KABARBURSA.COM - Pembentukan indeks khusus emiten di pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) tengah digodok demi memperkuat indeks saham di sektor ini. Langkah ini pun diharapkan bisa menarik potensial investor.
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, Nia Niscaya, menjelaskan upaya pembentukan emiten parekraf tertulis di dalam penandatanganan MoU yang dilakukan antara Kemenparekraf dengan Samuel Sekuritas Indonesia pada 10 Juli 2024 lalu.
"Tentu saja dengan semakin diperhatikannya sektor parekraf yang melantai di Bursa Efek Indonesia, kami berharap akan semakin berdampak kepada perekonomian nasional," kata Nia dalam keterangannya, Selasa 16 Juli 2024.
Salah satu emiten parekraf yang meyakinkan ialah sektor perfilman. Adapun beberapa indikatornya adalah meningkatnya jumlah penonton bioskop.
Jumlah penonton bioskop di Indonesia di semester I tahun ini mencapai 40 juta. Berpotensi melewati rekor tahun 2022 sebesar 55 juta penonton.
Selain itu juga perkembangan ekonomi digital memungkinkan film yang sudah tayang secara reguler di bioskop dapat tayang setelahnya di platform streaming.
"Potensi dari emiten yang bergerak pada industri film sangat besar. Seperti yang diketahui bahwa industri film masih mempunyai cukup banyak ruang untuk tumbuh," ujar Nia.
Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf, Agustini Rahayu, menjelaskan kerja sama dengan Samuel Sekuritas bertujuan agar dapat memperoleh wawasan yang berharga, dukungan pengambilan keputusan, dan akses informasi terkini tentang emiten sektor parekraf, guna mengembangkan dan melaksanakan strategi yang lebih efektif dalam rangka memajukan industri parekraf.
Lebih lanjut, Ayu menjelaskan bahwa MoU ini tidak hanya berfokus pada sektor film, namun seluruh subsektor yang ada di pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Ada tiga hal utama yang dibahas dalam MoU, yaitu pembentukan indeks emiten pariwisata dan ekonomi kreatif, analisa dan pembahasan tren emiten saham sektor parekraf, serta pembahasan peluang emiten parekraf di bursa saham Indonesia," jelasnya.
Direktur Manajemen Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Zulkifli Harahap, menambahkan setelah MoU, Kemenparekraf bersama Samuel Sekuritas melakukan klasifikasi jenis usaha. Di mana pemetaan emiten ini dilakukan pada seluruh 13 bidang usaha pariwisata dan 17 subsektor ekonomi kreatif.
"Terdapat 33 emiten yang sudah diklasifikasi sehingga selanjutnya kita susun penyusunan indeks, agar emiten yang telah dipetakan, diklasifikasi sesuai dengan jenisnya. Terakhir finalisasi. Untuk itu kami terus mendorong dan mendukung agar sektor Parekraf dapat berkibar di Bursa Efek Indonesia," kata Zulkifli.
Sebelumnya diberitakan, emiten pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) dipandang memiliki prospek yang cerah dengan sejumlah sentimen penopangnya.
Senior Economist Samuel Sekuritas, Fithra Faisal Hastiadi mengatakan siklus sektor parekraf itu masuk dalam kategori emiten bersifat cyclical
“(Cyclical) adalah dia yang mampu untuk berselancar dengan potensi pertumbuhan ekonomi,” ujar Fithra dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno di Jakarta, Senin 15 Juli 2024.
Fithra menjelaskan, emiten parekraf juga memiliki kemampuan yang spesifik dan sektor ini bisa menjadi leading indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kita melihat ketika ada geliat dari kinerja emiten di parekraf, maka itu adalah leading indikator untuk pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.
Peluncuran Indeks Terbaru
Beberapa waktu lalu Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja meluncurkan indeks terbaru yang bernama IDX Cyclical Economy 30.
IDX Cyclical Economy 30 merupakan indeks yang bakal mengukur kinerja 30 saham cyclical berdasarkan sub sektor IDX Industrial Classification.
Fithra mengatakan salah satu emiten parekraf yang masuk ke dalam IDX Cyclical Economy 30 adalah dari sektor perfilman.
“Memang sektor ini adalah mampu membantu pertumbuhan ekonomi ke depan. Tidak hanya menjadi leading indikator, tetapi dia juga menjadi sumber pertumbuhan bahkan menjadi semacam sektor yang bisa Meng-offside ketika ekonomi sedang turun,” katanya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak investasi di sektor pariwisata untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dalam Forum Internasional Investasi Pariwisata 2024 yang berlangsung di Jakarta pada Rabu, 5 Juni 2024, Sandiaga menyampaikan data yang menunjukkan realisasi investasi di sektor pariwisata pada tahun 2023 sebesar USD3.604 juta atau sekitar Rp58,64 triliun.
Namun, ia mencatat bahwa 80 persen dari investasi tersebut terkonsentrasi pada hotel berbintang, restoran, kafe, serta pusat kebugaran.
Pada kuartal pertama 2024, realisasi investasi di sektor pariwisata mencapai USD943,40 juta (sekitar Rp15,35 triliun) dari target USD3.000 juta (sekitar Rp48,91 triliun).
Investasi tersebut sebagian besar dialokasikan pada hotel berbintang, restoran, dan hotel apartemen.
“Kita butuh lebih banyak investasi di ekosistem, termasuk pengembangan produk pariwisata berkelanjutan dan pariwisata berbasis masyarakat yang inklusif,” kata Sandiaga.
Ia menambahkan bahwa Indonesia membutuhkan investasi lebih dari USD15 miliar hingga USD20 miliar untuk mendukung pariwisata berkelanjutan.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.