KABARBURSA.COM - Kilau emas hari ini memudar, tersungkur ke level terendahnya dalam lebih dari seminggu. Penyebabnya adalah penguatan dolar dan beralihnya fokus pasar ke serangkaian data ekonomi yang akan dirilis pekan ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai sejau mana penurunan suku bunga yang dilakukan Federal Reserve.
Berdasarkan laporan Reuters di Bengaluru, Selasa, 3 September 2024, dini hari WIB, harga emas spot turun sekitar 0,16 persen menjadi USD2.499,51 per ons troy. Angka tersebut jatuh ke level terendah sejak 23 Agustus di awal sesi. Perdagangan relatif sepi, karena pasar Amerika Serikat ditutup untuk hari libur nasional.
"Untuk bergerak lebih tinggi dari sini, kita perlu memiliki kejelasan lebih lanjut, apakan akan ada penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin, dan mungkin pada akhir pekan ini, dengan data ketenagakerjaan, kita mungkin mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai hal itu," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Minggu ini, pasar sedang menantikan rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat yang mencakup survei ISM, laporan lowongan pekerjaan JOLTS, data ketenagakerjaan ADP, dan laporan penggajian nonpertanian. Data ini menjadi kunci bagi para pelaku pasar untuk memprediksi arah kebijakan Federal Reserve.
Mayoritas pelaku pasar yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan 17-18 September mendatang, yang akan menjadi pemotongan pertama dalam siklus kebijakan kali ini. Berdasarkan FedWatch Tool dari CME Group, peluang untuk pemangkasan sebesar 25 basis poin diperkirakan mencapai 69 persen, sementara peluang untuk pemotongan yang lebih agresif sebesar 50 basis poin berada di angka 31 persen.
Suku bunga yang lebih rendah tentunya mengurangi biaya peluang bagi investor yang memilih untuk menyimpan logam mulia seperti emas, yang tidak menghasilkan imbal hasil.
"Setelah musim laporan keuangan yang sebagian besar telah berakhir, dan dengan pemangkasan suku bunga The Fed pada 18 September yang tampaknya hampir pasti, investor tampaknya nyaman mempertahankan posisi beli mereka, meskipun ada sedikit penguatan pada suku bunga jangka pendek dan dolar AS," ujar Mike Ingram, analis dari Kinesis Money.
"Risiko geopolitik yang tinggi dan kebutuhan untuk diversifikasi portofolio terus memberikan dukungan tambahan bagi emas," lanjut Ingram.
Di sisi lain, dolar AS bertahan di dekat level tertinggi dua minggu yang dicapai di awal sesi, membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Perak spot turun 1,11 persen menjadi USD28,55 per ons, menyentuh level terendahnya dalam lebih dari dua minggu. Sementara itu, platinum sedikit naik 0,06 persen menjadi USD930,35, dan paladium melonjak 1,2 persen menjadi USD981,25 per ons.
Sinyal Bearish
Pada perdagangan Senin, 2 September 2024, harga emas spot kembali mendapat tekanan berat setelah rilis data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat. Harga emas diproyeksikan berpotensi turun menuju kisaran USD2.400 per ons troi, seiring dengan meningkatnya tekanan jual di pasar.
Andy Nugraha, Analis dari Dupoin Indonesia, menjelaskan bahwa tren bearish pada emas semakin menguat. Secara teknikal, harga emas diprediksi akan turun menuju level USD2.480 per ons troi dalam waktu dekat.
“Indikator Moving Average yang terbentuk saat ini memberikan sinyal bearish yang jelas. Jika tekanan jual berlanjut, harga berpotensi menyentuh USD2.480 per ons troi,” tulis Andy dalam risetnya yang dirilis pada Senin, 2 September 2024.
Sentimen pasar terhadap emas juga dipengaruhi oleh rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE) dari Amerika Serikat pada Jumat, 30 Agustus 2024. Data tersebut menunjukkan inflasi tahunan naik sebesar 2,6 persen, sedikit di bawah perkiraan pasar yang sebesar 2,7 persen.
Meski demikian, data ini belum cukup kuat untuk mendorong emas menembus level tertingginya yang baru, yaitu USD2.531 per ons troi, yang tercapai pada Agustus lalu.
"Data PCE ini memang sesuai dengan ekspektasi, tetapi tidak memberikan dorongan signifikan pada harga emas. Meskipun inflasi relatif terkendali, harga emas justru gagal mempertahankan kenaikannya," jelas Andy.
Penguatan tipis indeks dolar AS terhadap mata uang utama lainnya juga turut membatasi pergerakan emas. Pada Jumat, 30 Agustus 2024, indeks dolar naik ke level 101,79, tertinggi sejak 20 Agustus, yang mencerminkan permintaan terhadap dolar AS yang masih kuat. Secara historis, penguatan dolar kerap menekan harga emas.
Andy juga menyoroti bahwa ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed menjadi faktor kunci dalam pergerakan harga emas ke depan. Saat ini, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan ini diperkirakan mencapai 33 persen, sementara pemangkasan sebesar 25 basis poin lebih mungkin terjadi dengan peluang 67 persen.
"Perubahan ekspektasi ini menunjukkan ketidakpastian pasar terhadap arah kebijakan moneter The Fed ke depan," tambah Andy.(*)