Logo
>

Sempat Cetak ATH, Saham BBCA Ditutup Anjlok 50 Poin

Ditulis oleh Yunila Wati
Sempat Cetak ATH, Saham BBCA Ditutup Anjlok 50 Poin

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sempat menyentuh harga tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH), saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) justru ditutup anjlok 50 poin atau -0,48 persen. Di akhir perdagangan, saham BBCA menyentuh level Rp10.425 dari sebelumnya Rp10.475.

    All time high saham BBCA diraih pada perdagangan 12 hingga 13 September 2024. Dengan rekor tersebut, kapitalisasi pasar atau market cap BBCA menembus Rp1.285 triliun.

    Sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, pergerakan saham BBCA memang sangat menarik untuk diamati. Pada pekan lalu, misalnya, BBCA sempat mencatatkan kenaikan sebesar 125 poin atau setara dengan 1,21 persen menuju level Rp10.425 per lembar saham. Lalu, berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBCA juga pernah menyentuh harga Rp10.500 per lembar saham. Angka tersebut merupakan rekor harga tertinggi ATH secara intraday atau perdagangan harian.

    Hal ini didorong oleh aksi beli investor asing yang sangat deras. Masih berdasarkan catatan BEI, net foreign buy mencapai Rp619,82 miliar dalam sepekan perdagangan. Catatan tersebut lebih besar jika dilihat sepanjang tahun berjalan. Net foreign buy mencapai Rp6,66 triliun year to date (YtD). Itulah mengapa BBCA kemudian menjadi saham nomor satu di deretan saham-saham yang paling diincar dan diakumulasi investor asing.

    Wajar jika BBCA menjadi saham nomor satu yang paling dicari asing. Sebab, jika melihat dari pergerakan kinerjanya, EPS TTM (Trailing Twelve Months) BBCA adalah Rp416,35. Ini menunjukkan laba bersih per saham yang diperoleh perusahaan selama 12 bulan terakhir. Lalu, EPS Annualized BBCA adalah Rp 436,04, yang berarti jika tren kinerja saat ini berlanjut, maka EPS tahunan yang diproyeksikan akan mencapai Rp 436,04.

    Laba bersih BBCA sendiri menunjukkan pertumbuhan 10,55 persen (Quarter YoY Growth), yang mencerminkan kinerja keuangan yang positif dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Harga sahamnya pun mengalami peningkatan 14,88 persen selama satu tahun terakhir, yang konsisten dengan peningkatan laba bersih.

    Evaluasi Harga Saham Berdasarkan EPS bisa dilihat dari dua indikator, pertama Price to Earnings (P/E) Ratio (TTM) BBCA berada di angka 25,04. Dengan EPS TTM sebesar Rp416,35, P/E ratio ini menunjukkan bahwa investor membayar 25 kali lipat dari laba bersih per saham. Jika dibandingkan dengan IHSG P/E Ratio TTM (Median) yang hanya 7,89, maka valuasi BBCA lebih tinggi, menunjukkan ekspektasi pertumbuhan yang kuat dari pasar.

    Indikator kedua adalah Forward P/E Ratio sebesar 22,43, mengindikasikan bahwa proyeksi laba ke depan (berdasarkan EPS Annualized) akan membuat valuasi relatif lebih rendah, yang dapat menciptakan peluang bagi investor jika ekspektasi tersebut tercapai.

    Earnings Yield (TTM) BBCA adalah 3,99 persen, menunjukkan berapa persen dari harga saham yang dihasilkan sebagai laba. Ini adalah faktor penting untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba berdasarkan harga sahamnya.

    Jika membaca dari data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa EPS BBCA saat ini menunjukkan kinerja yang solid dan konsisten, didukung oleh pertumbuhan laba yang stabil. Dengan P/E ratio yang relatif tinggi dibandingkan median IHSG, saham BBCA dipandang memiliki potensi pertumbuhan yang kuat, meskipun valuasinya cenderung lebih mahal.

    Investor dapat memperhatikan EPS Annualized dan Forward P/E untuk melihat peluang pertumbuhan di masa depan, terutama jika ekspektasi terhadap kenaikan laba dipenuhi.

    Analisis ini menunjukkan bahwa BBCA memiliki fundamental yang kuat dengan pertumbuhan laba yang stabil, tetapi valuasi saat ini cukup tinggi, yang mungkin menandakan ekspektasi tinggi dari pasar.

    Rekomendasi

    Banyak analis yang kemudian memberikan analisisnya mengenai saham BBCA ini. Rata-rata memberikan prediksi bahwa dalam 12 bulan ke depan harga saham BBCA akan menyentuh Rp11.450 per lembar saham.

    JP Morgan memandang prospek PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tetap positif selama 12 bulan ke depan, berdasarkan kinerja keuangan yang solid dan posisinya yang kuat di pasar. Pertumbuhan BBCA diperkirakan akan didorong oleh pemulihan ekonomi Indonesia dan dominasi bank ini di sektor perbankan ritel.

    Analis JP Morgan memperkirakan bahwa harga saham BBCA akan cenderung naik secara stabil, dengan faktor utama seperti peningkatan permintaan pinjaman dan ekspansi digital yang mendukung pertumbuhan pendapatan.

    Kondisi keuangan BBCA yang kuat, termasuk kenaikan harga saham sebesar 14,88 persen dalam satu tahun terakhir, beta yang rendah di angka 0,40 (menunjukkan volatilitas yang lebih rendah dari pasar), serta profitabilitas yang konsisten, menjadi alasan utama dari pandangan positif ini.

    Bank ini juga menunjukkan return on equity (ROE) yang sehat sebesar 22,05 persen dan terus mempertahankan margin laba yang tinggi di angka 50,38 persen. Selain itu, yield dividen BBCA sebesar 2,59 persen membuatnya menarik bagi investor yang fokus pada pendapatan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79