KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG mengawali perdagangan Rabu, 9 Juli 2025 dengan penguatan tipis sebesar 47 poin atau 0,68 persen ke level 6.922 pada sesi pembukaan.
Indeks sempat bergerak di level terendah 6.918 pada awal sesi dengan total nilai transaksi mencapai Rp6,5 triliun, berasal dari 485 juta lot saham yang berpindah tangan dalam 2,9 juta kali transaksi.
Di tengah penguatan indeks, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp988 miliar di pasar reguler. Total pembelian asing (foreign buy) mencapai Rp3,28 triliun, sedangkan penjualan asing (foreign sell) mencapai Rp4,27 triliun.
Komposisi aktivitas perdagangan didominasi investor domestik sebesar 61,42 persen, sementara investor asing menyumbang 38,58 persen.
Lima besar top gainers hari ini didominasi saham-saham pendatang baru. Saham PT Pancaran Samudera Transport Tbk yang merupakan perusahaan jasa angkutan laut dengan kode emiten PSAT memimpin dengan lonjakan 24,89 atau 280 poin persen ke harga Rp1.405 dari sebelumnya Rp900. PSAT baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia pada Selasa, 8 Juli 2025 kemarin
Disusul saham PT Arthavest Tbk di sektor properti dan real estat dengan kode ARTA yang naik 24,69 persen menjadi Rp2.980, serta saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk, perusahaan sektor energi dan pertambangan dengan kode NICE, yang menguat 20,13 persen ke harga Rp555.
Saham PT Chandra Daya Investasi Tbk yang bergerak di sektor infrastruktur dengan kode emiten CDIA juga naik signifikan 34,74 persen ke level Rp256. CDIA resmi mencatatkan sahamnya pada hari ini, 9 Juli 2025, setelah menyelesaikan masa penawaran umum yang diperpanjang hingga 7 Juli 2025.
Saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk yang bergerak di sektor teknologi dengan kode emiten COIN melonjak 35 persen ke harga Rp135. Emiten ini mencatatkan saham perdananya di bursa pada 1 Juli 2025.
Sementara itu, saham yang melemah cukup dalam di antaranya adalah PT Panin Sekuritas Tbk di sektor keuangan dengan kode PANS yang turun 14,29 persen ke Rp1.410.
Lalu, saham PT Asia Pramulia Tbk di sektor bahan baku dengan kode ASPR melemah 10,98 persen ke Rp146. Saham PT Sumber Sinergi Makmur Tbk di sektor teknologi dengan kode IOTF turun 10,77 persen ke Rp58.
Kemudian, saham PT Xolare RCR Energy Tbk di sektor energi dengan kode SOLA turun 10,14 persen ke Rp124, dan saham PT A3N Agro Bahari Nusantara Tbk di sektor barang konsumsi primer dengan kode UDNG terkoreksi 10 persen ke Rp1.080.
Dari sisi sektoral, sektor infrastruktur mencatat penguatan tertinggi sebesar 1,33 persen, disusul sektor bahan baku naik 0,78 persen dan sektor properti naik 0,42 persen. Sektor energi juga menguat 0,31 persen, sementara sektor teknologi naik tipis 0,13 persen.
Sebaliknya, sektor kesehatan melemah 0,24 persen, sektor transportasi turun 0,16 persen, dan sektor barang konsumsi non-primer melemah 0,12 persen. Sektor keuangan stagnan di level 0,00 persen.
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyampaikan bahwa investor perlu mencermati sektor-sektor yang memiliki fundamental kuat, terutama komoditas dan energi, di tengah arah pasar yang masih ditentukan oleh perkembangan global.
IHSG diproyeksikan bergerak dalam kisaran support di 6815 dan resistance di 6970 pada 7 sampai 11 Juli 2025 ini , setelah pada pekan lalu mengalami koreksi tipis sebesar 0,47 persen dengan tekanan jual asing mencapai Rp2 triliun.
"Pasar saat ini berada di persimpangan. Ada potensi meredanya ketegangan dagang, tapi juga risiko dari kebijakan fiskal dan suku bunga AS," ujar Equity Analyst IPOT, Imam Gunadi Senin, 7 Juli 2025.
Ia menilai bahwa ketidakpastian global justru dapat menciptakan peluang bagi investor yang fokus pada sektor berpotensi dan tahan banting. Penurunan kinerja IHSG disebut Imam dipengaruhi kombinasi sentimen eksternal dan domestik, salah satunya perkembangan data PMI manufaktur dari China, AS, dan Indonesia.
Menurut dia China menunjukkan perbaikan kinerja manufaktur berdasarkan data NBS Manufacturing PMI yang naik dari 47,5 menjadi 49,7 pada Juni 2025.
Peningkatan didorong oleh kenaikan pesanan baru ke zona ekspansi di 50,2 dan output yang meningkat ke 51. Aktivitas pembelian juga membaik untuk pertama kalinya sejak Maret. Meskipun mayoritas indikator masih berada di area kontraksi, tren pemulihan ini dinilai menjadi dampak positif dari pertemuan dagang sebelumnya di London.
Sementara itu, data ISM Manufacturing PMI AS juga menunjukkan perbaikan. Produksi naik signifikan ke 50,3 dari 45,4, dan inventori meningkat ke 49,2 dari sebelumnya 46,7. Hal ini mengindikasikan potensi peningkatan impor barang dari China. Namun, permintaan domestik AS masih melemah, terlihat dari kontraksi pesanan baru yang turun ke 46,4.
Berbeda dengan dua negara tersebut, PMI manufaktur Indonesia justru menurun ke 46,9 dari 47,4 pada Mei. Penurunan tajam permintaan domestik menyebabkan pelemahan pada output, pembelian bahan baku, hingga penurunan ketenagakerjaan yang disebut Imam sebagai yang terdalam dalam hampir empat tahun terakhir. Para pelaku usaha dinilai masih menunggu kepastian dari arah kebijakan dagang AS sebelum mengambil keputusan ekspansi atau efisiensi.
Dari sisi domestik, peningkatan inflasi menjadi salah satu indikator membaiknya daya beli masyarakat. Inflasi tahunan pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87 persen, naik dari 1,6 persen pada Mei dan berada di atas konsensus 1,83 persen.
Kontributor utama inflasi berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, terutama karena kenaikan harga emas perhiasan yang menyumbang andil 0,59 persen terhadap inflasi bulan lalu.
Meski demikian, pasar tetap mencermati risiko kebijakan fiskal AS setelah Senat menyetujui rancangan undang-undang pajak dan belanja yang diusulkan Donald Trump. RUU tersebut mencakup efisiensi program sosial, perpanjangan pemotongan pajak, serta peningkatan anggaran militer dan imigrasi.
Tambahan utang nasional sebesar 3,3 triliun dolar AS atau setara Rp53.000 triliun berpotensi meningkatkan penerbitan surat utang AS dan mendorong kenaikan yield US Treasury. Imam menilai hal ini bisa mendorong investor global menarik dana dari pasar negara berkembang seperti Indonesia untuk dialihkan ke aset berisiko rendah.
Selain itu, data tenaga kerja AS tetap menunjukkan ketangguhan. Tingkat pengangguran menurun ke 4,1 persen dari 4,2 persen, dan Non-Farm Payrolls meningkat 147 ribu, lebih tinggi dari konsensus 110 ribu.
Kuatnya data pasar tenaga kerja turut menekan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed. Probabilitas penurunan suku bunga pada Juli 2025 kini menyusut drastis ke 4,7 persen dari sebelumnya 18,6 persen pada akhir Juni.(*)