Logo
>

Emas Tembus USD3.000, Investor Ramai Cari Aset Aman

Emas Tembus USD3.000, Investor Panik Beralih ke Aset Aman Harga emas mencetak rekor baru di tengah ketidakpastian global akibat perang tarif Trump. Bank sentral dan investor ramai-ramai memborong emas.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Emas Tembus USD3.000, Investor Ramai Cari Aset Aman
Ilus emas. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas menembus batas psikologis USD3.000 per ons untuk pertama kalinya pada Sabtu, 15 Maret 2025, dini hari WIB karena didorong oleh meningkatnya permintaan aset aman akibat ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh perang tarif Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, emas Spot sempat menyentuh rekor tertinggi USD3.004,86, sebelum sedikit turun 0,1 persen menjadi USD2.986,26 pada pukul 14.01 waktu New York (18.01 GMT) karena aksi ambil untung. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,3 persen ke USD3.001,10.

    Menurut Tai Wong, pedagang logam independen, lonjakan emas ini terjadi karena investor yang terpukul oleh ketidakstabilan pasar saham akibat kebijakan Trump beralih ke emas sebagai tempat berlindung yang paling aman.

    Harga emas telah naik hampir 14 persen sepanjang 2025 karena didorong oleh kekhawatiran atas dampak perang tarif terhadap ekonomi global dan aksi jual besar-besaran di pasar saham. Menurut Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, manajer aset global, terutama di Barat, mulai kembali ke emas setelah ketidakpastian ekonomi dan pasar saham yang bergejolak semakin nyata.

    Selain faktor geopolitik, permintaan emas dari bank sentral juga menjadi pendorong utama reli emas. China meningkatkan cadangan emasnya untuk bulan keempat berturut-turut pada Februari. Hal ini menunjukkan tren diversifikasi dari dolar AS yang semakin bergejolak. CEO GoldCore, David Russell, menilai aksi bank sentral ini akan terus berlanjut karena mereka ingin mengurangi ketergantungan terhadap mata uang AS.

    Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS juga turut menopang harga emas. Banyak investor memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada Juni sehingga emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih menarik dibandingkan aset berbunga.

    Menurut Kepala Penelitian Globaldi World Gold Council, Juan Carlos Artigas, permintaan emas diperkirakan tetap kuat dalam jangka panjang karena ketegangan geopolitik, inflasi yang lebih tinggi, suku bunga yang berpotensi lebih rendah, serta ketidakpastian pasar.

    Sementara itu, Goldman Sachs memperkirakan harga emas bisa melewati proyeksi akhir 2025 di USD3.100 dan bahkan berada di kisaran USD3.100–3.300, terutama jika ketidakpastian kebijakan AS terus berlanjut. Bank investasi itu juga menyoroti pembelian emas oleh bank sentral akan tetap tinggi setelah insiden pembekuan cadangan Bank Sentral Rusia pada 2022, bahkan jika perang Rusia-Ukraina berakhir.

    Di pasar logam lainnya, harga perak stagnan di USD33,80 per ons, platinum naik 0,1 persen ke USD995,20, dan palladium menguat 0,6 persen ke USD963,76.

    Emas Diramal Naik 8 Persen Tahun ini

    Area yang diarsir menunjukkan hasil harga emas berdasarkan tingkat ketidakpastian. Ketidakpastian yang lebih tinggi membuat posisi spekulatif tetap tinggi (puncak kisaran), sementara normalisasi menurunkannya (dasar kisaran). Kisaran tersebut berkisar dari median posisi uang kelolaan bersih COMEX hingga persentil ke-96 dalam sampel sejak 2014. Sumber: Goldman Sachs.

    Harga emas telah melesat lebih dari 40 persen sejak Januari 2024 hingga memecahkan rekor berkali-kali. Goldman Sachs Research memperkirakan reli emas masih akan berlanjut seiring meningkatnya permintaan dari bank sentral.

    Harga logam mulia ini diproyeksi naik 8 persen lagi dan mencapai USD3.100 (Rp51,15 juta) per troy ons pada akhir 2025. Prediksi ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang hanya USD2.890 (Rp47,68 juta).

    Menurut Lina Thomas, analis Goldman Sachs, revisi proyeksi ini didorong oleh permintaan emas yang lebih tinggi dari ekspektasi oleh bank sentral. Bank-bank sentral global terus menambah cadangan emas mereka sejak aset bank sentral Rusia dibekukan pada 2022 akibat invasi ke Ukraina.

    Selain bank sentral, permintaan emas juga akan terdorong oleh investasi di ETF emas yang kian menarik setelah suku bunga menurun.

    Namun, Thomas memperingatkan  aksi spekulan di pasar berjangka bisa menjadi faktor penahan kenaikan harga emas. Saat ini, posisi spekulan di kontrak berjangka emas masih sangat tinggi karena kekhawatiran tarif Trump membuat investor memburu aset safe-haven seperti emas.

    Meski demikian, jika ketidakpastian global terus berlanjut—baik soal tarif, geopolitik, maupun utang pemerintah AS—maka spekulan bisa semakin agresif dalam membeli emas. Skenario ini berpotensi mendorong harga emas hingga USD3.300 (Rp54,45 juta) per troy ons pada akhir 2025.

    Goldman Sachs mencatat, faktor utama yang mendorong kenaikan proyeksi harga emas adalah pembelian besar-besaran oleh bank sentral.

    Sebelum pembekuan aset Rusia pada 2022, permintaan emas institusional di pasar emas London hanya 17 ton per bulan. Namun, pada Desember tahun lalu, permintaan melonjak hingga 108 ton.

    Thomas memperkirakan permintaan emas oleh bank sentral meningkat lima kali lipat sejak pembekuan aset Rusia sehingga Goldman Sachs menaikkan asumsi permintaan emas dalam proyeksi harga terbaru.

    Jika tren ini berlanjut, harga emas bisa naik hingga 9 persen. Selain itu, Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan memangkas suku bunga dua kali tahun ini. Aksi ini akan membuat emas semakin menarik dibandingkan obligasi yang memberikan imbal hasil lebih rendah.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).