KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG membuka perdagangan Jumat ini nyaris tak bergerak. IHSG naik tipis sebesar 1,24 poin atau 0,02 persen ke level 7.532,14.
Selama sesi awal, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 7.546,86 dan terendah di 7.528,27, menandakan pergerakan pasar yang cenderung konsolidatif menjelang akhir pekan.
Volume transaksi pagi ini tercatat sebesar 6,56 juta lot dengan nilai perdagangan mencapai Rp334,90 miliar dari 36.890 kali transaksi. Di pasar reguler, nilai perdagangan mencapai Rp326,37 miliar dengan volume 6,49 juta lot.
Investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih sebesar Rp319 miliar di pasar reguler, dengan total nilai pembelian asing sebesar Rp4,53 triliun dan penjualan Rp4,21 triliun.
Secara keseluruhan, investor asing berkontribusi 31,02 persen terhadap total transaksi, sementara investor domestik mendominasi sebesar 68,98 persen.
Sejumlah saham mencatatkan lonjakan signifikan. PT Arthavest Tbk dari sektor properti dan real estat dengan kode ARTA memimpin penguatan dengan lonjakan 20,82 persen ke level Rp4.700. Dari sektor keuangan, saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk dengan kode SMMA menguat 16,78 persen ke harga Rp22.100. Kenaikan juga terjadi pada saham PT Verona Indah Pictures Tbk dari sektor media dengan kode VERN yang naik 12,03 persen menjadi Rp177.
Saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dari sektor bahan baku dan logam dengan kode KRAS turut menguat 10 persen ke level Rp330. Sementara itu, saham manufaktur PT Citra Isra Presisi Indonesia Tbk dengan kode ISAP naik 9,09 persen ke Rp12.
Di sisi lain, tekanan jual menekan beberapa saham. Saham PT Fortune Mate Indonesia Tbk dari sektor properti dengan kode FMII turun 8,59 persen ke harga Rp362. PT Pyridam Farma Tbk dari sektor kesehatan dengan kode PYFA melemah 6,22 persen ke Rp422. Dari sektor pariwisata dan transportasi, saham PT Panorama Sentrawisata Tbk dengan kode PANR terkoreksi 5,88 persen ke harga Rp800.
Penurunan juga dialami oleh saham PT Hotel Sahid Jaya International Tbk dari sektor perhotelan dengan kode SHID yang turun 5,63 persen ke Rp1.005, serta saham perkebunan kelapa sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk dengan kode SSMS yang melemah 5,45 persen ke level Rp1.300.
Dari sisi sektoral, sektor keuangan kembali memimpin penguatan dengan kenaikan 1,65 persen. Sektor energi naik 0,06 persen dan sektor transportasi menguat 0,03 persen. Di sisi lain, sektor teknologi turun tipis 0,03 persen, sektor infrastruktur melemah 0,11 persen, dan sektor industri dasar turun 0,16 persen. Pelemahan terdalam terjadi di sektor kesehatan yang turun 0,93 persen, disusul properti yang melemah 0,71 persen.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin Yunus sempat menegaskan IHSG diprediksi bergerak menguat dalam rentang support 7150 hingga resistance 7400 pekan ini setelah sepanjang pekan lalu bergerak bervariasi cenderung menguat sebesar +3,75 persen dalam rentang pergerakan 7.071 hingga 7.402 low to high dan berakhir di level 7.312.
Tercatat asing melakukan aksi jual di pekan lalu namun perlahan mereda dan hanya 2 sektor yang mengalami pelemahan sepanjang pekan lalu sementara sisanya menguat. Sektor yang menjadi pemberat laju IHSG ialah sektor Consumer Cyclicals dengan pelemahan sebesar minus 3,59 persen karena para pelaku pasar mulai meninggalkan saham-saham yang defensif.
Sementara itu, sektor yang menjadi penopang laju IHSG ialah sektor Technology yang menguat sebesar19,88 persen yang didukung oleh penguatan saham saham DCII sebagai saham dengan bobot terbesar dalam sektor tersebut. Saham DCII ditutup menguat sebesar lebih dari 60 persen dalam sepekan dan membuat Bursa Efek Indonesia melabeli saham tersebut dengan UMA.
Berbicara tentang potensi market pekan ini 21 hingga 25 Juli 2025, Indri mengimbau para trader untuk mencermati sejumlah sentimen kunci dari global dan domestik yakni Fed Chair Powell Speech yang akan dinanti untuk mendapatkan gambaran mengenai prospek suku bunga kedepannya.
Para pelaku pasar akan mencari tahu pertimbangan apa saja yang akan dibawa pada FOMC Meeting berikutnya mengenai prospek arah suku bunga. Selanjutnya sentimen S&P Global Manufacturing PMI Flash Amerika Serikat bulan Juli yang diprediksi melemah 0,5 poin dari level 52,9 ke level 52,4," kata Indri, Senin, 21 Juli 2025.
Sementara itu dari domestik, para pelaku pasar menanti hasil kinerja emiten di Q2 dan atau Semester I yang berpotensi menjadi sentimen bagi harga saham emiten tersebut.(*)