Logo
>

Rupiah Melemah, Kemiskinan Diprediksi akan Meningkat

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Rupiah Melemah, Kemiskinan Diprediksi akan Meningkat

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami pelemahan. Kondisi ini diyakini bisa membuat angka kemiskinan di dalam negeri meningkat.

    Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda. Dia juga mengatakan inflasi di Indonesia akan naik signifikan akibat pembelahan Rupiah terhadap Dolar AS.

    "Inflasi dalam negeri akan naik signifikan. Daya beli tertekan, pertumbuhan ekonomi terhambat. Kemiskinan akan semakin meningkat," ujarnya kepada Kabar Bursa, Senin 17 Juni 2024.

    Huda menyampaikan dampak pelemahan rupiah juga dinilai memberatkan masyarakat yang memerlukan bahan baku impor karena harga mengalami kenaikan.

    "Rakyat menanggung barang-barang terutama yang dari luar ataupun memerlukan bahan baku impor akan cenderung lebih mahal," katanya.

    Selain itu, Huda memperkirakan harga BBM (bahan bakar minyak) akan dikorbankan. Di sisi lain, dia juga menyebut untuk belanja subsidi BBM  akan membengkak dengan pelemahan rupiah ini.

    "Ini yang mengkhawatirkan, di sisi lain tidak gampang untuk memangkas subsidi BBM," tandasnya.

    Huda kemudian membeberkan faktor yang membuat Dolar AS semakin perkasa terhadap Rupiah. Menurut dia faktor eksternal dan internal berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

    “Dari eksternal, the Fed rate masih sangat perkasa dan rezim suku bunga tinggi masih belum berakhir. Permintaan dolar akhirnya meningkat, rupiah melemah,” ujarnya.

    Huda menilai pasar juga masih melihat peluang untuk the Fed turun semakin kecil. Dia pun memprediksi the Fed hanya menurunkan suku bunganya satu kali.

    “The Fed kemungkinan hanya menurunkan suku bunganya sekali. Pasar masih melihat inflasi di US masih tinggi. Tidak memungkinkan untuk menurunkan suku bunga secara eksponensial,” jelasnya.

    Untuk faktor internal, Huda melihat fundamental ekonomi Indonesia saat ini tidak begitu kuat meskipun inflasi cukup terkendali dan pertumbuhan ekonomi di angka sekitar lima persen. Namun begitu dia memandang pasar tidak bereaksi positif.

    “Kemudian, pasar malah melihat kenaikan hutang secara ugal-ugalan akan membuat kemampuan fiskal jadi terbatas,” ungkapnya.

    Diberitakan sebelumnya, berdasarkan data RTI pada Jumat, 14 Juni 2024, Rupiah tertekan Dolar AS hingga menyentuh  menyentuh level Rp16.400. Namun pada akhirnya Rupiah bercokol di level Rp16.394 di akhir perdagangan.

    Walaupun nilai tukar Rupiah telah mendekati Rp16.400, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menilai bahwa pelemahan Rupiah masih tergolong rendah dibandingkan dengan mata uang negara lain. Depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS masih lebih kecil dibandingkan dengan mata uang negara lain seperti Won Korea Selatan, Peso Filipina, Baht Thailand, dan Yen Jepang.

    “Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS, yang mencapai Rp16.300 ini, jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu dan mata uang negara lain masih lebih rendah. Depresiasi kita termasuk yang paling rendah dibandingkan dengan Won Korea Selatan, Peso Filipina, Baht Thailand, dan Yen Jepang,” kata Perry di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat, 14 Juni 2024.

    Dia menekankan bahwa rupiah masih merupakan mata uang yang stabil karena Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah stabilisasi, seperti intervensi pasar, menarik portofolio asing ke dalam negeri, serta memastikan devisa hasil ekspor (DHE) dari sumber daya alam (SDA) dikelola dengan baik.

    Penguatan dolar AS yang terus berlanjut ini memberikan tantangan tambahan bagi perekonomian Indonesia. Pemerintah dan Bank Indonesia terus bekerja sama untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan berbagai kebijakan moneter dan fiskal. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan memperkuat cadangan devisa dan mendorong ekspor non-migas.

    Selain itu, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia di pasar global. Diversifikasi ekspor ke berbagai negara tujuan menjadi fokus utama untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa pasar tertentu. Upaya ini diharapkan dapat membantu memperkuat nilai tukar Rupiah dalam jangka panjang.

    Sektor Pariwisata

    Di sisi lain, pelemahan rupiah juga memberikan peluang bagi sektor pariwisata Indonesia. Dengan nilai tukar yang lebih rendah, Indonesia menjadi destinasi yang lebih terjangkau bagi wisatawan asing. Pemerintah dan pelaku industri pariwisata diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan devisa dari sektor pariwisata.

    Secara keseluruhan, meskipun dolar AS terus menguat dan menekan rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia optimistis bahwa dengan langkah-langkah strategis yang tepat, stabilitas ekonomi Indonesia dapat tetap terjaga.Kolaborasi antara berbagai pihak, baik dari sektor publik maupun swasta, sangat penting dalam menghadapi tantangan global ini.

    Jika dianalisa, setidaknya beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya nilai Rupiah, di tengah kondisi Indonesia saat ini. Faktor tersebut yaitu turunnya suplai Dolar Amerika Serikat, turunnya harga komoditas ekspor, tingginya tingkat impor, perekonomian Amerika Serikat yang meningkat. (yog/prm)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.