KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan emiten-emiten tingkat global memiliki kinerja saham yang oke setelah menerapkan environment, social, and good governance (ESG).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik. Dia mengatakan sebanyak 80 persen emiten memiliki kinerja yang bagus selama menjalankan ESG.
"Bahkan untuk tingkat global 80 persen emiten-emiten yang menjalankan ESG dengan baik, kinerja sahamnya juga menjadi baik," ujarnya dalam acara ‘Promoting Sustainable Investment In Indonesia Capital Market’ di Jakarta, Selasa, 20 Agustus 2024.
Menurut Jeffrey, hal tersebut didukung karena konsen dari investor global saat ini yang senilai ada ratusan miliar USD bahkan triliunan USD hanya akan diinvestasikan dalam instrumen yang konsen terhadap ESG.
Lebih lanjut Jeffrey memandang, perusahaan harus melihat ESG dari sudut dan perspektif yang berbeda. Kata dia, banyak selama ini mungkin melihat ESG adalah soal beban.
"Saat ini pandangan global terhadap ESG tidak lagi melihat ESG adalah soal menjadi beban, tetapi ESG sudah menjadi bagian integral dari strategi bisnis secara keseluruhan," ungkapnya.
"Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan 88 persen perusahaan yang menjalankan ESG dengan baik performa operasionalnya juga membaik," tambah dia.
Sebelumnya diberitakan, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, menyebut bahwa penerapan ESG menjadi upaya semua pihak untuk mendorong net zero emission. Meski begitu, menurut catatan KADIN, implementasi prinsip ESG di Indonesia masih sangat minim kalangan pelaku usaha dalam negeri.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, menyebut perlu adanya penegasan terkait prinsip ESG lantaran banyak pelaku usaha yang belum mengerti.
Padahal, kata Shinta, adopsi prinsip investasi keberlanjutan sangat mendesak di tengah era perubaan iklim yang semakin nyata. Berdasarkan laporan World Economic Forum, tutur Shinta, ESG menjadi indikator fundamental yang dipertimbangkan investor.
“Karena itu perusahaan mau tidak mau perlu beradaptasi cepat di tengah tuntutan untuk mengedepatkan transparansi dan pengungkapan ESG. Khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang dianggap sebagai market leader atau memiliki share pasar yang dominan,” kata Shinta dalam acara bertajuk Road to SAFE 2024: Strengthening ESG Implementation in Indonesia’s Business Sector, di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 22 Juli 2024.
Di Indonesia sendiri, kata Shinta, adopsi ESG menunjukan progress yang cukup positif seiring dengan dukungan pemerintah dan lembaga keuangan lainnya. Meski tak spesifik menyebut presentasi, dia meyakini prinsip ESG yang diadopsi sektor bisnis terus mengalami peningkatan jumlah.
Hal itu dinilai sejalan dengan regulasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51/POJK. 03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik. Shinta menilai, regulasi tersebut mendorong para pelaku usaha membuat laporan keberlanjutan yang mencakup aspek ESG sebagai upaya mendorong penguatan implementasinya di tanah air.
Berdasarkan riset dari The Economist Intelligence Unit tentang pembiayaan keberlanjutan, kata Shinta, tercatat sebanyak 161 investor dan 154 emiten di seluruh Asia-Pasifik, serta 68 persen investor dan 63 persen emiten investasi, dan pembiayaan keberlanjutan mencatat kinerja lebih baik daripada investasi tradisional yang setara.
Sementara di bursa nasional, Shinta menyebut ESG bukti memiliki kaitan terhadap return yang lebih tinggi. Bahkan, kata dia, dana keberlanjutan memiliki performa yang lebih tanggu jika dibandingkan conventional funds.
“Oleh karena itu, implementasi ESG yang efektif tidak hanya meningkatkan cipta dan nilai perusahaan, tetapi juga memberikan keuntungan financial yang signifikan. Tidak hanya bagi investor, ESG juga menjadi penting bagi perusahaan khususnya dalam keputusan investasi yang berkolerasi dengan pengembangan bisnis yang akan dibuktikan perusahaan bagaimana operational dapat dijalankan,” jelasnya.
ESG juga dinilai berkontribusi besar bagi keberlangsungan kinerja perusahaan kerena sifatnya yang jangka panjang. Menurut Shinta, prinsip ESG berguna bagi pembangunan masa depan yang berkelanjutan dan kesejahteraan mengingat pengaruhnya terhadap keputusan investasi.
“ESG dapat berpengaruh kinerja investasi di dalam perusahaan sehingga membantu meningkatkan kinerja keberlanjutan, manajemen kemudahan, dan kebijakan risiko pengembalian,” jelasnya.
Meski memuat banyak manfaat bagi keberlanjutan perusahaan, Shinta tak memungkiri banyaknya kendala yang dihadapi pelaku usaha dalam menerapkan prinsip ESG. Sebagai contoh, tutur dia, kesadaran dan pemahaman ESG dan serta keterbasasan sumber daya serta infrastruktur budaya bisnis yang masih fokus pada tujuan jangka pendek.
Di sisi lain, prinsip ESG juga membutuhkan biaya dan sumber daya tambahan seperti pelatihan karyawan, pengembangan sistem, hingga audit. Dalam hal ini, Shinta menyebut UMKM bisa terbebani mengingat biaya dan sumber dayanya yang terbatas.
“Sehingga upaya untuk meningkatkan pemahaman dan mendorong penerapan ESG perlu dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak,” jelasnya.
Sejalan dengan prinsip keberlanjutan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 18 Tahun 2023 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang dan Sukuk Berlandaskan Keberlanjutan. (*)