Logo
>

Selama Sepekan, Perdagangan Saham BEI Ditutup Positif

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Selama Sepekan, Perdagangan Saham BEI Ditutup Positif

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Data perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 19 sampai 23 Agustus 2024 ditutup pada zona positif.

    Selama sepekan, peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian Bursa dengan peningkatan sebesar 106,10 persen menjadi Rp19,21 triliun dari Rp9,32 triliun pada pekan sebelumnya.

    "Peningkatan turut terjadi pada rata-rata volume transaksi harian Bursa sebesar 17,65 persen menjadi 19,68 miliar lembar saham dari 16,73 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya," tulis BEI dalam keterangannya, Sabtu, 24 Agustus 2024.

    Kemudian, peningkatan turut dialami oleh rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa selama sepekan sebesar 6,91 persen menjadi 1,09 juta kali dari 1,02 juta kali transaksi pada pekan lalu.

    IHSG selama sepekan turut mengalami peningkatan sebesar 1,51 persen pada level 7.544,298 dari 7.432,090 pada penutupan pekan sebelumnya.

    IHSG mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya pada minggu ini dalam tiga hari beruntun pada 19 sampai dengan 21 Agustus 2024. Selanjutnya, kapitalisasi pasar Bursa turut mengalami peningkatan sebesar 1,75 persen menjadi Rp12.779 triliun dari Rp12.560 triliun pada penutupan pekan lalu.

    Pergerakan investor asing kemarin mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp2,94 triliun dan sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp12,63 triliun.

    Adapun dikutip dari RTI Business, IHSG pada perdagangan Jumat, 23 Agustus 2024, ditutup di posisi 7.544,29 menguat ke level 55,621 poin atau 0,74 persen.

    Risalah Ketua The Fed

    Sementara diberitakan sebelumnya, Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengungkapkan bahwa “waktunya telah tiba” bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk menurunkan suku bunga. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya risiko di pasar tenaga kerja dan inflasi yang semakin mendekati target 2 persen, memberikan sinyal jelas bahwa kebijakan pelonggaran moneter akan segera diimplementasikan.

    “Dengan risiko inflasi yang tinggi semakin berkurang dan meningkatnya risiko terhadap lapangan kerja, saatnya untuk menyesuaikan kebijakan,” ujar Powell dalam pidato pentingnya pada konferensi ekonomi tahunan Federal Reserve Kansas City di Jackson Hole, Wyoming, Jumat, 23 Agustus 2024.

    “Perubahan kebijakan sudah di depan mata. Keputusan terkait waktu dan besaran penurunan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, perkembangan prospek, dan keseimbangan risiko yang ada,” sambung Powell.

    Menekankan dua mandat yang diberikan Kongres kepada The Fed, Powell menyatakan bahwa keyakinannya semakin kuat bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2 persen, setelah sebelumnya sempat mencapai sekitar 7 persen selama pandemi COVID-19, sementara tingkat pengangguran juga meningkat.

    Powell juga menjelaskan bahwa kenaikan hampir satu persen dalam tingkat pengangguran selama setahun terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan pasokan tenaga kerja dan perlambatan dalam perekrutan, bukan karena lonjakan PHK. Meski begitu, ia menekankan bahwa The Fed berusaha mencegah penurunan lebih lanjut di pasar tenaga kerja—mengindikasikan bahwa fokus untuk “mengorbankan” pasar tenaga kerja demi mengendalikan inflasi kini sudah tidak relevan lagi.

    “Sebelum kejadian ini, sebagian besar orang Amerika yang hidup saat ini tidak merasakan dampak buruk dari inflasi yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Inflasi menimbulkan kesulitan besar, terutama bagi mereka yang paling tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, perumahan, dan transportasi yang biayanya lebih tinggi,” jelas Powell.

    “Inflasi yang tinggi memicu stres dan rasa ketidakadilan yang masih melekat hingga saat ini,” imbuhnya.

    Dengan tingkat pengangguran saat ini berada di sekitar 4,3 persen, Powell menilai angka ini konsisten dengan stabilitas inflasi dalam jangka panjang.

    “Kami tidak mengharapkan atau menginginkan pelemahan lebih lanjut dalam kondisi pasar tenaga kerja,” kata Powell.

    “Kami akan melakukan segala yang bisa dilakukan untuk mendukung pasar tenaga kerja yang kuat sambil tetap bergerak menuju stabilitas harga. Dengan penyesuaian kebijakan yang tepat, ada alasan kuat untuk percaya bahwa ekonomi dapat kembali ke target inflasi 2 persen tanpa harus mengorbankan pasar tenaga kerja yang solid,” jelasnya, menambahkan.

    Memasuki Babak Baru

    Pernyataan Powell ini hampir seperti menyatakan kemenangan atas lonjakan inflasi yang sempat melanda ekonomi di awal pandemi.

    Kenaikan harga yang cepat mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan dari hampir nol ke kisaran 5,25 persen-5,50 persen, yang merupakan level tertinggi dalam 25 tahun terakhir.

    Suku bunga ini telah dipertahankan selama lebih dari satu tahun meskipun ekonomi terus tumbuh, inflasi menurun, dan prediksi resesi seringkali tidak terbukti—menunjukkan kemungkinan “soft landing” dengan segera berakhirnya periode suku bunga tinggi.

    “Walaupun tugas ini belum selesai, kami telah membuat banyak kemajuan,” ungkap Powell mengenai upaya pemulihan stabilitas harga. The Fed mendefinisikan stabilitas harga sebagai inflasi di level 2 persen yang diukur oleh indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE). Saat ini, indeks tersebut menunjukkan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,5 persen.

    Pidato Powell di Jackson Lake Lodge, Taman Nasional Grand Teton, Wyoming, di hadapan bankir sentral dan ekonom, memperkuat pandangan kebijakan moneter global yang sudah diantisipasi oleh pasar.

    Komentar Powell menegaskan keputusan-keputusan yang sudah diisyaratkan sebelumnya oleh hasil pertemuan The Fed pada Juli, yang menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan setuju bahwa pemotongan suku bunga kemungkinan besar akan dimulai bulan depan.

    Namun, nada tegas dari Powell kali ini menegaskan bahwa The Fed sedang memulai babak baru dalam kebijakan moneter. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.