KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditargetkan menembus level 6.700 hingga akhir kuartal II 2025. Namun, angka ini dapat tercapai jika indeks memiliki beberapa sentimen pendorong.
Analis sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan secara teknikal IHSG masih dalam fase downtrend. Tetapi untuk jangka pendek indeks berpeluang rebound dengan menguji resistance di level 6.497.
"Jika level ini mampu ditembus disertai perbaikan sentimen global dan kebijakan domestik yang akomodatif, maka target selanjutnya berada di kisaran 6.700 hingga akhir kuartal II 2025," ujar Hendra kepada kabarbursa.com, Senin, 21 April 2025.
Untuk paruh kedua, kata Hendra, arah IHSG akan sangat ditentukan oleh kepastian kabinet pemerintahan baru Prabowo-Gibran, seperti kejelasan kebijakan fiskal 2025, serta stabilitas eksternal dari perundingan dagang internasional dan kebijakan moneter global.
Di samping itu, dia memandang prospek pasar modal Indonesia tahun ini masih tergolong menjanjikan, meski diwarnai dinamika global yang cukup menantang.
"Tekanan geopolitik seperti perang dagang Amerika Serikat (AS) - China, kebijakan tarif resiprokal Presiden Donald Trump terhadap Indonesia, serta kebijakan suku bunga The Fed yang cenderung ketat hingga akhir tahun menjadi sentimen utama yang membayangi pasar," jelasnya.
Kendati demikian, lanjut Hendra, respons cepat pemerintah Indonesia dalam menegosiasikan tarif perdagangan bilateral dengan AS dalam waktu 60 hari mencerminkan keseriusan menjaga akses ekspor nasional tetap kompetitif.
Menurut dia, hal tersebut menjadi katalis positif bagi pelaku pasar, khususnya pada sektor padat karya seperti tekstil, furniture, hingga perikanan.
"Di sisi lain, potensi tercapainya kesepakatan dagang AS-China juga membuka ruang bagi perbaikan sentimen global, termasuk terhadap aliran modal asing ke emerging market seperti Indonesia," tandasnya.
Dari sisi domestik, kabar terbaru terkait proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara juga menjadi dorongan sentimen positif setelah pemerintah dan DPR RI sepakat mencabut blokir anggaran proyek IKN, yang sebelumnya dikenakan akibat program efisiensi belanja negara.
Hendra bilang, langkah tersebut langsung disambut antusias oleh beberapa emiten seperti BUMN Karya seperti PT PP (PTPP) dan Wijaya Karya (WIKA).
"PTPP, misalnya, tercatat telah mengerjakan 19 proyek di IKN dengan nilai total Rp14,31 triliun, termasuk proyek besar seperti Istana Presiden dan Jalan Tol Segmen 3B. Sementara itu, WIKA mencatat kontrak baru senilai Rp2,16 triliun di kuartal I 2025 dari sektor industri pendukung konstruksi," ungkapnya.
Meski begitu, Hendra mengimbau kepada investor untuk tetap waspada karena tekanan fundamental masih menghantui BUMN Karya, terutama WIKA dan WSKT yang menghadapi beban bunga tinggi dan risiko gagal bayar.
"Solusi yang disarankan meliputi restrukturisasi utang, efisiensi biaya, dan penjualan aset non-produktif," pungkasnya.
IHSG Diproyeksikan Menguat Tipis
Sementara diberitakan sebelumnya, IHSG diproyeksikan menguat tipis pada perdagangan awal pekan ini, Senin, 21 April 2025. Analis MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG menguat sebesar sebesar 0,60 persen ke level 6.438 disertai volume pembelian.
“Pergerakan IHSG diperkirakan masih cenderung konsolidasi. Pada skenario merah, diperkirakan IHSG sedang berada di awal wave B, sehingga IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatannya dengan target terdekat berada di 6,510-6,678,” kata Tim Analis MNC Sekuritas, Senin, 21 April 2025.
Analis juga mengungkapkan bahwa pada skenario hitam (worst case) diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave (iii) dari wave [v] sehingga masih terdapat potensi koreksi dimana IHSG akan mengarah ke 5,633-5,770.
MNC Sekuritas mengungkapkan, level support pada perdagangan pagi ini adalah 6,148, 5,882. Sedangkan untuk resistance berada di level 6,510, 6,707
Sementara itu, IHSG di awal pekan ini menunjukkan tanda-tanda rebound yang positif. Ada potensi untuk menembus resistance penting di level 6.510. Apabila berhasil melewati titik ini, pasar berpeluang menguat lebih jauh menuju target jangka menengah di area 7.195.
Optimisme ini diperkuat oleh konfirmasi sinyal beli dari indikator teknikal seperti MACD dan Parabolic SAR yang saat ini berada dalam tren positif. Indikator RSI juga berada di level netral 50.8, memberikan ruang gerak lebih lanjut untuk reli, sementara indikator stochastic sudah mulai bergerak naik, menambah keyakinan atas potensi penguatan.
Namun, menurut analisis tim riset Indonesia Investment Education (IIE), Sabtu, 19 April 2025, meskipun tren jangka pendek terlihat menjanjikan, IHSG masih menghadapi hambatan teknikal berupa resistance dari Gann fan lines 4/1 dan zona darvas box. Jika tekanan jual muncul, koreksi bisa terjadi menuju area Fibonacci retracement (FR) 50 persen di 6.187 atau bahkan FR 61.8 persen di 6.115.
Dalam konteks Minervini Trend Score, IHSG baru mencatat skor 1 dari 8, mengindikasikan tren belum sepenuhnya kuat. Oleh karena itu, investor disarankan untuk tetap waspada terhadap potensi volatilitas jangka pendek.
Berdasarkan pivot mingguan, level support utama IHSG berada di 6.275 hingga 6.000, sementara resistance kuat berada di area 6.550, 6.661, hingga 6.825.(*)