KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak menguat secara terbatas dalam sepekan perdagangan 20 hingga 24 Oktober 2025, seiring ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia dan rilis sejumlah data ekonomi penting Amerika Serikat.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus mengungkapkan sentimen tersebut diyakini menjadi pemicu rebound pasar setelah koreksi tajam yang terjadi pada pekan sebelumnya.
Selain itu, Bank Indonesia diperkirakan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Ini akan menjadi pemangkasan kelima kalinya sepanjang tahun 2025 dan menjadi salah satu katalis utama yang diperhatikan pelaku pasar.
Dari sisi global, rilis data ekonomi Amerika Serikat seperti initial jobless claims dan inflasi tahunan bulan September yang diproyeksikan naik tipis menjadi 3 persen dari 2,9 persen turut menjadi sentimen penggerak pasar.
Indri mengatakan potensi penguatan IHSG pekan ini cukup terbuka setelah koreksi yang terjadi pada pekan lalu.
“Pasar kemungkinan besar akan memanfaatkan kondisi market yang sudah terkoreksi untuk mulai mengoleksi saham-saham bervaluasi menarik,” kata Indri melalui keterangan resmi yang diterima KabarBursa.com, Senin, 20 Oktober 2025.
Indri memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang support 7.730 dan resistance 8.100. Ia menilai sektor perbankan, properti, dan infrastruktur yang sensitif terhadap suku bunga berpeluang menjadi fokus investor.
Selain itu, sektor komoditas terutama emas serta saham-saham konglomerasi diperkirakan akan mendapat momentum beli. Strategi ini dikenal sebagai bottom fishing, di mana investor memanfaatkan momentum koreksi untuk akumulasi jangka menengah.
Pekan lalu, IHSG sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di 8.288 namun kemudian ditutup melemah 4,14 persen. Asing mencatat net sell di pasar reguler sebesar Rp4,2 triliun. Dari 11 sektor, hanya sektor kesehatan yang mencatat penguatan sebesar 2,79 persen. Sementara itu, sektor teknologi mengalami pelemahan terdalam yaitu 11,59 persen akibat tekanan pada saham DCII dan MLPT yang memiliki bobot besar dalam indeks.
Sentimen eksternal yang membebani pasar pada pekan lalu antara lain ketegangan hubungan China dan Amerika Serikat. China berencana membatasi ekspor tanah jarang yang memicu respons keras Presiden AS Donald Trump.
Amerika Serikat mengancam akan memberlakukan tambahan tarif hingga 100 persen jika China tetap pada rencana pembatasan tersebut. Tanah jarang merupakan bahan baku penting industri elektronik dan pertahanan nasional AS, sehingga konflik ini meningkatkan ketidakpastian global.
Selain itu, outlook pemangkasan suku bunga The Federal Reserve juga menjadi perhatian utama pasar global. Sebanyak 99 persen pelaku pasar meyakini The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini, sementara sisanya memperkirakan pemangkasan 50 basis poin. Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter ini memberi ruang bagi arus dana asing kembali masuk ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
Dari sisi domestik, rencana pemerintah untuk menurunkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ke 8 persen juga menjadi faktor pendorong optimisme pasar. Menteri Keuangan tengah mempertimbangkan langkah ini untuk memperkuat daya beli masyarakat. Anggota DPR, Misbakhun, turut mendorong penurunan tarif PPN demi mempercepat perputaran ekonomi domestik. (*)