KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan Selasa, 30 September 2025, kembali dibuka menguat.
IHSG naik 23,90 poin atau 0,29 persen ke level 8.147,15 setelah sehari sebelumnya ditutup di kisaran 8.123. Sepanjang sesi awal, indeks bergerak di rentang 8.136,68 hingga 8.150,34 dengan pembukaan di 8.137,64.
Aktivitas transaksi terpantau moderat dengan total volume perdagangan di semua pasar mencapai 10,71 juta lot, nilai transaksi Rp510,99 miliar, dan frekuensi 62.870 kali. Di pasar reguler, tercatat volume sama yakni 10,71 juta lot dengan nilai Rp510,99 miliar dan frekuensi identik.
Investor asing kembali mencatatkan pembelian bersih (net foreign buy) sebesar Rp555,63 miliar di seluruh pasar, terdiri dari Rp190,75 miliar di pasar reguler dan Rp364,89 miliar di pasar tunai dan negosiasi. Total pembelian asing tercatat Rp7,20 triliun sementara penjualan asing Rp6,65 triliun. Investor domestik masih dominan dengan porsi 71,22 persen dari total transaksi, sedangkan investor asing 28,78 persen.
Sejumlah saham top gainer yang mencuri perhatian di awal perdagangan antara lain PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) sektor konstruksi naik 34,00 persen ke Rp67, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) sektor ritel makanan naik 25,00 persen ke Rp725, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) sektor perdagangan ritel naik 24,69 persen ke Rp1.010, PT Penta Valent Tbk (PEVE) sektor farmasi naik 24,37 persen ke Rp740, dan PT Star Pacific Tbk (LPLI) sektor investasi naik 20,37 persen ke Rp975.
Adapun saham yang melemah signifikan di antaranya PT Panca Anugrah Wisesa Tbk (MGLV) sektor properti turun 10,00 persen ke Rp486, PT Agro Bahari Nusantara Tbk (UDNG) sektor perikanan turun 9,57 persen ke Rp1.370, PT Idea Indonesia Akademi Tbk (IDEA) sektor pendidikan turun 9,26 persen ke Rp98, PT Graha Mitra Asia Tbk (RELF) sektor properti turun 9,26 persen ke Rp49, dan PT Multisarana Intan Eduka Tbk (MSIE) sektor pendidikan turun 9,09 persen ke Rp70.
Dari sisi sektoral, penguatan dipimpin sektor industri dasar yang naik 0,99 persen, disusul sektor industri 0,61 persen, infrastruktur 0,48 persen, non-siklikal 0,38 persen, properti 0,33 persen, kesehatan 0,29 persen, dan siklikal 0,28 persen. Sementara itu, sektor energi naik tipis 0,16 persen. Di sisi lain, tiga sektor masih mencatat pelemahan yakni teknologi turun 0,18 persen, keuangan turun 0,06 persen, dan transportasi melemah 0,01 persen.
Kenaikan IHSG pada awal pekan kedua ini menunjukkan sentimen positif asing masih dominan, meski investor domestik tetap menjadi motor utama perdagangan. Fokus pasar kini tertuju pada pergerakan nilai tukar Rupiah dan arah kebijakan global yang bisa mempengaruhi aliran modal masuk.
Penguatan IHSG awal pekan ini mencerminkan respons positif pelaku pasar terhadap sentimen suku bunga global dan kepastian fiskal domestik. Fokus investor tertuju pada potensi kebijakan baru Menteri Keuangan dan arah suku bunga The Fed yang dinilai akan mempengaruhi arus modal ke pasar emerging markets, termasuk Indonesia.
Pekan lalu IHSG menembus level psikologis 8.100 pada akhir perdagangan dan menutup pekan di 8.099 atau menguat sekitar 0,60 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Level tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah dengan sempat menyentuh 8.168 pada 24 September 2025. Meski indeks menguat, investor asing tercatat membukukan penjualan bersih sebesar Rp1 triliun di pasar reguler, menandakan investor lokal mendominasi sentimen penguatan pasar.
David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) mengatakan kenaikan IHSG kali ini mendapat dukungan dari dua faktor utama.
Pertama, optimisme pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mendorong arus dana ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Kedua, tercapainya kesepakatan dagang Indonesia-Uni Eropa terkait pemangkasan tarif hingga 80 persen produk ekspor RI mulai 2027 yang membuka peluang perdagangan jangka panjang. Sentimen positif juga datang dari harga emas spot dunia yang mencapai rekor tertinggi sekitar US$3.759 per troy ounce.
“Sentimen global dan domestik memberi katalis positif untuk IHSG, termasuk stabilitas Rupiah yang dijaga Bank Indonesia,” kata Davi dalam keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com pada Senin, 29 September 2025. Ia memprediksi penguatan akan kembali berlanjut.
“Jika konsisten, tren bullish jangka pendek berpeluang berlanjut,” ujarnya.
Dari dalam negeri, pasar juga diguncang kabar force majeure di tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia akibat bencana lumpur yang menghentikan operasi tembaga dan emas. Kondisi ini menimbulkan ketidakpastian jangka pendek pada sektor pertambangan.
Namun, sentimen positif lebih dominan setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk 2026 tidak naik, memberi napas bagi industri rokok.
Menurut David, ada dua sentimen penting yang wajib dipantau pada pekan 29 September–3 Oktober 2025, yakni kebijakan fiskal dan kepemimpinan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa l terkait disiplin defisit anggaran dan stimulus pemerintah, serta konfirmasi soal moratorium cukai rokok yang dapat menjadi katalis sektor konsumer.
“Investor sebaiknya melakukan akumulasi bertahap pada saham berfundamental kuat di sektor perbankan, konsumer, dan komoditas ekspor, sedangkan trader memanfaatkan potensi bullish jangka pendek,” kata David. (*)