KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan Rabu, 1 Oktober 2025. IHSG naik 23,78 poin atau 0,30 persen ke level 8.084,84 setelah bergerak di rentang 8.069,77 hingga 8.088,96. Indeks memulai perdagangan di posisi 8.069,94.
Total volume transaksi di seluruh pasar pada sesi awal tercatat 9,59 juta lot dengan nilai Rp646,18 miliar dan frekuensi 63,25 ribu kali. Seluruh transaksi tercatat di pasar reguler.
Dari sisi aliran modal asing, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp1,70 triliun di seluruh pasar. Rinciannya, net sell di pasar reguler Rp1,25 triliun dan di pasar tunai serta negosiasi Rp450,01 miliar. Total pembelian asing mencapai Rp7,97 triliun, sedangkan penjualan asing sebesar Rp9,67 triliun.
Saham-saham top gainer pada sesi pagi dipimpin oleh PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) yang melonjak 34,33 persen ke Rp90, disusul PT Indo Oil Perkasa Tbk (OILS) naik 23,85 persen ke Rp322, PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA) naik 19,38 persen ke Rp308, PT Jantra Grupo Indonesia Tbk (KAQI) naik 13,79 persen ke Rp99, dan PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) naik 12,87 persen ke Rp193.
Sementara itu, sejumlah saham yang melemah antara lain PT Penta Valent Tbk (PEVE) turun 7,06 persen ke Rp474, PT Argo Pantes Tbk (ARGO) turun 6,95 persen ke Rp1.205, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) melemah 6,51 persen ke Rp402, PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) terkoreksi 5,94 persen ke Rp95, dan PT Bank Permata Tbk (BNLI) turun 4,20 persen ke Rp5.700.
Dari sisi sektoral, hampir seluruh indeks saham sektoral mencatatkan penguatan. Sektor barang dasar naik 1,01 persen, energi menguat 0,71 persen, dan industri 0,62 persen. Sektor lain yang juga menghijau yakni teknologi 0,52 persen, siklikal 0,59 persen, kesehatan 0,50 persen, properti 0,34 persen, transportasi 0,17 persen, infrastruktur 0,13 persen, keuangan 0,08 persen, dan non-siklikal 0,03 persen.
Kinerja positif di awal bulan ini menandakan optimisme investor masih terjaga, meski aksi jual asing menekan pasar. Fokus pelaku pasar tetap tertuju pada pergerakan kapitalisasi menengah dan kecil yang mendominasi daftar penggerak.
Pekan lalu IHSG menembus level psikologis 8.100 pada akhir perdagangan dan menutup pekan di 8.099 atau menguat sekitar 0,60 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Level tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah dengan sempat menyentuh 8.168 pada 24 September 2025. Meski indeks menguat, investor asing tercatat membukukan penjualan bersih sebesar Rp1 triliun di pasar reguler, menandakan investor lokal mendominasi sentimen penguatan pasar.
David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) mengatakan fluktuasi IHSG kali ini mendapat dukungan dari dua faktor utama.
Pertama, optimisme pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mendorong arus dana ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Kedua, tercapainya kesepakatan dagang Indonesia-Uni Eropa terkait pemangkasan tarif hingga 80 persen produk ekspor RI mulai 2027 yang membuka peluang perdagangan jangka panjang. Sentimen positif juga datang dari harga emas spot dunia yang mencapai rekor tertinggi sekitar US$3.759 per troy ounce.
“Sentimen global dan domestik memberi katalis positif untuk IHSG, termasuk stabilitas Rupiah yang dijaga Bank Indonesia,” kata Davi dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com pada Senin, 29 September 2025. Ia memprediksi penguatan akan kembali berlanjut.
“Jika konsisten, tren bullish jangka pendek berpeluang berlanjut,” ujarnya.
Dari dalam negeri, pasar juga diguncang kabar force majeure di tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia akibat bencana lumpur yang menghentikan operasi tembaga dan emas. Kondisi ini menimbulkan ketidakpastian jangka pendek pada sektor pertambangan. Namun, sentimen positif lebih dominan setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk 2026 tidak naik, memberi napas bagi industri rokok.
Menurut David, ada dua sentimen penting yang wajib dipantau pada pekan 29 September–3 Oktober 2025, yakni kebijakan fiskal dan kepemimpinan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa l terkait disiplin defisit anggaran dan stimulus pemerintah, serta konfirmasi soal moratorium cukai rokok yang dapat menjadi katalis sektor konsumer.
“Investor sebaiknya melakukan akumulasi bertahap pada saham berfundamental kuat di sektor perbankan, konsumer, dan komoditas ekspor, sedangkan trader memanfaatkan potensi bullish jangka pendek,” kata David.(*)