KABARBURSA.COM - PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) tengah diselimuti angin segar setelah digandeng Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dan Indonesia Investment Authority (INA) untuk meningkatkan produksi soda kaustik dan ethylene dichloride.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan kolaborasi ini mencerminkan komitmen awal terhadap kolaborasi investasi strategis untuk mendukung pengembangan infrastruktur dan hilirisasi petrokimia nasional yang tengah dijalankan oleh TPIA.
"Secara substansi, kemitraan ini merupakan sinyal kuat bahwa proyek ekspansi TPIA—baik di Cilegon maupun integrasi aset CAPGC (eks Shell Singapore) mendapat dukungan dari institusi dengan kredibilitas tinggi, termasuk sovereign wealth fund Indonesia," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, Selasa, 17 Juni 2025.
Bagi TPIA, kata Hendra, kemitraan ini bukan sekadar tambahan pendanaan, tetapi penguatan legitimasi institusional terhadap arah bisnis perusahaan yang tengah melakukan transformasi dari produsen petrokimia konvensional menjadi konglomerasi energi, bahan baku kimia hilir, dan energi hijau berbasis circular economy.
Ia menjelaskan dukungan dari INA dan Danantara dapat membantu TPIA memperoleh pendanaan jangka panjang dengan skema lebih kompetitif, sekaligus membuka akses terhadap jaringan mitra global di bidang energi, petrokimia, dan keberlanjutan.
Dalam konteks makro, Hendra melihat kerja sama ini juga mempertegas peran TPIA sebagai bagian penting dari agenda pemerintah dalam membangun rantai nilai hilirisasi industri berbasis sumber daya domestik.
"Kolaborasi antara swasta nasional, sovereign wealth fund, dan entitas strategis lainnya menjadi model baru dalam pembiayaan infrastruktur industri yang minim risiko fiskal namun tetap memiliki dampak ekonomi tinggi," pungkasnya.
Kerja Sama Senilai USD800 Juta
Sebelumnya diberitakan, kerja sama mencatatkan investasi sebesar USD800 juta. Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir mengatakan lembaga pengelola investasi negara memiliki mandat menjaga dan meningkatkan nilai jangka panjang aset strategis nasional.
Pandu menekankan pentingnya kemitraan ini dalam mendukung prioritas pembangunan nasional.
“Hilirisasi industri adalah inti dari transformasi ekonomi Indonesia dan menawarkan peluang besar bagi investor visioner. Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional, kolaborasi ini mendukung industri yang skalabel dan mengurangi ketergantungan impor dengan potensi pertumbuhan jangka panjang," kata Pandu melalui keterangan resmi Selasa, 17 Juni 2025.
Danantara Indonesia memandang inisiatif ini sebagai langkah nyata dalam memperkuat pasokan domestik bahan industri penting dan memperluas basis ekspor Indonesia.
Proyek CA-EDC akan dikelola oleh PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak usaha dari Chandra Asri Group. Saat ini dalam tahap pertama, proyek ini mencakup pembangunan pabrik CA-EDC dengan kapasitas produksi 400.000 ton soda kaustik padat per tahun (setara 827.000 ton dalam bentuk cair) dan 500.000 ton Ethylene Dichloride.
Kerja sama juga untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor kedua bahan kimia tersebut serta mendorong kemandirian produksi dan hilirisasi industri.
Tahap kedua dari pengembangan proyek ini akan memperluas kapasitas produksi Chlor-Alkali dan memperkenalkan turunan klorin, yang akan meningkatkan efisiensi operasional dan sinergi rantai nilai. Sementara studi kelayakan sedang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi produk hilir berbasis klorin yang dapat memberikan nilai tambah dan mendukung pertumbuhan industri domestik.
Ia menambahkan sektor kimia menopang rantai nilai utama dari manufaktur hingga transisi energi terutama dalam pengolahan nikel dan pemurnian alumina. Investasi tersebut diklaim memperkuat ketahanan nasional dengan mengurangi ketergantungan pada produk-produk esensial seperti soda kaustik dan Ethylene Dichloride.
"Di Danantara Indonesia, kami menyambut mitra global yang memiliki visi bersama dalam membangun ekosistem industri bernilai tinggi dan tangguh di ekonomi Asia yang dinamis,” ujar Pandu.
CEO INA, Ridha Wirakusumah, menyatakan, kemitraan tersebut mencerminkan komitmen untuk memperkuat fondasi industri Indonesia melalui peningkatan kapasitas produksi domestik dan pengurangan ketergantungan terhadap impor bahan baku penting bagi industri nasional.
Dengan menggabungkan kekuatan investor institusional dan pelaku industri terkemuka, mereka mengklaim tidak hanya mengamankan pasokan strategis, tetapi juga membangun dasar pertumbuhan industri jangka panjang yang memperkuat daya saing dan ketahanan Indonesia dalam ekonomi global.
"Kolaborasi ini sejalan dengan mandat jangka panjang kami untuk menggerakkan modal yang mendukung prioritas nasional, memperkuat ketahanan industri, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan Indonesia," kata dia.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.