Logo
>

Bikin Merinding Teten, Temu Saingi Amazon di AS

Ditulis oleh KabarBursa.com
Bikin Merinding Teten, Temu Saingi Amazon di AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kurang dari dua tahun setelah debutnya di Amerika Serikat, Temu, perusahaan e-commerce asal China, telah menarik lebih banyak pelanggan dibandingkan eBay Inc., pelopor e-commerce yang telah eksis hampir tiga dekade. Temu, yang dirumorkan akan memasuki pasar Indonesia, sempat membuat Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, was-was karena kekuatannya yang melebihi TikTok Shop.

    Sebuah survei pada bulan April terhadap 1.000 konsumen menunjukkan bahwa 34 persen responden membeli sesuatu dari Temu setidaknya sebulan sekali, mengungguli eBay yang hanya 29 persen. Namun, Amazon.com Inc tetap menjadi pemimpin dengan lebih dari tiga dari empat responden mengatakan mereka berbelanja di sana setidaknya sebulan sekali, menurut Omnisend, yang melakukan survei tersebut.

    Temu, platform e-commerce dari PDD Holdings Inc, mengiklankan dan memberikan diskon besar-besaran untuk menarik pelanggan. Temu memesan produk langsung dari China (factory direct) dan biasanya pengiriman memakan waktu seminggu atau lebih.

    PDD telah menayangkan dua iklan Super Bowl dengan tagline, “Berbelanja seperti miliarder” dan sangat aktif di media sosial. Menghabiskan uang untuk pemasaran dan diskon yang memakan keuntungan adalah strategi startup yang sudah usang dan berisiko.

    Kunci untuk bertahan lama adalah membuat pelanggan pertama kali menjadi pembeli setia - dan Temu tampaknya telah berhasil memecahkan kodenya.

    “Ini menunjukkan bagaimana marketing agresif Temu - seperti iklan Super Bowl dan kampanye media sosial - membuahkan hasil,” kata Greg Zakowicz, pakar e-commerce senior di Omnisend, yang melakukan survei untuk membandingkan sentimen terhadap pemain lama seperti Amazon dan Walmart Inc., dengan persepsi terhadap startup China seperti Temu dan Shein. Margin of error survei ini plus atau minus 3 poin persentase.

    Temu Saingi Amazon

    Lonjakan harga pasca-pandemi memicu perubahan besar dalam perilaku konsumen, menjadi momen yang tepat untuk menggapai peran lebih besar.

    Pada tahun 2022, lebih dari separuh perilaku belanja di AS dimulai dari e-commerce seperti Amazon, menurut survei tahunan oleh EMarketer. Tahun lalu, hanya 40 persen belanja dimulai di sana. Hampir 30 persen pembeli memulai belanja mereka di mesin pencari seperti Google, naik dari 25 persen di tahun sebelumnya.

    Pergeseran ke mesin pencari menunjukkan bagaimana pembeli yang haus akan penawaran ingin menjelajahi berbagai situs web dan platform ritel untuk membandingkan harga, membuka peluang raih diskon bagi startup.

    Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Temu mengatakan: “Kami sangat senang bahwa cara kerja Temu yang langsung dari pabrik dipercaya oleh konsumen AS untuk produk yang terjangkau.”

    Temu melakukan pemeriksaan langsung dan langkah-langkah lain untuk mengatasi masalah kualitas.

    Seorang juru bicara Amazon mengatakan bahwa perusahaan terus berinovasi “untuk menawarkan pilihan, nilai, dan kenyamanan terbaik, dengan harga rendah dan penawaran fantastis, pengiriman cepat, dan berbagai manfaat menarik bagi anggota Prime.”

    Amazon menambahkan bahwa selama tujuh tahun berturut-turut perusahaan menawarkan “harga terendah di antara semua peritel besar AS,” menurut sebuah studi independen. EBay tidak menanggapi permintaan komentar.

    Omnisend meminta responden untuk memberi peringkat sumber ketidakpuasan terhadap masing-masing marketplace, dengan pilihan harga, kualitas produk yang buruk, dan waktu pengiriman yang lama. Ada perbedaan yang tajam antara Amazon, yang mendapat nilai buruk untuk harga, dan pemberi diskon baru seperti Temu, yang mendapat nilai bagus untuk kualitas produk dan kecepatan pengiriman.

    Harga adalah sumber utama ketidakpuasan konsumen terhadap Amazon, yang menunjukkan bahwa penawaran - bukan kecepatan pengiriman - telah menjadi prioritas bagi sebagian besar konsumen yang dilanda inflasi. Hal ini bisa menjadi kabar mengkhawatirkan bagi perusahaan yang telah menghabiskan puluhan miliar dolar untuk memastikan bahwa pelanggan menerima banyak produk dalam dua hari atau kurang.

    Teten Waspadai Temu

    Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyampaikan kekhawatirannya terhadap aplikasi marketplace asal China, Temu, yang berpotensi mengancam pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Bahkan, menurut Teten, aplikasi ini bisa lebih berbahaya daripada TikTok Shop.

    Menurut Teten, Temu mampu menghubungkan langsung pabrik-pabrik di China dengan konsumen di Indonesia. Aplikasi ini telah merambah hingga 58 negara. "Ini yang saya khawatirkan, ada satu lagi aplikasi digital lintas negara yang saya kira akan masuk ke kita, dan lebih dahsyat daripada TikTok. Karena ini menghubungkan factory direct kepada konsumen," ujar Teten, Selasa 11 Juni 2024 lalu.

    Teten melanjutkan, Temu tidak menggunakan reseller atau afiliator. Hal ini berbeda dengan TikTok Shop, sehingga menurut Teten, faktor ini membuat Temu lebih mengancam pelaku UMKM di Indonesia. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi