KABARBURSA.COM - PT PLN (Persero) meraih dua penghargaan dalam ajang Anugerah ESG 2024 sebagai bukti komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan dalam bisnis. Penghargaan pertama yang PLN terima adalah Emission Reduction Effort untuk kategori Environmental, berkat inovasi mereka dalam mendukung sektor bisnis dan industri dengan pasokan listrik hijau melalui produk Renewable Energy Certificate (REC).
Penghargaan kedua adalah Inclusion Empowerment and Women's Empowerment Programs untuk kategori Social. Melalui program Srikandi Movement, PLN berhasil meningkatkan peran perempuan dalam isu-isu ketenagalistrikan serta kontribusi aktif mereka dalam lingkungan sosial.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam acara tersebut menekankan pentingnya penerapan prinsip Environmental, Sustainability, and Governance (ESG) untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan mendukung energi baru terbarukan (EBT). Hilirisasi industri yang adil dan berkelanjutan menjadi fokus utama pemerintah dalam mereduksi emisi karbon.
Direktur Republika, Nur Hasan Murtiadji, juga menekankan bahwa implementasi ESG dalam bisnis penting untuk mendukung keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik bisnis ramah lingkungan.
Membatalkan Rencana Pembangunan
Langkah pertama adalah membatalkan rencana pembangunan PLTU baru dengan kapasitas 13,3 GW yang sebelumnya tercantum dalam RUPTL 2019-2028. Selain itu, PLN juga membatalkan kontrak Power Purchase Agreement (PPA) untuk PLTU berkapasitas 1,4 GW. PLN juga menggantikan PLTU sebesar 1,1 GW dengan pembangkit EBT.
Langkah keempat adalah mengganti PLTU berkapasitas 800 MW dengan pembangkit berbasis gas. Selain itu, PLN juga mulai menerapkan Co-Firing Biomassa pada 46 PLTU dan menargetkan penerapan ini pada 52 PLTU hingga 2025. Langkah keenam, PLN melakukan de-dieselisasi pada PLTD di berbagai wilayah yang totalnya mencapai 1 GW.
Langkah ketujuh, menurut Suroso, adalah implementasi perdagangan karbon pada 55 PLTU dengan volume transaksi sekitar 5,62 juta CO2. Langkah terakhir, PLN merencanakan dan mengembangkan 21 GW pembangkit EBT dalam program The Greenest RUPTL.
“Total kumulatif dari delapan langkah emissions reduction/avoidance mencapai 3,7 miliar ton CO2. Hingga tahun 2040, lebih dari 75 persen dari kapasitas pembangkit PLN berasal dari renewable energy,” jelasnya.
Perubahan Pola Pikir
Suroso menegaskan bahwa PLN membutuhkan kerja sama yang kuat dan komitmen dari semua pihak di berbagai tingkat dan sektor untuk mencapai target net zero emission. Salah satu caranya adalah dengan mengubah pola pikir dan ekosistem yang mendukung penggunaan kendaraan listrik serta gaya hidup yang lebih elektrifikasi.
Selain itu, PLN juga mendorong masyarakat untuk lebih sering menggunakan transportasi umum guna mengurangi emisi. Dia berharap masyarakat mulai meningkatkan kesadaran dan memiliki kemauan untuk berubah.
Dalam kesempatan yang sama, Abra Talattov, Ekonom INDEF, menyatakan bahwa konsumsi listrik per kapita masyarakat Indonesia saat ini belum optimal, hanya mencapai 1.300 kWh, yang masih di bawah rata-rata negara-negara ASEAN sebesar 1.600 kWh.
“Apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara G20 sangat jauh. Jumlah konsumsi listrik per kapita mereka mencapai 5.000-6.000 kWh,” kata Abra.
Abra menyebutkan bahwa penjualan sertifikat REC (Renewable Energy Certificate) meningkat 101 persen dalam setahun terakhir, menunjukkan tingginya minat dunia usaha untuk mendapatkan energi bersih. Dengan transisi energi yang sedang diupayakan oleh PLN, diharapkan bisa membuka peluang lapangan kerja formal.
Seluruh Stakeholders Terlibat
Selain itu, Abra juga menyoroti kenaikan pendapatan PLN. Ia menegaskan bahwa kontribusi PLN melalui pajak dan dividen menjadi krusial dalam pembangunan dan kesejahteraan. Pada tahun 2023, PLN mencatat pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 10,48 persen, mencapai Rp487,38 triliun, dengan laba bersih sebesar Rp22,07 triliun.
“Net zero emissions bisa dicapai dengan syarat seluruh stakeholder harus terlibat. Upaya ini jangan hanya menjadi beban pemerintah saja, atau BUMN saja,” pungkasnya.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) siap mengadopsi teknologi carbon capture storage (CCS) sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi di sektor ketenagalistrikan, mendukung target emisi nol bersih (NZE) 2060 yang dicanangkan pemerintah.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, dalam siaran persnya, Senin, menyatakan bahwa PLN telah menyusun rencana jangka pendek dan panjang untuk mengurangi emisi karbon, salah satunya melalui pengembangan teknologi CCS. PLN, sebagai pionir penerapan teknologi CCS di sektor kelistrikan Indonesia, telah bekerja sama dengan berbagai mitra internasional dalam studi pengembangan teknologi ini di lima pembangkit listrik.
“Kami telah berkolaborasi dengan mitra internasional untuk studi implementasi CCS di empat PLTU dan satu PLTGU milik kami,” ujar Darmawan.(*)