasi yang baru diterapkan, seperti Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk keramik impor.
Regulasi ini bertujuan untuk melindungi industri keramik domestik dari persaingan tidak sehat dengan produk impor murah, sehingga memberikan ruang bagi produsen lokal seperti ARNA untuk memperbaiki margin dan meningkatkan penjualan.
Dalam riset Stockbit yang dikutip Rabu, 23 Oktober 2024, mereka berpendapat bahwa kinerja ARNA telah mencapai titik terendahnya pada 1H24, dan sekarang tengah berada di jalur pemulihan di 2H24. Pemulihan ini didorong oleh kesuksesan peluncuran produk-produk baru, khususnya di segmen keramik white-body yang diantisipasi akan mengalami peningkatan volume penjualan setelah implementasi BMAD dan SNI.
Turnaround industri keramik ini akan semakin kuat dengan adanya regulasi anti-dumping yang mulai efektif. Hal ini juga memungkinkan ARNA untuk lebih kompetitif di pasar domestik. Selain itu, produk-produk unggulan ARNA di segmen white-body juga diperkirakan akan terus mendapat respon positif dari pasar, terutama dengan adanya peningkatan ASP yang akan membantu meningkatkan margin keuntungan perusahaan.
Dengan pencapaian kinerja yang solid pada 3Q24 dan potensi pertumbuhan yang lebih besar pada kuartal mendatang, ARNA tampak berada di jalur yang tepat untuk mencapai target turnaround yang diharapkan pada 2H24. Peningkatan volume penjualan, perbaikan margin laba kotor, dan dukungan regulasi dari pemerintah menjadi katalis positif bagi ARNA untuk mengakhiri tahun 2024 dengan performa yang lebih kuat.
Stockbit memperkirakan bahwa dengan momentum ini, ARNA akan mampu memenuhi estimasi laba bersih tahun penuh 2024 dan melanjutkan tren pertumbuhannya pada 2025, seiring dengan kebangkitan industri keramik domestik.
Bea Masuk Antidumping
Beberapa waktu lalu Indonesia secara resmi memberlakukan bea masuk antidumping pada produk impor ubin keramik asal China.
Aturan ini ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2024 tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor Produk Ubin Keramik dari Republik Rakyat Tiongkok.
PMK No. 70/2024 ini ditandatangani oleh Sri Mulyani pada 9 Oktober 2024 dan mulai diberlakukan pada 14 Oktober 2024.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan Komite Anti Dumping Indonesia, ditemukan bukti adanya praktik dumping pada impor ubin keramik dari China, yang menyebabkan kerugian pada industri keramik dalam negeri.
Penyelidikan tersebut juga menunjukkan adanya kaitan antara tindakan dumping tersebut dengan kerugian yang dialami oleh industri lokal.
Dalam peraturan ini, bea masuk antidumping didefinisikan sebagai pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang yang diimpor dengan praktik dumping yang merugikan industri dalam negeri. Bea masuk antidumping ini berlaku untuk berbagai produk ubin keramik dari China, sesuai dengan pos tarif yang ditetapkan dalam peraturan.
Selain bea masuk umum (most favoured nation) atau bea masuk preferensi berdasarkan perjanjian internasional, bea masuk antidumping ini merupakan tambahan. Jika syarat perjanjian internasional tidak terpenuhi, maka bea masuk antidumping tetap dikenakan di samping bea masuk umum.
Peraturan ini berlaku selama lima tahun sejak diundangkan, dengan ketentuan mulai efektif 10 hari setelah diterbitkan.(*)