Logo
>

Rupiah Berpotensi Menguat, Investor Waspadai Faktor Eksternal

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Rupiah Berpotensi Menguat, Investor Waspadai Faktor Eksternal

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Rupiah diprediksi bergerak fluktuatif dengan peluang penguatan pada Rabu, 6 November 2024, di tengah dinamika pasar global usai pemilihan presiden AS dan keputusan Federal Reserve (The Fed).

    Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, rupiah diperkirakan menguat tapi akan bergerak tak lebih dari Rp15.800. “Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.640 - Rp15.750,” ujar Ibrahim dalam keterangannya, kemarin.

    Dari sisi eksternal, kekuatan indeks dolar AS masih menjadi perhatian utama, terutama di tengah ketegangan politik AS dan ekspektasi kebijakan The Fed. The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, lebih rendah dari pemotongan 50 basis poin yang dilakukan September lalu.

    Namun, fokus pasar tetap pada arah kebijakan jangka panjang Fed, mengingat data terbaru menunjukkan ekonomi AS yang masih kuat dan inflasi yang tinggi.

    Pemilihan presiden AS yang mempertemukan Donald Trump dan Kamala Harris juga menambah ketidakpastian pasar. Pemungutan suara di tujuh negara bagian kunci akan menentukan hasil pemilihan, yang diperkirakan berlangsung ketat.

    Sementara itu, dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2024 tercatat tumbuh sebesar 4,95 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,05 persen.

    Menurut Ibrahim, ekonomi Indonesia saat ini tidak memiliki momentum pendorong seperti pada kuartal pertama dan kedua, yang didukung oleh Hari Besar Keagamaan Nasional. “Investasi yang tumbuh melambat pada kuartal III/2024 akan berdampak pada kontribusi pertumbuhan PDB,” jelasnya.

    Menguat 0.13 Persen

    Berdasarkan data Refinitiv, rupiah tercatat menguat dengan penutupan naik sebesar 0,13 persen ke posisi Rp15.730 per dolar AS, Selasa, 5 November 2024. Sepanjang sesi perdagangan, rupiah bergerak fluktuatif dalam kisaran Rp15.720 hingga Rp15.790 per dolar AS.

    Di sisi lain, penguatan rupiah juga didorong oleh harapan Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan pada Kamis, 7 November 2024. Pemangkasan suku bunga ini akan menjadi yang pertama sejak September 2024, ketika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin.

    Meskipun pasar berharap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, proyeksi untuk penurunan lebih lanjut dalam waktu dekat akan sangat dipengaruhi oleh data ekonomi yang terus berkembang. Terutama, data terbaru yang menunjukkan adanya kekuatan ekonomi AS dan inflasi yang tetap tinggi.

    Dengan perekonomian AS yang relatif kuat dan tingkat inflasi yang masih terjaga, banyak pelaku pasar meragukan apakah The Fed akan melakukan pemangkasan lebih besar seperti yang terjadi pada September lalu.

    Ibrahim Assuaibi menjelaskan, meskipun pemangkasan suku bunga The Fed dapat memberikan sedikit angin segar bagi aset-aset berisiko, pelaku pasar tetap akan mengawasi dengan seksama perkembangan ekonomi AS dan data inflasi yang akan datang. Penurunan suku bunga lebih lanjut masih akan bergantung pada kekuatan pasar tenaga kerja dan inflasi di negara tersebut.

    PDB di Bawah Ekspektasi

    Dari dalam negeri, berita terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 turut memberikan sentimen negatif bagi rupiah. Ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 4,95 persen (YoY) pada kuartal III, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang memproyeksikan pertumbuhan sekitar 5 persen.

    Secara nominal, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III 2024 mencapai Rp5.638,9 triliun (PDB nominal), dengan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp3.279,6 triliun. Meskipun angka pertumbuhan ini menunjukkan adanya ekspansi ekonomi, hasil ini berada sedikit di bawah ekspektasi para ekonom yang sebelumnya dihimpun oleh Bloomberg.

    Faktor yang dinilai menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan perkiraan adalah lemahnya konsumsi masyarakat, terutama di luar periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang biasanya menjadi pendorong konsumsi di kuartal-kuartal sebelumnya.

    Mengingat konsumsi rumah tangga berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, penurunan konsumsi menjadi faktor yang berpengaruh pada rendahnya laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III.

    Kondisi ini menjadi sentimen negatif bagi rupiah karena menunjukkan adanya kelemahan dalam perekonomian domestik yang dapat memperburuk stabilitas mata uang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak dapat memperlihatkan perbaikan signifikan, ketergantungan pada faktor eksternal, termasuk kebijakan moneter The Fed dan perkembangan ekonomi global, akan semakin besar.

    Jadi, meskipun rupiah berhasil menguat tipis pada 5 November 2024, sejumlah faktor risiko tetap membayangi pergerakan mata uang ini ke depan. Ketidakpastian terkait hasil pemilu AS, pemangkasan suku bunga oleh The Fed, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedikit lebih rendah dari ekspektasi, semuanya berpotensi memberikan volatilitas lebih besar pada rupiah.

    Mengingat kondisi global yang penuh ketidakpastian dan data ekonomi domestik yang sedikit meleset dari perkiraan, pelaku pasar kemungkinan besar akan terus menghindari aset berisiko dalam waktu dekat.

    Oleh karena itu, meskipun ada peluang untuk penguatan rupiah dalam jangka pendek, prospek jangka panjang tetap bergantung pada bagaimana hasil pemilu AS, keputusan suku bunga The Fed, dan pemulihan ekonomi Indonesia berinteraksi di pasar.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).